15. Tolong Sayangi Aku Bisa, Pa?

1.2K 176 59
                                    


Mendapat kabar bahwa Teddyan berada diseputaran Rumah Sakit membuat Jemiel sedikit gelisah. Ia bahkan harus rela berjalan sedikit tertatih dengan Jeffan disampingnya untuk mengkelabui Teddyan. Dan syukurnya Teddyan diam-diam mengikuti mereka sampai ke rumah bukan justru di Rumah Sakit.

Malam berganti pagi. Dan hari ini Chandra benar-benar diijinkan untuk pulang. Lalu siapa yang menjeput? Jelas tidak ada karena Jeffan takut dibuntuti lagi. Dan berakhir Sineera harus memesan mobil agar dirinya dan putra tampannya bisa kembali ke rumah.

Dan disinilah Sineera sekarang, duduk menatap putranya yang masih sibuk memilih pakaian dilemari untuk ia kenakan dirumah. Wanita tiga anak itu tak habis pikir, Chandra baru saja keluar dari Rumah Sakit dan baru tiba dirumah tapi gelagatnya seperti tak sakit sama sekali padahal wajahnya terlihat sedikit pucat. Hanya sedikit.

"Chandra? Pakai kaos biasa aja."

"Ini juga cari kaos kok, Ma." Jawab laki-laki itu tanpa menghentikan kegiatannya.

"Kaos-kaosmu Mama taruh ditempat biasa, pakai yang paling atas aja. Untuk apa cari yang dibawah-bawah?"

Sineera bisa melihat Chandra menarik kaos yang ada ditengah-tengah tanpa mengangkat pakaian yang berada diatasnya. Jelas itu membuat pakaian lain berantakan.

"Hehehe Chandra cari kaos ini." Wanita itu bisa lihat bagaimana Chandra memakai kaosnya dengan cepat.

"Katanya Rendra sama Mahendra mau kesini, Ma. Makanya Chandra pakai ini  soalnya ini kado mereka dulu waktu Chandra ulang tahun." Sineera memutar bola mata malas. Sudah tidak mengerti lagi hubungannya apa.

"Ya sudah terserahmu aja, Mama turun ya? Kalau sesak atau pusing telfon ke bawah aja. Mama mau bantu Bibi dulu buat makan siang. Sebentar lagi Jemiel juga datang dari toko roti."

Chandra mengangguk. Dan tepat setelah Sineera berlalu, dua sahabatnya datang.

"LO BENER-BENAR, YA?!" Bentak Rendra.

"Sabar Ren, Mama Sin baru aja turun kalau dia dengar lo teriak ke anaknya yang ada lo digundul."

Rendra berdecak kemudian melepas kacamata beserta hoodienya.
"Bisa-bisanya malam itu gua telfon Jemiel malah dia bilang lo gak kenapa-kenapa. Padahal saat itu lo sesak." Omel Rendra.

"Masuk kamar orang itu permisi dulu, Ko. Gak ada sopan-sopannya sih lo. Mau diomelin Papa gua?"

"Papa lo gak ada..."

"Kata siapa? Papa dirumah dari kemarin malah."

Mahendra tertawa keras dengan bertepuk tangan. Entah apa yang lucu, baik Chandra ataupun Rendra tak lagi ambil pusing. Sudah tahu akan kebiasaan aneh Mahendra.

"Gak bawa apa-apa?" Tanya Chandra.

"Lo minta apa?"

"Paling gak bawa buah kek, roti atau uang gitu. Masa kesini tangan kosong, gak tahu etika jenguk orang ya?"

"Ngelunjak, udah bagus dijenguk." Itu Rendra, bukan Mahendra.

Tak ada yang dilakukan lagi setelah percakapan itu berakhir. Chandra sibuk mengunyah buah pisang, Rendra sibuk dengan iPadnya, dan Mahendra justru tengah berguling-guling dilantai
.
"Kalian kesini buat numpang doang atau ngapain dah? Mana lo Ko duduk gak ada sopan-sopannya, turunin gak kaki lo dari meja."

Rendra benar-benar menulikan pendengarannya dan malah tertawa melihat video yang entah video apa Chandra tak tahu. Netra Chandra teralih pada sosok temannya yang kata adek tingkat sangat boyfriendable. Jika mereka melihat Mahendra sekarang mungkin status itu akan copot sekarang juga.

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang