Di salah satu rumah sakit yang berbeda dengan rumah sakit Alfri di rawat, Mirek yang dikabarkan dari servant Joe bahwa Joe pingsan dengan kedua tangan terbakar, Mirek yang saat itu sedang menjamu investor baru mereka makan di sebuah restoran terkaget-kaget mendengar kabar itu, Mirek menatap investornya yang sedang memesan makanan dengan waiters yang berdiri di sampingnya, "Sir, maaf. Aku harus pergi ada urusan penting. Hmm, ntar billingnya kirim ke SMS ya, ntar aku tranfer ke rekeningmu." ujar Mirek dengan wajah cemas memikirkan keadaan Joe yang tidak punya keluarga.
"Penting banget ya?" Investor itu menatap Mirek dengan intens, melihat gerakan kepala Mirek mengangguk sambil menjawab, "Benar, sir. Dia lagi ada di rumah sakit."
"Baik, ntar aku kirim tagihannya. Pergilah. Terima kasih traktirannya, tuan Mirek." ujar investor itu tersenyum tipis, ia adalah investor dari Miami. Mirek pun langsung berjalan bergegas-gegas meninggalkan restoran itu. Sambil menuju ke tempat parkiran, Mirek mendapat telpon dari rumah sakit dan Mirek menjawab pertanyaan petugas bagian administrasi.
Sesampai di rumah sakit, di ruang perawatan VIP tempat Joe dirawat, di ambang pintu, Mirek melihat Joe berbaring lemah di ranjang pasien. Langkah Mirek melangkah perlahan-lahan menuju ranjang pasien dengan perasaan kasihan. Di sisi ranjang pasien itu, Mirek memandangi sahabatnya, di kedua lubang hidung Joe terpasang alat bantu pernapasan berupa selang, di kedua tangan Joe yang terletak di sisi kanan dan di sisi kiri tubuh Joe, di telunjuk tangan kanan Joe terjepit alat EKG untuk mengetahui denyut jantung yang bergerak naik turun naik turun.
"Joe, apa kamu dengar aku?? Aku Mirek..." ujar Mirek. Pria itu melihat pergerakan getaran di kelopak Joe yang menutup, perlahan-lahan itu pula, mata Joe membuka, sesaat Joe menatap langit yang ia tidak tahu itu adalah langit rumah sakit, Mirek mendengar suara lirih lemah dari sahabatnya, "Dimana aku??"
"Kamu ada di rumah sakit, Joe." kata Mirek, "Apa yang terjadi denganmu?"
Joe diam tidak menjawab pertanyaan Mirek. Sesaat matanya membuka tapi kemudian menutup lagi, desah napasnya terdengar lembut seperti orang tertidur kembali, hal ini membuat Mirek melongo, ia langsung melihat alat EKG, Mirek mendesah lega, "Oh, mungkin ini karena obat yang disuntikan padanya jadi dia tidur lagi." pikir Mirek menduga-duga. Akhirnya Mirek menjaga sahabatnya di rumah sakit itu.
🌟💠🌟💠🌟
Hari ketiga telah berlalu dimana Sean dan Tiwi tinggal di rumahnya ibunya David Abraham, Sean sangat telaten mengurus Tiwi yang masih sering mengantuk karena pengaruh obat yang diinfuskan padanya, dan selama hari itu, Tiwi menyerap makanan dari infus itu, David Abraham membelikan Sean sepeda motor karena Sean sudah mulai bekerja di klinik, ketika waktu makan siang, Sean melajukan sepeda motor untuk pulang ke rumah karena ia ingin melihat keadaan Anne alias Tiwi, pemuda tampan itu melihat aliran infus, persediaan oksigen, juga Pampers yang dipakai gadi manis imut itu, jika kotor, dengan telaten dan sayang, Sean membersihkannya dan mengelap bersih area kewanitaan dan pantat Tiwi, juga memeriksa punggung Tiwi serta mengganti pakaian Tiwi, semua itu dilakukan Sean tanpa mengeluh jijik karena Sean ingat ucapan David Abraham. Sean memandang dan mengelus lembut pipi Tiwi, dicondongkan wajah tampannya dekat wajah Tiwi, mulut pemuda tampan itu mengucap kalimat penuh kasih, "Anne Sayang, cepat sembuh, aku rindu bercanda dan ngobrol sama kamu, Anne." seusai mengucap kata itu, Sean mengecup kening Tiwi yang tertutup juga balutan perban khusus pasca operasi, "Aku kerja lagi ya, Sayang." pamit Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home Darling
RomanceKisah cinta unik antara letnan polisi yang harus terikat di pernikahan siri dengan seorang asisten jaksa wilayah yang ternyata itu pernikahan sah tercatat di KUA yang diatur Ratna, dengan lingkup memecahkan kasus pembunuhan yang mereka hadapi bersa...