62. Rumah cinta Kapten Alfri

189 11 3
                                    

David Abraham mengoles salep khusus pasca operasi ke kepala Anne alias Tiwi yang gundul dengan gerakan lembut. Setelah itu David Abraham duduk di tepi ranjang di sebelah Tiwi, menatap posesif gadis manis imut itu dengan mata birunya yang cemerlang, ditarik lembut napas sebelum berbicara dan menghembuskannya seiring pria tampan itu berkata dengan bahasa Inggris, "Mengenai orang tua kamu, aku gak tau, Anne. Kalian, aku temukan di rumah sakit dan kamu harus operasi di kepala kamu." Pria tampan itu diam sejenak, melanjutkan bicaranya, "Apa ada setitik peristiwa yang kamu ingat, Anne??"

Tiwi diam, lalu mengatakan sesuatu yang mengejutkan David Abraham sehingga bila mata biru pria tampan itu membulat besar menatap Tiwi yang bercerita padanya, "Daddy, sewaktu Sean menciumku, ada bayangan samar-samar, dia...dia memakai seragam polisi, Daddy. Mungkin dia adalah saudaraku, Daddy."

"Seragam polisi???" ucap David Abraham mengulang perkataan Tiwi, dadanya berdebar-debar kencang dan mengatakan pada Tiwi, "Bayangan samar-samar itu apa mendekatimu, nak?" dalam hati David Abraham berkata, "Apa ada ikatan kuat Kapten Alfri dan Anne

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seragam polisi???" ucap David Abraham mengulang perkataan Tiwi, dadanya berdebar-debar kencang dan mengatakan pada Tiwi, "Bayangan samar-samar itu apa mendekatimu, nak?" dalam hati David Abraham berkata, "Apa ada ikatan kuat Kapten Alfri dan Anne. Tapi mengapa Kapten itu menikahi Anne yang masih sekolah?"

Tiwi diam untuk berpikir, lalu mengangguk, "Sepertinya ini kedua kalinya sosok berseragam polisi itu ada di mimpi dan pikiranku, Daddy." jawab Tiwi polos.

David Abraham terperangah, sudah dipastikan bahwa Kapten Alfri dan gadis yang duduk di sampingnya ini saling mencintai sehingga membentuk ikatan memanggil melalui pikiran, ketika mulut David Abraham ingin mengatakan bahwa Kapten Alfri mencari Anne alias Tiwi, tapi sekelebat wajah Sean yang sedang semangat mencari uang untuk kesembuhan Anne alias Tiwi dan Sean mencintai gadis manis imut itu, membuat mulut David Abraham terasa membeku tak mampu bicara jujur. Akhirnya David Abraham berbicara, "Anne, pelan-pelan saja untuk mengingat ya, jangan dipaksa. Jahitannya baru mengering, jangan sampai terjadi pendarahan gara-gara memaksa untuk berpikir suatu memori. Percayalah pada Alloh, memori kamu akan pulih lagi."

Tiwi mengangguk. Tersenyum. "Daddy, apa aku boleh bekerja? Gak tau kenapa, ada yang kurang sama aku, seolah dulu itu aku merasa....banyak aktivitas..."

David Abraham nyengir, ditepuk bahu Tiwi dengan lembut, "Apa kamu ingin sekolah lagi, Anne??"

"Sekolah?? Aku sekolah, Daddy??" air muka Tiwi menunjukkan sifat terkejut, "Benarkah aku ini masih sekolah, Daddy???"

Gantian David Abraham terkejut, "Ya iya, kamu dan Sean masih sekolah. Satu sekolah, sekelas juga." Pria tampan itu melihat gerakan alis mata Tiwi yang terukir indah alami itu sedikit mengerut, "Tapi, aku baca buku kedokteran milik Daddy, kok...aku merasa bisa melakukannya, ya?"

"Benarkah?" sahut David Abraham, mulutnya sedikit melongo melihat anggukan kepala Tiwi, pria tampan itu jadi penasaran siapa sebenarnya Anne alias Tiwi, "Slowly ya, nak. Coba kamu ingat-ingat, apa kesukaan kamu."

🌻🍀🌻🍀🌻🍀

Tiwi diam, lalu nyengir, "Aku suka dunia kedokteran, dan..." sesaat gadis manis imut itu termenung, "Aku juga suka dunia di persidangan, Daddy." ujar gadis manis imut itu polos.

You Are My Home Darling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang