Pasar tradisional begitu ramai. Jalanan yang sedikit becek membuat cipratan ketika kaki kuda itu melangkahinya. Beberapa penjual sudah menanti kedatangan mereka untuk mengambil buruan dengan harga yang telah ditentukan. Abrata Caiden masih berada di kudanya, membawa Aghnia Saad jauh ke dalam pasar dan berhenti tepat di gedung kayu, berpamplet merah dengan tulisan Pengobatan China.
Caiden turun terlebih lalu membantu Aghnia menuruni kudanya. "Hati-hati," ucap pria itu seraya dengan telaten memegangi pinggang Aghnia agar tidak terjatuh. Untuk mengangkat wanita itu tidak butuh tenaga yang besar. Caiden hanya menggunakan sebagian kecil usahanya.
"Terima kasih," balas Aghnia singkat.
Seorang dengan pakaian hitam, bertopi mangkuk menyambut mereka. Dia memberi salam dengan menyatukan tangannya. "Tuan Chadwick, apa Anda terluka?"
Caiden menggeleng, "Bukan aku. Tapi wanitaku, tolong panggilkan Shi Liu. Aku ingin dia yang mengobati wanitaku."
Wanitaku? Aghnia memandang aneh ke arah pria itu. Pandangannya tidak lain adalah pancaran tidak suka dan ... marah.
"Wanitaku?"
"Tidak ada yang bisa mendapatkan pengobatan secara gratis, selain dia adalah milikku." Caiden menekan kata-katanya yang membuat Aghnia ingin sekali mendorong pria itu agar dia bisa pergi. Tetapi kakinya yang terlilit membuatnya harus mengurungkan niatnya.
"Milikmu? Apa aku sebuah objek yang bisa kamu klaim seenaknya?" cecar Aghnia tajam.
"Tidak, bukan begitu-" Caiden kehilangan kata-katanya karena Aghnia memotongnya. "Kamu benar-benar pria brengsek. Tidak punya adab, tidak punya hati, dan tidak berbelas kasih. Kamu menganggap kami para wanita hanya sebagai induk biakan, benda yang bisa di klaim seenaknya, dan pemuas napsu kalian? Kamu pikir kamu bisa berbuat seperti itu kepadaku?! Tidak, Tuan Abrata. Tidak satupun dari yang kamu pikirkan, bisa kamu perlakukan kepadaku."
Shi Liu hadir dengan malu dihadapan Tuan Chadwick-nya. "Tuan, mari saya antar."
"Beri tahu aku kamarnya, dan aku akan menyusul." Caiden berbicara tanpa berhadapan dengan Shu Liu. Matanya serius ingin berbicara dengan Aghnia.
"Baik, Tuan," balas Shi Liu tersenyum manis dan meninggalkan mereka berdua.
"Apa yang kamu dengar, apa yang kamu lihat. Apakah itu berbanding lurus?" tanya Caiden kepada Aghnia. Wanita itu tetap berdiri di hadapan Caiden sembari pria itu memeganginya
"Tentu saja. Apa yang kamu katakan di Harmonie, sangat mencerminkan dirimu, Tuan Abrata. Atau ... Tuan Chadwick Yang Terhormat." Mata Aghnia menatap pria itu dengan tajam. Seluruh tubuhnya mengatakan bahwa dia tidak menyukai pria itu.
"Apa kamu tau, apa yang barusan kamu katakan adalah sebuah fitnah?"
"Fitnah? Apa kamu mencintai adikku, Tuan Abrata?"
Caiden terdiam, tidak menjawab.
"Jika iya, kamu tidak akan memakai nama itu untuk melakukan hal seenakmu. Tuan Chadwick adalah pria brengsek yang meniduri banyak wanita, berjudi, dan tidak memiliki belas kasih."
"Lalu bagaimana dengan Tuan Abrata?" tanya Caiden menyungging senyum percaya dirinya.
"Lebih buruk dari itu," ucap Aghnia dan meninggalkan Caiden di belakangnya. Ia berjalan sendiri dengan pincang masuk ke dalam bangunan kayu itu.
Caiden mendecih, menggelengkan kepalanya, dan menyugar rambut klimisnya. Wanita itu benar-venar membuatnya gila. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Aghnia. Hanya satu kata yang dapat menggambarkan wanita itu, menarik.
***
Aghnia memasuki kamar yang diberitahukan oleh Shi Liu. Kamar itu redup dengan penerangan dari lilin-lilin yang berada di meja. Shi Liu terlihat meraba kasur dan menepuknya. "Nona, silahkan berbaring disini."
Dan pada saat itulah Aghnia mengetahui bahwa perempuan itu buta. Tetapi keahlian indranya cukup sempurna, dia bisa mengetahui semua barang pada tempatnya. Bahkan dia dapat menghindari sudut meja yang Aghnia sendiri hampir menabraknya tadi.
"Nona tidak perlu takut. Aku adalah ahli patah tulang. Jika nona merasa sakit, nona bisa berteriak. Kemarilah," kata Shi Liu lagi menepuk ranjang itu dengan keras.
Aghnia bergidik ngeri, perempuan itu terlihat mengoleskan minyak ke telapak tangannya dan seperti merapatkan mantra yang membuat Aghnia semakin merinding. Pintu kamar itu dibuka tepat setelah Aghnia duduk di atas kasur keras yang terbuat dari bilah bambu.
"Shi Liu, tolong jangan keras kepadanya." Caiden berkata dengan lembut dan berdiri di samping Aghnia, tepat di hadapan Shi Liu.
"Tuan Chadwick tahu, aku akan memperlakukan pelangganku dengan selembut mungkin," tawa kecil Shi Liu membuat Caiden menarik sudut bibirnya.
"Takut?" bisik Caiden kepada Aghnia yang terlihat membuang wajahnya.
Rawut wajah wanita itu menegang dengan jemari yang mulai meremas pakaiannya. Caiden membawa jemari itu ke jemarinya, menautkan kelima jari-jari panjang itu ke sela-sela jarinya. Dan Caiden menggenggam nya dengan erat.
Shi Liu tidak akan lembut kepada siapapun.
"Tarik napas mu, Nona."
Aghnia menarik napasnya dalam, menutup matanya dan berharap penuh akan cepat selesai. Perempuan itu mengurut pelan sekitaran kaki Aghnia. Mengurutnya dengan lembut dan gerakan memutar yang manipulatif.
"Hei, lihat aku, semuanya akan baik-baik saja." Caiden menolehkan wajah Aghnia kepadanya tepat disaat Shi Liu menekuk kaki itu sampai berbunyi—mengembalikan sendi yang tergeser sebelumnya.
Aghnia berteriak kencang memeluk Caiden dengan erat. Wanita itu kembali berteriak ketika Shi Liu terus mencoba menemukan celah sendinya. Aghnia meringis dan meremas tubuh Caiden sekuat tenaganya. Air matanya keluar seiring dengan pengembalian sendi kakinya.
"Selesai." Shi Liu mengusap tangannya kepada kain untuk menghilangkan minyaknya. Lalu mengambil perban dan membalut kaki itu agar tidak terjadi pergeseran lagi setelah di perbaiki.
"Jangan menekan kaki ini terlalu sering jika nona tidak ingin dia kembali sakit," imbuh Shi Liu sebelum dia meninggalkan ruangan.
Aghnia mengusap air matanya dan menatap Caiden dengan rasa bersalah. "Maaf, aku memelukmu terlalu kencang."
"Tidak perlu meminta maaf. Itu wajar, seharusnya maafkan aku karena Shi Liu tidak lembut kepadamu," balas Caiden menepuk pundak Aghnia. "Kamu hebat bisa menahannya dengan dua teriakan."
"Memangnya ada berapa teriakan ketika Shi Liu mengobati kaki terkilir?"
"Banyak, aku berteriak setiap dia menyentuhku." Caiden tertawa dan merasa sedikit malu karena telah menceritakannya.
"Kamu pernah terkilir?"
"Lebih dari itu."
"Dan Shi Liu yang mengobatimu?"
"Terkadang, aku lebih suka dengan Babanya Shi Liu, daripada Shi Liu sendiri."
"Lantas menagapa kamu menyuruh Shi Liu yang mengobatiku?"
Caiden menguk salivanya, menatap kebawah Aghnia dan berkata dengan sangat dominan, "Karena aku tidak ingin, kamu disentuh oleh pria lain."
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aroma Kencan Abrata - Tamat | Abrata Series #02
Historical FictionAroma Kencan Abrata. All right reserved ©2021, Ani Joy KONTEN DEWASA (18+). KEBIJAKSANAAN PEMBACA DISARANKAN. PEKERJAAN INI TELAH MENGIKUTI WATTPAD PEDOMAN UNTUK RATING DEWASA. Berawal dari tawaran, dua anak adam membuat tawaran perjanjian yang terp...