68. Jodoh Pengabdian

157 9 1
                                    

Tiwi menatap pria tampan berseragam polisi yang sedang memegang pergelangan tangannya, "Eh, mengapa kamu pegang tanganku, opsir?" ujar gadis manis imut itu dengan bahasa Inggris, "Lepaskan tanganku." Tiwi memutar-mutar pergelangan tangannya supaya Alfri melonggarkan pegangan tangannya dan ia bisa melepaskan tangannya dari pegangan tangan Alfri, tapi kemudian Tiwi menatap Alfri dengan lebih cermat lagi, sedangkan Alfri belum menjawab dengan air muka kaget karena istrinya memanggilnya dengan opsir sambil masih memegang tangan Tiwi, "Hey, kamu adalah Kapten polisi di LAPD, kan?"

" Tiwi memutar-mutar pergelangan tangannya supaya Alfri melonggarkan pegangan tangannya dan ia bisa melepaskan tangannya dari pegangan tangan Alfri, tapi kemudian Tiwi menatap Alfri dengan lebih cermat lagi, sedangkan Alfri belum menjawab dengan a...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar ia dipanggil Kapten polisi LAPD, dengan gerakan tangan lunglai dan wajah tersirat kesedihan, Alfri menurunkan tangannya dari pergelangan tangan Tiwi sambil membatin, "Istriku melupakan aku." sedangkan Bastian yang belum sempat diceritakan Alfri perihal Tiwi tercengang dan matanya terus menatap Tiwi dengan gerakan mata naik turun turun naik arah pupil matanya dan tanpa berkedip disertai mulutnya melongo, mulutnya nyeplos setelah ia merasa gadis manis imut memakai jas laboratorium forensik itu adalah istri Alfri, "Tiwi, kok kamu manggil Kapten sih, bukannya..."

"Bastian, shut up." kata Alfri datar, tanpa memandang sahabatnya, ia masih menatap Tiwi, melihat istrinya mengenakan jas forensik, sambil tangannya kembali ke sisi semula yaitu di sisi tubuhnya, ia juga melihat anak buahnya berada di belakang Tiwi, "Kalian kembali kerja." kata Alfri, "Ini bukanlah tontonan, dia hanya seorang forensik."

Ekor mata Tiwi memperhatikan satu persatu opsir polisi yang berdiri di belakangnya dengan sedikit memutar bahunya ke samping kanan, ia melihat polisi-polisi itu kembali ke tempat duduk mereka masing-masing tetapi tatapan mereka masih mengarah padanya, seakan mereka ingin sekali berbicara dengannya tetapi Kapten polisi mereka melarangnya. Bersamaan dengan itu pula, Tiwi mendengar suara pria yang berbicara dengannya dengan intonasi datar, suara pria itu tak lain adalah Alfri, "Ada apa kemari, nona?" kata Alfri, ia memancing istrinya dan berharap istrinya ingat padanya tanpa memaksa istrinya mengingat keras tentang dirinya dan kenangan mereka bersama, "Aku belum pernah melihat kamu sebelumnya."

Tiwi kembali menelengkan wajahnya yang manis imut, menatap lagi pria tampan itu, tatapan mata pria itu seakan menebus relung hatinya terdalam sehingga merasakan getaran tembusan sesuatu yang sensitif yang dirasakan hatinya, "Kapten..." kata Tiwi, matanya membaca papan nama yang menempel di seragam Alfri.
Bersamaan dengan itu ponsel Alfri berbunyi, Alfri menggerakan tangannya merogoh ponselnya dari saku celana sambil mengatakan pada istrinya, "Hold on..." Alfri terkejut melihat siapa yang menelponnya yang tak lain adalah inspekturnya, "📞Ya, Sir.." jawab Alfri, ia mendengar inspektur itu segera ke lokasi TKP, dan Alfri menjawabnya, "📞Sir, aku akan ke sana, tapi masih ada yang harus aku urus dulu. Kirim Kapten Emanuel devisi SWAT dulu..." Alfri mendengar inspektur itu yang ingin Alfri tetap turun tangan meski ia akan menyuruh Kapten Emanuel, "📞Baik... give me time, Sir." setelah itu pembicaraan mereka selesai, diikuti pandangan mata Tiwi dan Bastian yang mengikuti pembicaraan Alfri di telpon.

" setelah itu pembicaraan mereka selesai, diikuti pandangan mata Tiwi dan Bastian yang mengikuti pembicaraan Alfri di telpon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Are My Home Darling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang