Art & Design

248 12 0
                                        

Alarm pukul 6 pagi berbunyi. Sasha menggeliat dari dalam selimut lalu mengucek matanya yang kurang jelas melihat. Sambil meraba-raba meja lampu di samping kanannya, dia mematikan alarm lalu mengambil kacamata minusnya. Ya, Sasha memang memiliki masalah pada matanya karena kebiasaan buruknya yang selalu bekerja di depan layar monitor berjam-jam sampai begadang semalaman.

Setelah meraih kacamatanya, dia duduk di atas kasurnya kemudian turun dari ranjang. Dia rapikan selimut dan spreinya lalu melangkah menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi dia memandangi dirinya di cermin beberapa lama. Rambut panjang lurus berwarna kecokelatannya dia sisir lalu diikat ekor kuda. Bola mata yang kecokelatan dengan alis dan bulu mata yang lebat membuat siapapun terpesona dengan tatapannya. Tinggi badannya tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang dengan ras kaukasoid. Tapi tubuhnya pun tidak terlalu kurus.

Banyak laki-laki yang datang silih berganti untuk mendapatkan hatinya, tapi tak ada satu pun yang Sasha terima. Di hatinya sejak dulu sudah diisi oleh seseorang. Hanya dia. Tapi Sasha tidak pernah mengatakannya. Dia lebih ketakutan jika kehilangannya dari pada berterus terang akan perasaannya. Dia rasa begini lebih baik.

Sasha mencuci mukanya dan menggosok gigi lalu berganti pakaian kerja. Dengan celana jeans dan tank top yang dia balut dengan kemeja kotak-kotak sebagai luaran. Untung saja kantornya adalah rintisannya bersama Dean. Jadi dia sendiri yang membuat aturan berpakaian. Sasha adalah tipe wanita yang casual. Dia lebih nyaman memakai sepatu kets ketimbang hak tinggi. Tapi, untuk event-event tertentu dia bisa berpenampilan feminin.

Setelah siap, dia turun dari kamarnya lalu membuat sarapan. Orek telur dan roti panggang dengan mentega yang dicampur bawang putih. Tak lupa dia pun membuat kopi. Salah satu keahlian Sasha selain mendesain ruangan adalah membuat racikan kopi yang pas. Dia membuat satu kap cappucino dan satu kap americano yang selalu menjadi pesanan Dean setiap hari kala memulai bekerja.

Setelah selesai sarapan, pukul 7.30 dia keluar dari rumahnya lalu di depan pintu rumah sudah nampak BMW hitam milik Dean. Sebuah rutinitas yang tak henti. Di dalam sudah nampak Dean yang tersenyum secerah mentari menyapa Sasha.

Sasha masuk ke dalam mobil lalu menyerahkan kap kopi americano pada Dean. Dengan penuh selera, Dean membuka kapnya lalu mencium aroma kopi dan meneguknya satu tegukan panjang.

"Sllrruupp... ahh!"

Sasha bangga akan keahliannya meracik kopi yang dia dapatkan dari coba-coba.

"Apa aku buka cafe aja ya? Terus aku resign dari kantor dan jadi pebisnis wanita sukses!" tanya Sasha.

Air muka Dean berubah masam. "Gak boleh!"

"Hahaha.."

Mengawali hari dengan mengoceh pada Dean pun merupakan rutinitas Sasha.

Dean memajukan mobilnya menembus jalanan pagi kota Sidney. Gedung kantor Dean dan Sasha berada di sebuah Plaza perkantoran. Kantor Art and Design berada di lantai 17, yaitu lantai paling atas plaza itu. Mereka memilih lantai paling atas agar mereka bisa mendapatkan fasilitas rooftop yang mereka sulap jadi tempat istirahat para karyawan yang cozy. Mereka tahu bahwa mereka mempekerjakan orang-orang seni. Maka mood para karyawan harus selalu on. 

Apabila bekerja sudah terasa penat, mereka bisa beristirahat sejenak di rooftop.

Selesai memarkirkan mobil di area parkiran, Dean dan Sasha masuk ke loby dan menyapa satpam di sana.

"Selamat pagi Tuan Dean, Nona Sasha!" seru Pak Gustav yang berbadan tinggi besar dan kulit cokelat khas keturunan Amerika latin.

"Pagi!" balas mereka berdua.

Dean dan Sasha masuk ke dalam lift dan menekan angka 17. Pagi di hari Senin membuat plaza itu penuh orang-orang yang hendak bekerja di beberapa kantor yang terdapat di plaza itu. Lift penuh sesak dan membuat tubuh Dean dan Sasha berdempetan. Bersentuhan tubuh hal yang biasa dan terasa biasa bagi keduanya.

Sesampainya di kantor mereka, mereka sudah disambut para karyawan. Dua orang wanita di bagian resepsionis dan sepuluh orang di bagian dalam. Mereka semua sudah datang lebih pagi dari Dean dan Sasha.

"Pagi, Mike!" kata Sasha pada laki-laki bertubuh sintal di balik kubikel.

Mike berdiri. "Pagi Sasha! Pagi Dean!" balasnya, dan disusul dengan sambutan karyawan lainnya. Panggilan Tuan dan Nona dari karyawan pun mereka hilangkan sebagai bentuk keakraban.

Sampai di ujung ruangan terlihat ruangan terpisah yang terlihat lebih eksklusif. Itu ruangan Dean. Sedangkan Sasha berada di kubikel paling dekat dengan ruangan Dean. Meskipun perusahaan ini adalah perusahaan yang mereka rintis berdua, tetapi mereka sangat profesional. 

Dean sebagai CEO dan Sasha sebagai Project Director dan karyawan lainnya sebagai staff. Staff dibagi 2 bagian, bagian konstruksi dan arsitektur eksterior dan bagian lainnya adalah bagian art dan design interior. Ada 4 orang karyawati dan 6 orang karyawan, 2 orang resepsionis yang merangkap sebagai sekertaris yang mengatur jadwal dengan klien.

Saat ini perusahaan mereka sedang menangani mega proyek sebuah komplek apartemen dengan berbagai sarana umum di dalamnya. Perusahaan yang mengontrak mereka adalah salah satu perusahaan besar di Sidney.

Setelah berada di kantor, semua bekerja dengan tekun. Makan siang pun mereka order dan makan bersama di rooftop.

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang