Monster

76 10 0
                                    

Teettt Teettt Teeett

Alarm dari ponsel Sasha bordering keras. Sinar mentari sudah menerobos masuk dari balik tirai. Sasha perlahan membuka kelopak matanya yang terasa berat. Kepalanya masih terasa pening. Entah berapa gelas yang dia habiskan semalam di pub in bob. Dia minum sangat banyak.

Sasha meraih ponselnya dan matanya terbuka lebar saat melihat jam di alarm meunjukkan pukul 8.45. Itu adalah alarm keberangkatan bis. Tak ada waktu lagi, dia akan ketinggalan bis. Jadwal keberangkatan bis selanjutnya ada di pukul 9 dan itu artinya Sasha akan terlambat masuk kantor.

"Shiiiiiitttt!!!!" teriak Sasha.

Dia segera berhamburan menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Mandi tidak akan sempat baginya. Di cermin, kedua bola matanya masih merah menandakan seberapa banyak dia menghabiskan minuman sialan itu. Ya, minuman sialan yang membuatnya telat bangun untuk kerja.

Jika dia masih bekerja di perusahaan Dean, akan lebih mudah baginya karena dia bisa bebas berangkat jam berapapun dia mau. Tapi di perusahaan Trump, jelas dia tidak bisa seperti itu. Terlebih setelah Alex mengancam untuk mencari perusahaan lain jika melakukan kesalahan. Dia akan sangat mengecewakan Alex jika dia melakukan kesalahan.

Sasha sudah memakai baju kerja dengan stelan jas dan celana panjang. Dia memasukkan sepatu high heelsnya ke dalam paper bag dan memakai sepatu kets untuk berlari.

***

Pukul 9.15 Sasha sampai di kantornya. Keterlamatan lima belas menit bukanlah suatu keterlambatan yang dapat ditoleransi. Setelah masuk ke dalam lobi, dia segera masuk ke dalam lift yang terbuka pintunya. Dalam lift beberapa kali Sasha mengatur nafasnya dan merapikan rambutnya. Matanya masih merah terlihat dari pantulan pintu lift. Sepatunya akan dia ganti setelah sampai di kubikel kerjanya.

Tring

Pintu terbuka dan jeng jeng jeengg....

Alex tepat berada di hadapannya. Di belakang Alex telihat Josh dan beberapa jajaran eksekutif lainnya. Sasha terpaku beberapa detik, terlebih Alex menatapnya dengan tatapan dingin. Tidak seperti Alex yang dia kenal di Sydney.

Alex menatap jam di tangannya dan kembali menatap Sasha dengan alis yang terangkat sebelah.

"Are you kidding me?" ucap Alex serius.

Sasha masih mematung. Otaknya sama sekali tidak bisa fokus untuk menjawab. 

 "Am....maafkan aku.. Tu.. Tuan Alex. Aku masih menyesuaikan diri dengan jadwal bis di Auckland. Jadi..."

Alex mengangkat telapak tangannya, tanda tidak ingin mendengar apapun alasan dari mulut Sasha. Dia kembali terdiam. Dengan isyarat jarinya, Alex menyuruh Sasha keluar dari lift dan dia pun melakukannya. Setelah Sasha keluar dari lift, Alex beserta rombongannya pun masuk ke dalam lift. Josh menatap Sasha dengan prihatin.

"Karena kau masih baru, aku tidak akan langsung memecatmu. Aku akan memberimu hukuman," ucap Alex.

Pintu lift tertutup saat Sasha hendak menanyakan hukuman apa yang akan dia dapatkan. Sasha kembali mengatur nafasnya yang tercekat. Saat dia melintasi kubikel karyawan lainnya, mereka hanya menatap dengan prihatin. Termasuk Milly, Chad dan Austin. Sesampainya di kubikel miliknya, dia segera mengganti sepatu ketsnya dengan high heels yang dibekalnya.

Telepon di samping iMacnya menyala dan Sasha segera mengangkatnya.

"Sasha," ucap Audrey dari interkom kantor.

"Audrey," balas Sasha.

"Kau mendapat hukuman dari Tuan Alex?"

"Ya, aku terlambat gara-gara semalam," jawab Sasha dengan wajah kesal.

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang