White Angel

116 4 0
                                    


Malam ini seluruh karyawan Art and Design berkumpul di apartemen contoh di gedung B yang telah diselesaikan oleh Sasha dan timnya. Ada 10 kotak pizza berukuran besar dan 4 karton bir beralkohol rendah.

Semua berkumpul mengitari meja di ruang utama. Dean menjelaskan apa yang terjadi tadi siang saat Alex dan rombongannya datang. Semua karyawan terlihat antusias sambil meneguk birnya. Entah sudah berapa slice pizza yang dimakan Mike.

"Eh eh!! By the way, Alex itu aslinya ternyata tampan banget!!!" seru Tasya yang disusul oleh anggukan Olivia.

Natalie, Matilda dan Susan yang tidak ada di lokasi proyek merasa iri pada Tasya, Olivia dan Sasha.

"Dan tangannya itu besar sekali! Ketika kita bersalaman, rasanya lembut tapi kekar! Ahhh... dia seperti Hercules!" ujar Olivia sambil menaruh telapak tangannya di wajahnya.

Sasha tertawa melihat tingkah mereka. Dan bayangan Alex kembali terlintas. Wajah tampan yang karismatik.

Dean mencolok pipi Sasha dengan telunjuknya. "Heh! Kenapa melamun!"

Sasha berdecak kesal. Seketika bayangan Alex terbang dan digantikan oleh wajah Dean yang membosankan. Sasha meneguk birnya. "Setelah ini apakah kita akan lebih sering bertemu dengan Alex?" tanya Sasha penasaran.

Dean menatap wajah Sasha lekat. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. "Hm.. tergantung."

"Tergantung apanya?"

Dean meneguk birnya. "Tergantung apakah dia akan menepati ujarannya atau tidak."

"Mm... sepertinya dia tipe orang yang selalu menepati janji," kata Sasha.

Dean mendorong kepala Sasha dengan telunjuknya. "Tau dari mana kamu? Ketemu saja baru satu kali. Siapa tau di balik penampilannya yang hampir sempurna itu menyimpan sisi kelam.." kata Dean asal.

"Yayaya..." Sasha meledek Dean lalu mengambil satu slice pizza dan melahapnya dengan satu suapan besar.

***Di sebuah ruangan besar, Alex duduk di depan perapian sambil meminum segelas vodka. Pandangannya terus menatap bara api. Tak lama, seorang lelaki berstelan jas hitam datang menghampiri lalu memberi sebuah berkas.

Alex memberikan gelas minumannya pada orang itu lalu memberi isyarat padanya untuk keluar. Lelaki itu pun pergi. Di tangannya terdapat sebuah map berwarna merah. Dibukanya map itu dan terlihat sebuah foto seorang wanita yang wajahnya tak asing.

Tadi siang dia baru bertemu dengannya, tapi cukup membuatnya penasaran dengan sosok wanita itu.

"Sasha White. Besar di Panti Asuhan White Angel, cocok sekali.. dia memang seperti malaikat putih.. " Alex terus membacanya. "Gadis pintar, mendapatkan beasiswa pemerintah dari sekolah dasar hingga universitas." Alex tersenyum lalu menutup map itu.

***Sasha tertidur di sofa dengan mulut ternganga. Pipinya merah. Entah berapa botol dia minum bir sambil ketawa-ketiwi dan berkaraoke ria bersama para karyawan wanita lainnya. Semua orang sudah tidak ada di sana. Hanya tinggal Sasha dan Dean bersama sampah pizza dan bir yang berserakan.

Dean yang tidak minum banyak mengangkat tubuh Sasha dari atas sofa lalu berjalan menuju kamar.

"Kenapa harus selalu aku yang membereskanmu hah?" tanya Dean pada Sasha yang terlelap. 

"Bisakah kau mengurus dirimu sendiri? Hidupmu akan berantakan kalau tidak ada aku!"

Dean menurunkan tubuh Sasha di atas kasur lalu membuka sepatunya kemudian menyelimutinya. Malam ini dia akan tidur di sofa. Melihat Sasha yang tertidur seperti bayi membuat Dean teringat pada masa-masa kuliahnya.

Days to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang