Inspektur dan jendral polisi LAPD melihat keberadaan Alfri dan Bastian di TKP, jendral polisi nyengir, "Dua macan kita udah muncul. Kuharap target berhasil dibekuk." katanya dengan mata mengarah ke monitor. Mereka berdua melihat pergerakan Kapten Emanuel dan beberapa anak buahnya merayap masuk ke rumah target sambil membawa senjata.
Alfri, Bastian, dan opsir polisi lainnya berjaga di luar dengan senjata mereka masing-masing. Alfri memberi isyarat dengan tangan pada anak buah Kapten Emanuel yang berada di luar bersamanya. Mata Alfri yang tajam kalo sudah menangani kasus pengejaran itu bergerak mengitari area rumah target dan sisi kanan dan sisi kiri, sambil bersiaga dengan pistol berkaliber resmi kepolisian sejajar arah dadanya, Alfri tertarik memperhatikan sebuah garasi yang tertutup rapat dan terletak di sisi rumah target itu.
"Letnan Bastian, pimpin barisan menyelinap dan berjaga di area garasi itu." kata Alfri pada sahabatnya yang berdiri di seberangnya dan tak jauh darinya dengan
jarak beberapa langkah.Bastian menelengkan wajahnya ke arah Alfri tanpa menurunkan senjatanya, "Kenapa, Kapten?" tanya Bastian heran.
"Titik itu terlewat dari rencana Kapten Emanuel." ujar Alfri, "Bisa aja, target kabur melalui garasi itu."
"Siap, Kapten." jawab Bastian mengerti, lalu ia pun membuat barisan baru dan mereka menyelinap masuk sambil diperhatikan Alfri dan opsir polisi lainnya.
Sementara itu Kapten Emanuel dan rombongannya berhasil mendobrak pintu rumah dengan kasar dengan kaki mereka yang sudah terlatih fisiknya, terdengar bunyi 'Braaak..' setelah itu mereka serempak menodongkan pistol mereka ke depan dengan sangat terlatih.
Dobrakan pintu rumah yang sangat keras itu mengagetkan seseorang pria yang sedang duduk di sofa sehingga pria itu sampai terlompat berdiri dan kripik yang sedang ia makan itu terjatuh ke lantai apalagi saat melihat pasukan berseragam LAPD SWAT menyerbu dengan pistol-pistol yang ditodongkan padanya disertai seruan serentak dari Kapten Emanuel dan anak buahnya, "LAPD... jangan bergerak!"
Kapten Emanuel berseru sambil memandang pria itu, "Angkat tangan di belakang kepala." Karena banyaknya pistol yang ditodongkan mengarah padanya maka pria itu menuruti perkataan Kapten Emanuel dengan mengangkat kedua tangannya dan diletakan di belakang kepala, tanpa menunggu perintah Kapten Emanuel, anak buahnya membagi tugas dengan sebagian menyebar memeriksa kondisi rumah itu dan seorang memborgol pria itu. Kapten Emanuel yang masih menodongkan pistol ke arah pria yang sudah di borgol itu dan melihat aneka jenis makanan ada di meja itu, salah seorang anak buah Kapten Emanuel membawa kamera pengintai yang berfungsi supaya pihak polisi bagian luar yang berjaga yaitu Alfri dan juga tersambung ke monitor yang sedang dipantau inspektur dan jendral polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home Darling
RomanceKisah cinta unik antara letnan polisi yang harus terikat di pernikahan siri dengan seorang asisten jaksa wilayah yang ternyata itu pernikahan sah tercatat di KUA yang diatur Ratna, dengan lingkup memecahkan kasus pembunuhan yang mereka hadapi bersa...