Ujian Cinta

67 7 0
                                    


Dean sampai di apartemennya setelah kejadian semalam. Di rumah sakit sudah ada Alex dan keluarganya yang lain yang bergantian menjaga Mia yang masih belum siuman.Tak ada siapapun di dapur dan di ruang tv, Dean masuk ke dalam kamarnya dan terdengar bunyi shower dari dalam kamar mandi. Dean masuk ke dalam kamar mandi dan terlihat siluet Sasha dari dalam bilik shower.

Dia pun menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam bilik shower. Sasha terperanjak ketika Dean memeluknya dari belakang. Mereka berdua terpejam sambil menikmati air hangat yang membasahi tubuh mereka sambil bergumul dengan pikirannya masing-masing.

Apa yang harus kulakukan? Bagaimana Mia? Bagaimana Sasha? Aku mencintai Sasha seumur hidupku tapi aku tidak ingin menyakiti Mia. Batin Dean.

Bagaimana jika ternyata Dean mengkhianatiku? Mia memang jauh lebih baik dariku. Lelaki manapun pasti menyukainya. Tak menutup kemungkinan Dean pun pasti menyukainya. Apa aku harus mulai berpikir untuk menikah dengan Dean? Batin Sasha.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Sasha pergi ke dapur dan membuatkan kopi untuk mereka berdua sambil sarapan. Dean sudah duduk di meja dan menyeruput kopinya.

Sasha duduk di hadapan Dean sambil menggenggam cangkirnya. "Bagaimana dengan Mia?"

Dean sudah memprediksi pasti Sasha akan menanyakan hal ini. "Dia sudah dipindahkan ke ruang rawatnya tapi masih belum siuman."

"Apa yang terjadi semalam?" Sasha takut menanyakan ini tapi dia tetap menanyakananya. Dia takut mendapatkan jawaban yang akan menyakiti hatinya.

Dean menghela nafas. "Semalam Mia datang dan dia bilang ada hal yang harus dibicarakan. Aku turun ke lobi dan saat Mia menyebrang dia tertabrak mobil orang yang sedang mabuk."

Sasha menutup mulutnya mendengar kronologis kecelakaan itu. "Bagaimana dengan si penabrak?"

"Dia sudah diamankan polisi dan aku sudah memberikan keterangan sebagai saksi."

"Baguslah." Sasha menyeruput kopinya. "Ada perlu apa Mia jauh-jauh datang ke sini dan menemuimu?"

Dean terdiam. "Aku pun tidak tahu."

"Dean, apa Mia tahu kita berhubungan?"

Dean mengangguk. "Aku tidak pernah menutupinya dari siapapun."Terwajab sudah kenapa Mia tiba-tiba berubah pada Sasha. Mia pasti membenci Sasha saat ini karena Mia memang mencintai Dean. Tapi apa boleh buat? Saat ini Dean adalah miliknya. Kejadian semalam malah membuatnya merasa bersalah saat ini.

"Nanti siang aku akan ke rumah sakit untuk melihatnya," kata Sasha.

"Baiklah akan kutemani," balas Dean.

"Tidak Dean, aku ingin menemuinya sendiri," tegasnya.

Dean menatap sorot mata kekasihnya. Dia merasakan kekhawatiran Sasha akan sesuatu yang terjadi padanya dengan Mia. Dia turun dari kursinya lalu berjalan memutar meja dan meraih kekasihnya. Dia menggenggam tangan Sasha. "Percayalah padaku. I love you with all of my heart."

Sasha menatap Dean lekat. Untuk pertama kalinya dia ingin menangis mendengar Dean mengatakan itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia takut kehilangan cintanya. Sasha mengangguk. "I trust you."

Dean memeluk Sasha erat. Lalu Dean mengangkat dagu Sasha dan meraih bibir itu. Mereka berciuman dengan perasaan yang begitu syahdu. Bukan nafsu, melainkan rasa saling takut kehilangan. Ini adalah ujian cinta yang pertama setelah mereka bersatu.***Setelah makan siang, sesuai dengan rencananya Sasha pergi ke rumah sakit tanpa Dean. Sebelumnya, dia sudah membelikan sebuket bunga lili untuk Mia. Sesampainya di depan ruangan Mia, sesaat Sasha menghela nafas panjang dan mempersiapkan kata-kata yang pas untuk diucapkan.

Setelah mengetuk tiga kali, Sasha masuk dan terlihat Mia terbaring di atas ranjang dengan balutan perban di sana sini dan leher yang memakai gips. Matanya masih tertutup dan di sampingnya terlihat Alex yang duduk lalu berdiri begitu Sasha datang.

Alex menghampiri Sasha lalu mendekapnya singkat. "I'm so sorry .." ucap Sasha.

"No," potong Alex.

Wajah Alex terlihat kusut. Mia memang sepupu kesayangannya. Setelah kedua orangtua Mia meninggal, Mia memang besar bersama Alex.

Sasha memegang pipi Alex. "Kamu istirahatlah. Biar aku yang di sini."

Alex memegang tangan Sasha yang menempel pada pipinya. "Sana, istirahatlah."

Alex mengangguk lalu meninggalkan Sasha dan Mia di sana. Setelah Alex pergi, Sasha menyimpan tasnya di kursi lalu mengganti bunga di vas yang terlihat mulai layu dengan bunga lili yang dia beli tadi.

Setelah itu, Sasha duduk dan memandangi Mia. Tak lama, mata Mia terbuka.

"Mia? Kau sudah sadar?" tanya Sasha.

"Dean.." Mia bergumam halus tapi terdengar jelas dia memanggil nama Dean.

Jantung Sasha terasa bagaikan tersayat belati. Ketika melihat orang lain menderita karena mencintai kekasihnya.

"Mia.." bisik Sasha.

Mia menoleh pada Sasha. "Sasha?"

"Ya, ini aku."

Terlihat Mia mulai menangis. Dia merasa bersalah pada Sasha yang telah jelas-jelas bermaksud merebut Dean darinya. Sasha pun ikut menangis merasakan jika dia berada di posisi Mia.

"Maafkan aku Sasha.." kata Mia, pelan.

"Tidak Mia. Kamu tidak salah," balas Sasha.

"Malam itu, aku dibutakan oleh cinta. Aku mencintai Dean.."

"Sudahlah Mia, jangan banyak bicara. Kamu baru sadar. Istirahatlah," kata Sasha kemudian menyeka air mata Mia dengan tisu.

Bahkan jika Mia memintanya untuk menyerahkan Dean, Sasha akan memikirkannya. Sasha memang terlihat kuat dalam menghadapi hidup, tapi dia begitu rapuh jika dihadapkan dengan urusan hati.

Jauh di dalam lubuk hati Mia, masih tersimpan rencana untuk merebut Dean. Mungkin dengan mendekati Sasha, dia bisa menemukan cara untuk mendapatkan Dean.

***Sore hari, Dean datang ke rumah sakit. Terlihat Sasha sedang duduk di samping Mia yang tertidur. Dean mengecup ubun-ubun Sasha, membuatnya terkejut.

"Dean, kenapa kau selalu membuatku kaget?" protes Sasha.

"Kenapa kaget? Tidak mungkin orang lain menciummu kan?" balas Dean.

"Sshhhtt!" Sasha meletakkan telunjuknya di bibir.

Mia terbangun. Wajahnya sumringah melihat kedatangan Dean. Membuat Dean salah tingkah di hadapan Sasha.

"Kau sudah sadar?" tanya Dean kikuk.

"Ya. Maafkan aku Dean. Aku sudah merepotkanmu!" kata Mia.

Dean menggeleng. "Tidak perlu begitu."

Tak lama Alex pun datang dan terlihat lega melihat Mia sudah sadar.

"Maafkan aku Alex, aku sudah sangat merepotkanmu!" kata Mia pada kak sepupunya.

"Sudahlah. Kau istirahatlah!" kata Alex.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu," ucap Sasha berpamitan.

"Terima kasih Sasha," ucap Mia pelan.

Alex memeluk Sasha. "Terima kasih."

"Jangan sungkan memanggilku," kata Sasha pada Alex.

Dean dan Sasha pun keluar dari ruangan itu. Kini hanya tinggal Mia dan Alex.

"Kau masih mencintainya?" tanya Mia pada Alex.

Alex mengerti dengan yang Mia tanyakan. "Sudahlah Mia. Hentikan."

Mia terdiam lalu kembali beristirahat. Saat ini tubuhnya harus pulih untuk kemudian dapat menjalankan rencana lainnya.***"Jangan memeluk Alex di hadapanku." kata Dean memecah kesunyian di sepanjang perjalanan dari rumah sakit menuju apartemen.

Sasha mengernyitkan dahinya. "Maksudmu?"

"Kau tahu maksudku."

Sasha hanya tertawa membalasnya.

♡♡♡

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang