Aghnia segera membuang wajahnya dan tidak ingin melihat apalagi memikirkan hal-hal aneh karena pria itu.
"Aghnia, sini aku betulkan." Aghnia sedikit tersentak ketika jemari Rendjanhi menyentuh rambutnya dan menyelipkannya di belakang telinga.
"Ah, terima kasih," ucap Aghnia canggung.
"Ayo kita bergegas. Upacaranya agar segera dimulai," ajak Tuan Laoli kepada mereka semua.
"Kenapa harus buru-buru? Aku ingin melihat kain di sana, Tuan Laoli?" tanya Keumala dengan rawut sedih.
"Karena aku adalah pelompat pertama yang akan membuka upacara, Nona Keumala."
"Ah, iya. Aku mengingatnya," sambung Rendjanhi dan Ndaraha Laoli tersenyum bangga. "Kain tenun di sana itu berasal dari seluruh penjuru Hindia Belanda. Ada tenun bagus bernama Sikka dan tenun sutra dari Sengkang. Mungkin kita bisa membawanya pulang sebagai cendera mata ke Batavia?"
Seketika wajah Tuan Laoli langsung cemberut dan dia berkata, "Aku adalah pelompat terbaik pada upacara ini. Aku akan selalu membuka upacara dengan lompatan ku. Kalian harus melihatnya nanti."
"Ah, begitu? Mengapa kamu dijadikan pelompat terbaik, Tuan Laoli?" tanya Aghnia kepada Tuan Laoli yang sedang bersemangat bercerita kepada adiknya.
"Tentu saja itu karena kehebatanku dalam melompat, Nona Saad. Nona Keumala kamu harus melihat gaya aku melompat nanti. Kamu pasti akan tercengang dan menyukainya," ucap Tuan Laoli sangat percaya diri
"Tentu saja, aku tidak sabar untuk melihatnya," balas Keumala ikut bersemangat.
Sementara Rendjhani memasang wajah anehnya, Aghnia segera bertanya karena sepertinya pria itu mengetahui sesuatu. "Kenapa kamu terlihat mengejeknya?"
"Dia hanya suka membual. Aku tidak suka pria banyak omong seperti Tuan Laoli," ucapnya langsung.
Aghnia menaikkan sebelah alisnya sedikit terkejut mendengar pernyataan Rendjanhi. "Benarkah? Bagaimana bisa?" tanya Aghnia.
"Tentu saja, dia memakai jimat agar dapat melompat dengan benar. Dia curang, sedari dulu dia melakukan kecurangan itu. Dia membohongi semua orang," decih Rendjhani. "Sudah berbohong berlagak benar. Aku benci sekali pria seperti itu. Pria payah," sambungnya dengan emosi.
"Memangnya pemakai jimat dilarang pada upacara ini?"
"Sebenarnya masalah n bukan di pemakaian jimatnya." Rendjhani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ini masalah kebohongannya."
"Kamu pasti mengingat aku mengatakan dia pernah gagal? Secara teknis iya. Dia pernah gagal. Tetapi orang-orang tidak mengingatnya. Lebih tepatnya tidak banyak yang mengingatnya." Rendjhani melirik sekitarnya sebelum berbicara. Anghnia mendengar dengan baik sambil menganggukkan kepalanya.
"Di hari itu, Tuan Laoli akan melompati dia peserta terakhir sebelum akhirnya Tuan Abrata hadir dengan kudanya. Kejadian hari itu cukup memalukan, bagi keduanya. Ketika Tuan Laoli akan melompat tepat sesaat sebelum pria itu menginjakkan kakinya kepada batu pelompat. Kuda meringkik dengan kuat berlari kencang ke arena upacara dan Tuan Abrata yang menungganginya terjatuh sehingga seluruh orang memusatkan perhatian kepadanya." Rendjhani dengan bersemangat bercerita bagaimana kejadian hari itu
"Di saat yang bersamaan, Tuan Laloli menabrak batu yang tebalnya sangat tebal. Dan itulah yang membuat wajahnya mengecil. Aku melihatnya, aku melihat kedua kejadian itu. Setelah aku pikir, sepertinya hanya aku yang masih berdiri di sana melihat Tuan Laoli, memanjat batu setinggi dua meter itu. Dia buka melompatinya." Dengan malas Rendjanhi melirik ke arah Tuan Laoli yang sedang bercengkrama dengan Keumala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aroma Kencan Abrata - Tamat | Abrata Series #02
Historical FictionAroma Kencan Abrata. All right reserved ©2021, Ani Joy KONTEN DEWASA (18+). KEBIJAKSANAAN PEMBACA DISARANKAN. PEKERJAAN INI TELAH MENGIKUTI WATTPAD PEDOMAN UNTUK RATING DEWASA. Berawal dari tawaran, dua anak adam membuat tawaran perjanjian yang terp...