Mr. Chadwick, nama yang begitu besar dan ditakuti oleh penduduk Senopati dan sekitarnya. Pria itu terkenal beringas dan kejam demi membela hak-hak di Senopati. Tidak ada yang tahu pasti wajahnya seperti apa, hanya orang-orang tertentu yang pernah berhubungan dengannya.
Seluruh penduduk Senopati, terutama masyarakat yang masih memperpanjang pajak mereka sehingga dapat tinggal di lingkungan bersih dan penuh industri. Walaupun terletak di pinggir kota, Senopati selalu hidup dan tidak akan pernah mati. Tidak ada yang boleh mematikannya, karena Mr. Chadwick akan marah besar.
Berita mengenai lapangan pacuan kuda yang porak poranda tersebar cepat bagai angin taifun yang membabat. Seluruh warga panik dan berlomba datang membantu, karena penghasilan mereka juga datang dari sana.
Melik yang memando pekerjanya, dengan sabar menuntun mereka untuk meletakkan apa yang masih bisa dipakai di tempatnya dan menangkap kuda-kuda yang berkeliaran.
Melik diperintahkan oleh Mr. Chadwick untuk membereskan lapangan pacu kuda segera, dan setelah itu Melik harus hadir di Haven sesegera mungkin.
Haven terlihat mendung sore itu. Caiden memasukkan semua surat yang ia milikk ke dalam saku beskapnya. Surat itu, inti dari masalah hari ini dan Caiden harus menyelesaikannya.
Pria itu melompat dari kereta kudanya, wajahnya tertutupi topi dengan rokok kretek yang bertengger di bibirnya menghembuskan asap tepat di saat kilat guntur menerjang.
Tatapan matanya jatuh kepada kelompok yang sedang menunggunya di depan sana. Pria besar itu dengan kumis tebalnya, tersenyum angkuh dan tangannya masuk ke dalam saku beskap hitam berkancing emas. Caiden tahu pria itu tengah merogoh senjatanya.
Di belakang Caiden, Melik membawa anak buahnya. Teman Mr. Chadwick yang garang dan siap membalaskan dendam mereka. Seluruh pasar di Haven telah diakuisisi oleh Ampon Leman. Kuasa Agra Van Dallas akan dirinya membuat pria tanah rencong itu mendapat perlakuan khusus.
Tapi tahukah, kalian bahwa sanya Agra Van Dallas tidak sebaik itu kepada orang lain bahkan saudaranya sendiri?
Ya, pria tua dengan rambut putih itu tentu saja memilih uang dari segalanya. Abrata Caiden mengurus semuanya sendirian, dia membeli pasar Haven atas nama Mr. Chadwick dan mulai besok seluruh pekerja di lapangan pacu kudanya akan bekerja di sini.
Pembalasan harus dilakukan dengan sungguu-sungguh. Seperti rindu, dendam harus dibayar tuntas. Tidak ada pengampunan bagi orang-orang yang telah membuat Mr. Chadwick marah.
Caiden berjalan mendekat dan siap dengan senjata yang berada di saku celananya. Ampon Leman siap membidik Caiden dengan pistol Rusianya yang akan dia layangkan tepat ketika jaraknya dan Caiden berada di sepuluh meter. Namun tembakan itu meleset dan Melik berhasil mengenai bahu Ampon Leman sehingga dia terjatuh dan para antek-anteknya kembali tembak dengan brutal.
"Sialan! Cari perlindungan!" teriak Melik yang berlari menarik Caiden untuk bersembunyi di balik truk pengangkut sayur.
"Mereka terlalu banyak, apa kamu melihat Ampon Leman, Melik?" tanya Caiden dengan santainya—membuka topinya lalu mengambil kretek baru dan menghisapnya.
"Dia masih terjatuh, Tuan. Kita bisa mebidiknya dari Lukman. Apa aku harus memberi kode kepada Lukman?" Caidn mengangguk dan kode itu sampai ke Lukman.
Sementara antek itu mendekat Ampon Leman berhasil berdiri dan memegangi bahunya yang penuh dengan aliran darah. "SIALAN!!!" teriaknya dan mendorong semua anteknya dan berteriak lagi, "Keluar kau Abrata! Duel bersamaku, dan pulangkan anak buahmu!"
Caiden tersenyum miring dan mengeratkan topinya, ia berdiri, guntur besar itu menurunkan hujan yang mengguyur Haven dengan segera.
"Siapa pria yang kamu panggil itu, Ampon Leman?" Caiden menghembuskan rokok kreteknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aroma Kencan Abrata - Tamat | Abrata Series #02
Historical FictionAroma Kencan Abrata. All right reserved ©2021, Ani Joy KONTEN DEWASA (18+). KEBIJAKSANAAN PEMBACA DISARANKAN. PEKERJAAN INI TELAH MENGIKUTI WATTPAD PEDOMAN UNTUK RATING DEWASA. Berawal dari tawaran, dua anak adam membuat tawaran perjanjian yang terp...