11. Kenapa Aku Bisa Berkata Aku Beban?

1.1K 141 29
                                    


Dulu ada seseorang yang mampu membuat Chandra merasa menyukai suasana yang sedikit berisik dirumah besar ini. Mendengar setiap ucapan yang mampu menusuk telinga bukan tanpa maksud. Ia sangat suka suara besar sosok pria yang berstatus Papanya.

Tapi setelahnya, akan ada sosok yang merangkul dan menepuk bahu serta punggungnya dan berkata
"Gak apa, Abang ada disini untuk lo. Kalau gak ada yang bisa kasih kebahagiaan, Abang yang akan ciptakan."

Benar, sebenarnya Jenan sudah mampu menciptakan bahagia untuk Chandra. Tapi keduanya saat itu tak sadar. Dan sekarang Chandra mengerti dan tahu jika sebenarnya Jenan sudah menciptakan bahagia untuknya sejak kecil.

Kesepian membuat Chandra berimajinasi lebih, tetapi Jenan justru datang dan mewujudkan setiap imajinasinya. Mari kita ulas bagimana Jenan selalu berjalan lebih dulu dari Chandra agar saudaranya itu tak terluka barang sedikitpun.

Jenan selalu memberikan setiap perhatian kecil saat Chandra merasa bahwa Jeffan tak meliriknya. Jenan juga akan selalu memberikan semua yang ia dapat dari Jeffan untuk Chandra dengan dalih...
"Abang gak perlu."

Dan sosok Abang itu juga selalu membela dan berdiri sebagai seorang Papa untuk Chandra.

Memang apa yang bisa dilakukan anak yang beda dua tahun dari adeknya?
Tentu banyak. Bahkan saat kecil Jenan sudah bisa mewakili untuk menandatangani hasil ulangan Chandra yang sukses mendapat nilai sempurna.

"Eumm... Chandra minta tanda tangan Mama aja deh."

"NO?!" Pekik Jenan yang tengah duduk bersila didepan Chandra.

"Kan ulangan Abang udah ditanda tangan sama Papa, jadi Abang bisa ikutin tanda tangan Papa."

"Nanti Bu guru marah. Mama juga marah." Sahut Chandra.

"Kalau dimarah nanti panggil Abang. Okay?"

Jangan dicontoh, ya? Konsepnya bukan begitu tapi Jenan melakukan itu untuk Chandra agar saudaranya tak sedih. Karena setiap guru meminta kembali hasil ulangan yang sudah dibubuhi tanda tangan orang tua/wali, guru itu akan selalu bilang...
"Mengapa bukan Papa yang tanda tangan? Dulu waktu Bu guru jadi guru Abang kamu, Ibu lihat Papamu selalu tanda tangan kok."

Kalimat itu selalu menyakiti hati Chandra. Tapi Jenan akan selalu hadir setelahnya entah dengan sikap marah pada lawan bicara Chandra atau hanya akan memandang sinis.

Maka dari itu bagi Chandra, Jenan adalah Papa yang sebenarnya.

Tapi sekarang ini Chandra tak mampu lagi berdiri dibelakang Jenan. Sosok Papa baginya itu hilabg, Abangnya sudah tak ada lagi. Dan laki-laki itu berpikir sekaligus membenarkan bahwa memang tak seharusnya kita hanya berdiri dibelakang seseorang. Sudah seharusnya kita sendiri yang menolong diri.

Ibarat pohon yang selalu kamu jadikan sandaran ditebang, maka mau tak mau kamu harus mendudukkan dirimu tanpa snadaran. Bisa saja mencari pohon lain untuk bersandar, kan? Tapi bagaimana jika terulang lagi? Maka sampai kapan akan terus mencari sandaran? Lalu kapan akan mampu berdiri sendiri?

"Rumah lo sepi banget. Pada kemana deh?" Tanya Rendra dengan fokus pada kulkas milik keluarga Chandra seperti tengah mencari sesuatu.

"Jemiel dikamar. Mama lagi ke supermarket kayaknya."

"Papa lo?"

Chandra justru mengelus kepala max, anjing kesayangannya dengan sayang.

"Papa lagi kerja."

Mendengar perubahan suara Chandra membuat Rendra melirik sekilas pada temannya. Ia kira Chandra tengah sedih, tapi yang ia lihat sahabatnya tengah terkikik kecil sembari bercanda dengan max.

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang