Day 2 To Love

76 6 0
                                    


Alex sudah menunggu Sasha di breakfast area. Setelah sarapan, mereka pun check out dan melanjutkan perjalanan. Mereka menyeberang pulau dengan kapal feri dalam dua jam, kemudian kembali melanjutkan perjalanan di pulau selatan menuju tujuan mereka yaitu kota Dunedin.

Semakin ke arah selatan, suhu udara di New Zealand terasa semakin sejuk. Hal itu terjadi karena mereka semakin mendekati kutub selatan. New Zealand sendiri memiliki empat musim, namun terkadang cuaca sulit diprediksi.

Di musim gugur seperti ini, terkadang turun hujan. Penduduk lokal bahkan sering berkelakar bahwa dalam satu hari di New Zealand kita dapat merasakan pengalaman empat musim sekaligus.

"Wanita seperti apa yang kau inginkan menjadi tunanganmu? Wanita berkelas? Sexy?" tanya Sasha pada Alex di tengah perjalanan.

"Hm?" Alex menoleh sekilas dengan alis terangkat sebelah. "Kenapa kau bertanya hal seperti itu?"

"Saat aku bertemu ibumu nanti, maka aku harus berakting menjadi seorang yang kau inginkan, bukan?"

Alex terkekeh. "Alright."

"Oh, aku akan mengubah pertanyaanku. Wanita seperti apa yang disukai ibumu?"

Alex semakin tergelitik mendengar pertanyaan Sasha barusan. Tangan kanannya terlepas dari stir dan menyentuh bibir bawahnya yang tersenyum.

"Aku bahkan tidak tahu wanita seperti apa yang diinginkan ibuku menjadi pendampingku."

"Apa?"

"Ya, aku tidak pernah memperkenalkan wanita pada ibuku."

"Ah, tidak mungkin! Kau terkenal dengan julukan bos Casanova!" Sasha ingin sekali menarik kata-katanya barusan.

"Apa? Siapa yang bilang begitu?" bukannya tersinggung, Alex malah cekikikan mendengarnya.

"Ah.. aku salah bicara! Lupakan!"

"Jika kau mendengar bahwa aku banyak diinginkan wanita, kau benar. Tak ada seorang wanita pun yang tidak menginginkanku."

"Here we go! Narsismenya kembali!" ucap Sasha dalam hati.

"Tapi, aku tidak pernah membawa seorang wanita pada ibuku," lanjut Alex. "Jadi aku tidak tahu wanita seperti apa yang disukainya."

"So?"

"So, kau tidak perlu berakting di hadapan ibuku. Jadilah dirimu sendiri. Dia pasti menyukaimu."

"Baiklah."

Jalanan perkotaan pun mulai berganti menjadi jalanan pedesaan. Padang rumput di sisi kanan dan kiri, pemandangan gunung dari kejauhan dan udara segar. Sedikit sekali mobil yang berlalu-lalang membuat Alex memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Hingga kejadian yang tak diinginkan itu pun terjadi. Ban mobil Alex pecah, untung saja Alex dengan cekatan menginjak rem dan menurunkan kecepatan agar mobilnya dapat terkendali.

Ckiiitttzz

"Astaga!" teriak Sasha.

"Huufft!!" Alex menghela nafas keras.

"Untung saja tidak sampai menabrak pembatas jalan!" ucap Sasha.

"Sepertinya aku terlalu cepat menjalankan mobil!" seru Alex, kemudian dia pun turun untuk melihat keadaan ban mobilnya.

Sasha ikut turun dan melihat keadaan ban mobil itu. "Oh shit! Itu sangat buruk!" Sasha menoleh pada Alex.

"Apa kau bisa menggantinya dengan ban pengganti?" tanya Sasha.

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang