BAB 14 - Hombo Batu

237 28 1
                                    

Aghnia dengan sangat kesal memergoki Ndaraha Laoli yang tengah menghisap udut di gudang padi. Dengan santainya dia mengeluarkan asap itu dan tersenyum layaknya, dia sudah melakukan yang terbaik. Tetapi itu semua adalah kebohongan.

"Oh, jadi ini, pelompat terbaik yang selalu membuka upacara Hombo Batu?"

Ndaraha Laoli tersentak dan cepat-cepat berdiri. Wajahnya pasi dan rokoknya di buang cepat-cepat. "N-noa Saad?"

"Terkejut, Tuan Laoli?"

"Sudah ku duga selama ini ada kecurangan." Rendjanhi bertepuk tangan masuk ke dalam gudang padi membawa Keumala dan Hamish Saad.

"Ini kejahatan?" Hamish Saad juga sama terkejutnya.

"A-aku bisa menjelaskannya." Tuan Laoli terbata meyakinkan Keumala.

"Lalu siapa pria yang sedang bersiap di arena, Tuan Laoli?" tanya Keumala meminta penjelasan.

"I-itu."

"Itu saudara kembarnya, Keumala. Ndarawa Laoli. Pria keturunan Bataluo yang lahir dan tinggal di sini. Sementara dia," tunjuk Aghnia. "Meninggalkan Bataluo untuk menipu perempuan."

Tatapan Aghnia begitu sinis dan tajam kepada pria itu.

"Ndaraha Laoli, wajahmu kecil dengan telinga pendek. Sementara Ndarawa Laoli wajahnya besar dan telinganya lebar. Aku dapat melihat itu," desis Rendjanhi membongkar semua kedok Ndaraha Laoli.

Pria itu dengan cepat mendorong Rendjanhi dan berlari keluar. Rendjahni meringis dan berteriak, meneriakkan nama pria itu. "Sialan! Tuan Laoli!"

Di dalam pelariannya, sial sekali. Tuan Laoli malah menabrak Caiden yang baru saja keluar dari kereta kudanya.

"Agh," ringis Caiden. Dengan cepat dia membantu pria yang terjatuh itu.

"Tangkap dia, dia penipu!" seru Rendjanhi dari jauh.

Caiden melihat wajah pria itu. "Tuan Laoli?" Caiden sadar dan segera bertanya. "Bukankah seharusnya kamu mengenakan pakaian adat dan melompat? Sudah waktunya bukan?"

"A-aku?" Pandangan Tuan Laoli bersitatap dengan Eknath yang juga baru keluar. "Sialan!" desisnya tertahan.

Pria itu akan berlari lagi. Namun, tenaga Caiden lebih kuat dan menahan pria itu. "Kamu tidak bisa lari," ucap Caiden tersenyum sinis.

"I-ini tidak benar!"

"Dia pantas mendapat hukuman, Tuan Abarata! Dia bersalah atas kecurangannya!" Rendjanhi berseru dengan lantang dan tertawa sembari menarik kerah pria itu. "Kelakuanmu akan disaksikan oleh seluruh rakyat Hindia Belanda."

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Pria itu meronta dan Rendjanhi dibantu oleh beberapa pengawal Ratu Isyana untuk membawanya ke arena dan membuka kebenaran yang sebenarnya.

Aghnia tidak dapat melepas pandangannya. Sampai Caiden melewatinya dengan aroma pria itu. Ingin rasanya menyentuh jemari itu ketika dia melewatinya.

***

Upacara tetap berlanjut, satu persatu anak lakk-laki melompati batu yang setinggi dua meter dengan ketebalan empat puluh senti meter itu. Saat lelaki bungsu Abrata akan melompat, semuanya terdiam. Mereka saling berharap, Nyonya Abrata menatap anaknya dengan penuh keyakinan. Sementara Caiden mengangguk memeprcayakan adiknya. "Kamu pasti bisa," gumamnya kepad Eknath.

Anak laki-laki itu menutup matanya dan menarik napas panjang. "Apapun yang terjadi, hari ini adalah penentuannya." Seketika ia teringat akan nasehat kakaknya

Aroma Kencan Abrata - Tamat | Abrata Series #02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang