RELOAD PAGE

1.9K 158 19
                                    

Maret, 2022

Hari dimana semuanya berakhir. Ya, katanya saat itu semua berakhir. Jenan Seenadra, Abang terkasih pergi menuju bahagia. Alisya Cantika, kekasih hati pergi untuk beristirahat dari sakit. Mereka pergi meninggalkan raga yang sebenarnya tak kokoh lagi. Bahkan tanpa mengatakan satu katapun.

"Jika Papa tidak bisa memberikan bahagia untuk Chandra, Abang yang akan ciptakan bahagia seutuhnya. Hanya untuk Chandra..."

Dulu, ucapan itu bak hadiah besar. Yang jika ditukarkan dengan apapun, raga itu jelas tak akan mau. Karena itu yang dibutuhkan. Cukup itu, dan tak ingin apapun lagi.

"Bohong. Papa sudah banyak berbohong pada Chandra, dan Abang juga bergabung. Lantas Chandra harus memintanya pada siapa, Bang?"

Jenan adalah sosok yang benar-benar merubah segala pola pikirnya. Meskipun ia akan meletakkan Alisya juga pada hatinya tapi tak menampik jika sosok Jenan benar-benar membuat matanya terbuka lebar. Jenan mampu memberi tahu bahwa hidup ini tak sebatas perihal bertahan atau pasrah.

Jadi seperti ini, jalan itu bak pecahan kaca, dan ia berjalan diatasnya. Cinta dari sekelilingnya bak obat baginya meskipun tak menjamin sembuh, tapi mampu menutup lukanya meskipun masih akan tetap berdarah.

Masih ingat perumpamaan dari Jenan?

"Abang akan buat perumpamaan. Jika Abang adalah pohon, maka kamu adalah akar. Ketika suatu saat pohon ditebang, masih ada akar yang diharapkan mampu menumbuhkan pohon."

"Sama seperti keluarga kita. Jika Abang tak bisa untuk sekedar membuat bahagia untuk kalian, kamu bisa tumbuhkan itu pada keluarga kita."

Begitulah perumpaannya. Singkatnya sosok laki-laki bertanggung jawab itu sudah menumpahkan segalanya pada Chandra. Memberikan segala tanggung jawabnya pada saudaranya. Apa itu bisa dikatakan salah?

Jelas tidak, kan? Bukankah didalam suatu keluarga harus saling menciptakan bahagia? Dan tidak hanya bertumpu pada satu orang?

Nyatanya memang benar. Ini bukan lah perihal pada siapa Chandra harus meminta. Tapi Chandra lah yang justru harus menciptakan itu untuk mereka. Mereka yang merana karena kepergian dua orang yang ia kasihi.

Terus beranggapan bahwa sudah seharusnya sesuatu yang ia berantakkan, ia rapikan lagi. Baginya juga tak apa, rapuhnya tak sebanding dengan kesedihan mereka. Ia merasa masih bisa menutupi segalanya.


Bagian Kedua... Sosok yang akan kembali bertahan apapun resikonya. Yang akan mengembalikan segala tawa yang tak pernah terdengar oleh telinga.

"Aku masih disini. Gak akan pergi kemana pun karena tugasku belum selesai. Jikalau sudah selesai, maka aku juga akan tetap disini untuk memastikan mereka tetap dalam keadaan baik, dan tertawa lepas tanpa beban lagi."

Hardi Chandra

Hardi Chandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang