BAB 2 - Wanita Yang Tepat Untuk Pria Terhormat

789 55 0
                                    

Cut Keumala Saad, perempuan berparas manis dengan kulit sawo matangnya, tatapannya lembut dan senyumannya cukup menawan. Pandai menari, dapat berbicara bahasa Eropa, dan baru saja selesai dari sekolahnya di Hoogere Burgerschool, Soerabaia. Kedatangannya kembali ke Batavia disambut baik oleh keluarganya.

Keluarga besar Saad kini menetap di Batavia, setelah konflik panjang antar keluarga. Kediaman Saad di kelilingi oleh kebun tembakau dan palawija yang subur. Sepanjang perjalanan menuju rumah utama, hamparan sawah menghijau memanjakan mata. Keumala Saad menyungging senyum dari kereta kudanya.

Perempuan itu turun dari kereta kudanya dan memandangi rumah yang selama ini dia rindukan. Rumah itu tidak berubah, masih dengan atapnya yang tinggi dan karangan bunga kamboja di pekarangannya sebelum memasuki rumah besar itu. Senyumnya kembali tersungging ketika paman dan kakaknya menyambutnya di halaman rumah mereka.

"Selamat datang kembali, anakku. Bagaiman perjalananmu, Keumala?" Teuku Hamish Saad memeluk keponakannya dengan hangat. Mencium aroma kamboja yang menyeruak.

"Baik, ayahwa[1]. Aku senang sekali dapat kembali," balas Keumala. Dirinya menatap kakaknya yang sudah siap mendapat pelukan hangatnya. "Aghnia," ucapnya haru dan melebur ke pelukan kakaknya.

"Aku sangat merindukanmu, Mala." Aghnia memeluk erat adiknya. Dan memerintahkan pelayan untuk membawa tas bawaan adiknya.

"Bagaimana Soerabaia, menyenangkan?" tanya Aghnia selagi mereka memasuki rumah.

"Oh, kamu tidak akan percaya ini. Tuan Grandhi membawa hewan dari India, kamu tau hewan apa itu?" Aghnia menggeleng. "Anak harimau benggala. Aku tidak menyangka dia akan membawa anak harimau itu ke dalam pesta dansa Nona Malaisa. Bisa kamu bayangkan? Harimau di sebuah pesta?" Keumala sangat bersemangat bercerita.

"Benarkah? Apa dia mengigit?"

"Tidak, lehernya di rantai dan terlihat tidak selera bermain dengan manusia. Anak harimau itu senang berenang di danau, jadi kami hanya melihatnya berenang."

Aghnia tertawa mendengarnya, "Bagaimana dengan kelasmu?"

"Kelasku? Tidak ada yang menarik. Sama seperti tahun sebelumnya, Sarah selalu ada di dekatku dan banyak melarangku melakukan kegiatan di luar kelas. Dia menjagaku dengan baik, Aghnia. Dia pelayan terbaik." Keumala memuji Sarah yang sedang membereskan pakaiannya. "Jadi aku akan tidur di kamar ini? Kamarmu?"

"Ya, karena kamu sudah pulang. Aku memberikan kamarku untukmu."

"Dan dimana kamu tidur?"

"Di kamar baruku," jawab Aghnia menyombongkan diri. Pasalnya kamar baru itu ada di bangunan rumah yang lain, tempatnya lebih luas dan Aghnia hanya tinggal sendiri di sana.

"Kamu curang," senggol Keumala mendorong kakaknya. "Tahu begitu, aku tidak akan meminta kamar ini." Perempuan itu merenggut lalu tertawa karena melihat Aghnia yang tertawa puas.

"Kalau begitu, kamu bisa berkunjung ke kamarku, Keumala. Rumah itu selalu terbuka." Aghnia menepuk pundak Keumala dan memberikan ruang kepada adiknya untuk berbenah. "Aku akan menyiapkan makan siang sementara kamu harus mandi, dan istirahatlah sebentar. Malam esok akan ada pesta di kediaman Widjaja. Kamu tahu ajang perjodohan di Batavia kan, Keumala?"

"Tentu saja aku mengetahuinya, Aghnia. Itu salah satu alasan aku pulang." Senyum Keumala terulas.

"Baik, maka dari itu. Aku akan memastikan kamu mendapatkan pria terbaik dari keluarga terhormat malam nanti."

***

Malam itu, Abarata Caiden tengah berada di ruang kerjanya. Memandangi potrait mendiang Sang Ayah dengan sendu dan berpikir mengapa dia menerima tawaran menjadi Adipati di saat kakaknya harus menikahi wanita Eropa. Mengapa bukan Bhalendra, yang seharusnya mengemban tugas ini. Sampai saat ini, Caiden belum menemukan jawabannya. Dia belum menemukan jawaban-jawaban yang selama ini ia cari.

Aroma Kencan Abrata - Tamat | Abrata Series #02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang