Camilia Trump

90 9 0
                                        


Semenjak pertemuannya dengan Dean di acara peresmian komplek apartemen Trump Corporation, Camilia atau biasa dipanggil Mia sudah jatuh hati padanya. Dean yang dengan gentle mengajaknya berdansa, sangat lembut dan sopan padanya.

Hatinya sudah terpanah oleh ketampanan dan perilaku Dean Anderson. Bahkan pembangunan proyek rumah sakit di South Wales pun dia tidak membuka tender tapi langsung diberikan pada perusahaan Dean. Tentunya setelah dia merengek pada kakak sepupunya, Alex.

Dua minggu setelah makan siang bisnis lalu, hari ini Mia datang ke kantor Art and Design untuk meeting membahas rancangan dan budgeting. Tim yang dipilih Dean untuk proyek kali ini adalah Olivia, Mike dan Bruce.

Aneh rasanya Sasha tidak mendampingi Dean. Karena kali ini dia pun sedang menangani proyek villa Alex. Akhir pekan nanti, dia akan survei lokasi.

Setelah pintu lift terbuka, terlihat Mia dengan blazer hitamnya nampak keren dan cantik bersama seorang sekertaris laki-lakinya di belakang masuk ke area kantor.

"Hai, Sasha!" sapa Mia saat lewat di kubikel Sasha.

Sasha berdiri dan menyambut Mia. "Hai, Mia! Apa kabar?"

"Kabarku baik."

Jeglek!

Pintu ruangan Dean terbuka. Seketika Mia meninggalkan Sasha dan menghampiri Dean. Lelaki yang dihampiri itu langsung membalas jabatan tangan Mia.

"Selamat datang!" sapa Dean.

Mia tersenyum cantik. "Kantormu sungguh keren! Kukira ini cafe."

Dean terkekeh lalu menggiring tamunya menuju ruang meeting. Lalu disusul Olivia, Mike dan Bruce. Ruang meeting yang sepenuhnya berdinding kaca transparan itu membuat siapapun bisa melihat apa yang terjadi di dalamnya, hanya saja kedap suara.

Di balik kubikel, Sasha curi-curi pandang ke ruang meeting.

"Hei! Kamu sedang apa?" tanya Tasya, membuat Sasha seketika kembali pada kerjaannya.

"Aku sedang bekerja!" balasnya cepat.

Tasya melirik Dean dan Mia di ruang meeting. "Jadi itu sepupu Tuan Alex? Dia cantik dan berkelas ya!" katanya terdiam sesaat lalu kembali mengoceh. "Eh eh.. sepertinya dia menyukai bos kita! Lihat saja caranya menatap!"

Sasha melirik Tasya. Apa benar?

"Akhem!" Dia berdeham membuyarkan Tasya yang berpikiran liar.

Tak lama mereka selesai dan keluar dari ruang meeting. Setelah saling berjabatan tangan, Mia dan sekertarisnya melangkah menuju pintu utama dan lift.

Mia berhenti di depan kubikel Sasha. "Sasha, aku pamit. Akhir pekan ini kita bertemu lagi ya!"Sasha mengernyitkan dahi bingung.

"Aku akan ikut Alex dan kau ke Pulau Christmas. Aku juga mengajak Dean. Kita akan berakhir pekan bersama!" jelas Mia.

Sasha melirik Dean dan dibalas dengan gerakan bahunya mengiyakan. "Begitu? Sepertinya akhir pekan ini akan menyenangkan!" matanya berbinar dengan perasaan tak sabar.

Well, sepertinya Mia lebih friendly ketimbang Alex yang seolah punya benteng tersendiri dalam pergaulan. Baiklah Mia, mari kita berteman. Pikir Sasha.


Mia merogoh kacamata hitam di tasnya lalu pergi dari sana bersama sekertaris yang lebih terlihat seperti bodyguard.

***Akhir minggu ini Sasha dijemput Dean untuk pergi ke pelabuhan. Rencananya hari ini mereka akan pergi ke villa Alex untuk memulai menggarap interior di villa itu. Tapi Mia merencanakan berlibur bersama selama dua hari sebelum Sasha mulai bekerja di sana.

Sasha membiarkan rambut kecokelatannya terurai dengan stelan casual seperti biasanya, kemeja dan celana jeans. Dean hari ini terlihat lebih santai dengan kaos dan abu yang menempel di kulit membentuk postur tubuh yang indah dengan celana jeans pendek selutut.

"Dean bantu aku membawa koper ini!" seru Sasha dari pintu losmennya.

Dean keluar dari mobil dan membawa koper itu lalu memasukkannya ke bagasi. "Seperti pindah rumah saja!" gumamnya.

"Kalian cuman 2 hari di sana, tapi aku akan terus stay sampai kerjaanku selesai," respon Sasha lalu masuk ke dalam mobil.

Dean menjalankan mobilnya menuju pelabuhan. Di perjalanan, Sasha menelan obat anti mabuk lautnya.

"Hahaha.. seperti anak kecil saja!" goda Dean.

"Dari dulu aku benci naik kapal laut. Aku lebih memilih jalur udara ketimbang laut!" seru Sasha.

"Yah... mungkin Alex ingin pamer pesiar mewahnya pada kita."

"Mungkin."

"Apa kau tidak menyukainya sedikitpun? Kurasa dia memiliki apa yang wanita inginkan," pancing Dean.

Sasha terkekeh. "Maaf, aku tidak seperti wanita pada umumnya. Aku spesial! Bagaimana dengan Mia? Sepertinya dia menyukaimu."

Dean mengangkat bahunya dan merasa sok tampan. Eh, emang tampan sih~ #author

"Well, siapapun pasti menyukaiku!"

Sasha tertawa lalu memukul pundak Dean merasa jijik dengan gayanya yang dibuat-buat.Setengah jam berlalu, kini mereka sudah sampai di pelabuhan. Setelah memarkirkan mobilnya, mereka berdua berjalan menuju area kapal pesiar sambil menyeret kopernya.

Di kejauhan terlihat Mia yang tersenyum lebar dan melambaikan tangan. Sasha membalasnya.

"Hai Sasha!" sapa Mia memeluk Sasha. Rambut pirangnya digerai membuatnya terlihat feminim dengan memakai dress panjang bermotif bunga.

"Hai Dean!" Mia memeluk Dean lebih lama. "Ayo kemari! Biarkan koper kalian dibawakan oleh pelayan!"

Mereka menaiki kapal pesiar berwarna putih. Kapal pesiar itu tidak terlalu besar tapi sangat mewah dalamnya. Terdapat meja billiar dan bar di dalamnya. Cukup untuk kapasitas seratus penumpang. Kapal pesiar pribadi yang berkelas.

Mata Sasha mencari-cari sosok yang seharusnya ada di sana, Alex.

"Hai." suara Alex menggema. Dia muncul dari ruang nakhoda. "Kalian siap?"

"Let's go!" seru Mia excited.

Alex menepuk nakhoda memerintahkan untuk memulai perjalanan. Terlihat ada sepuluh awak kapal yang mendampingi kaptennya.

Tak lama beberapa pelayan berdatangan untuk menyuguhkan minuman dan makanan ringan. Dean dan Mia terlihat mengobrol santai dengan minuman di tangannya masing-masing, di atas dek kapal sembali menatap air laut yang berdesir membentuk buih ketika kapal membelahnya.

Sementara Sasha terlihat duduk di kursi pantai dengan memakai kacamata hitam. Kakinya dia luruskan di badan kursi. Sebenarnya Sasha memilih tidur ketimbang menikmati laut. Dia memiliki phobia terhadap air yang banyak.

"Sasha," kata Alex mendekati lalu duduk di kursi pantai di sampingnya, mengikuti Sasha.

"Hmm?"

"Kau baik-baik saja?" tanyanya menatap Sasha yang matanya terpejam di balik kacamata hitam.

"Yaa.. aku baik, hanya saja aku tidak suka perjalanan air."

"Kenapa kau tidak bilang? Kupikir kau akan suka, karena Mia dan teman-teman wanitanya menyukai berlibur dengan kapal. Bahkan mereka sering membuat pesta di atas kapal pesiar."

"Well, aku tidak seperti mereka." mulai tidak suka dengan sikap arogan Alex yang mulai muncul.

"Apa kau mau naik helikopter?" tanya Alex dengan ekspresi datar.

Sasha terkekeh sesaat, membuka kacamatanya lalu menoleh pada Alex yang terlihat serius dengan ucapannya.

Haha... aku lupa sedang berinteraksi dengan orang kaya ini! Kupikir helikopter hanya lelucon, tapi sepertinya dia memang punya benda itu.

Sasha kembali memakai kacamata lalu menutup matanya lagi. "Apa helikoptermu ada di kapal ini?"

"Tidak. Tapi aku bisa memanggilnya."

Ah sudahlah! Hentikan pembahasan soal helikoptermu itu!

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang