"Om...Om Alfri udah ambil perawan aku..." ujar Tiwi lirih namun Alfri bisa mendengar kalimat itu juga kalimat selanjutnya yang terucap dari mulut Tiwi yang tiba-tiba bisa berbicara dengan bahasa Indonesia, sambil berbicara itu Tiwi merasakan area kewanitaannya yang nyeri dan menetes darah perawan terakhirnya, "Aku mengapa gak sadar ini, apa aku tadi..." Tiwi menatap lekat-lekat bola mata Alfri, "Hmm... maksudku, ini kita lakukan atas dasar kemauan kita ya, Om?"
Alfri terperangah dan dadanya terguncang sebuah perasaan penyesalan teramat dalam mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Tiwi, dihadapan istrinya sontak kedua tangannya meraih tubuh Tiwi dan memeluknya, matanya berkaca-kaca, mengatakan, pipi kirinya berada di sisi telinga Tiwi, "Niece...i'm so sorry..aku yang ambil paksa keperawanan kamu... Aku...Aku cemburu, Darling... Aku cemburu kamu diambil Sean..."
Sambil merasakan tubuhnya dalam pelukan erat pria tampan yang sekarang hanya mengenakan kemeja seragam polisi, kejantanan Alfri yang masih belum lemas menjuntai ke bawah dengan sisa darah keperawanan Tiwi yang sudah setengah mengering bercampur percampuran mereka dalam makes love, Tiwi mendengar perkataan Alfri, "Sean??" ujar Tiwi, hidungnya menghirup aroma ciri khas tubuh Alfri yang perlahan-lahan keringat mereka berdua mulai mengering seusai bercinta, otak Tiwi teringat visual pada sosok pemuda tampan yang menjadi temannya di SMA Xaverius, Di visual itu, pemuda itu tersenyum padanya, "Ngapain Om Alfri cemburu sama Sean, dia hanya teman aku." Tiwi tercekat saat teringat kembali bahwa Sean bukan sekedar teman biasa, lalu berbicara lagi dengan cepat, "Eh... Sean itu sahabat aku, Om."
"Kamu jangan lagi bersahabat dengan Sean, Darling." tukas Alfri, kedua tangannya memegang kedua bahu istrinya, "Sean gak seperti yang kamu pikirkan, dia itu cinta sama kamu dan dia hampir ngambil hak aku dari kamu." sambil mengatakan itu, Alfri menggertakkan gigi gerahamnya karena kesal sekali teringat kembali di ingatannya bagaimana Sean hendak menyetubuhi Tiwi.
"Ohhh, benarkah??" kata Tiwi, air mukanya terlihat polos menatap Alfri, "Aku kok gak tahu ya, Om Alfri."
Sejenak air muka Alfri cengo menatap istrinya, "Hey, jadi sekarang ini, si Tiwi gak ingat juga waktu Sean mencumbunya...???" pikir Alfri, "Ahh, udahlah gak usah aku tanya Tiwi tentang ini... Lebih baik Tiwi gak ingat kejadiannya dengan Sean, kalo ingat gawat, dia akan terus bilang dia hamil anaknya Sean." bersamaan dengan itu Tiwi merasakan area belakang kepalanya terasa sakit karena reflek itupula Tiwi berusaha mengingat kejadian Sean seperti yang dikatakan Alfri, ia ingin mengingat kapan Sean akan mengambil kehormatannya sebagai wanita yang masih virgin, Tiwi mengangkat tangan kanannya dan meletakkannya ke area tempurung kepalanya yang botak, sambil mengerang kesakitan, jari jemari tangan menyelusuri tempurung kepalanya dan jarinya itu ia merasa ada garis kasar di tengah tempurungnya seperti jahitan operasi yang sudah kering, di hatinya heran, "Aduhhh, kepala aku kok sakit ya, dan...dan...ini... ini, kepala aku kenapa ya???" Tangan Tiwi yang kiri ikut diangkat dan meraba kepalanya dengan hati-hati sambil meringis sakit, jemari tangan kirinya itu juga merasakan tidak ada rambut disela jarinya itu, kedua tangan Alfri turun dari pundaknya, apa yang dirasakan Tiwi membuat hati Alfri ikut sedih mendengar Tiwi antara bingung dan kesakitan, tiba-tiba terdengar tangis kepanikan Tiwi yang menyadari sentuhan tangannya benar-benar tidak merasakan helaian rambutnya yang hitam lurus dengan panjang di bawah bahu, "Ommm...Om Alfri..." kata Tiwi, menatap pria tampan itu, "Rambut aku kemana? Rambut aku manaaa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home Darling
RomanceKisah cinta unik antara letnan polisi yang harus terikat di pernikahan siri dengan seorang asisten jaksa wilayah yang ternyata itu pernikahan sah tercatat di KUA yang diatur Ratna, dengan lingkup memecahkan kasus pembunuhan yang mereka hadapi bersa...