30. Yang Hilang Akan Dikembalikan

1K 145 35
                                    

Pernah tidak mendengar kalimat Sayangi dirimu dan berhenti  menyenangkan orang lain. Kalimat yang penuh akan arti jika kita mampu menelaah dengan baik. Ya, memang benar. Anggap saja begini, kamu merelakan dirimu terluka untuk bisa melihat orang lain tersenyum. Atau yang lebih simple kamu merelakan orang yang kamu sayangi dimiliki orang lain. Sakit bukan?

Untuk mengantisipasi hal seperti itu sangatlah sulit, tapi jika hatimu bertekad untuk menyenangkan diri atau menyayangi diri, itu semua tidak akan sesulit apa yang kita bayangkan. Kunci utama adalah ikhlas. Dengan begitu kamu bisa menyangi dirimu tanpa menaruh luka.

Sama halnya seperti Chandra. Laki-laki dengan paras tampan nan manis itu jelas seperti tak menyayangi dirinya. Kenapa? Sudah jelas bukan jawabannya? Dia merelakan apapun asal orang sekelilingnya bisa menerima bahagia yang mereka inginkan tapi sayangnya Chandra tak sadar bahwa hal itu mampu menciptakan luka bukan hanya pada hatinya saja, tapi juga pada orang lain.

Boleh, tidak ada yang melarang kamu menyenangkan orang lain. Tapi apa adil jika kamu menciptakan bahagia untuk orang lain tapi dirimu terluka?

Kali ini entah apa yang akan dilakukan lagi oleh seorang Hardi Chandra. Dirga sudah tak paham lagi dan rasanya ingin menahan Chandra dalam rumahnya

"Jangan pikirkan hal berat." Kata Dirga yang masih setia duduk disamping Chandra menunggu giliran untuk dipanggil oleh perawat.

"Ayah? Chandra mau ke Rumah Sakit..."

"Mama baik-baik aja."

Chandra memainkan jemarinya dengan perasaan gelisah. Sakit perut? Apa karena makan manisan itu? Sudah ia duga, harusnya saat feelingnya berbicara untuk menarik piring dan membuangnya, ia melakukan dengan cepat bukannya membiarkan Sineera memakan sampai habis.

"Chandra... dengar Ayah, ya? Kamu tahu kalau tubuhmu sekarang gak baik-baik aja, kan? Kalau kamu biarkan pikiranmu terus seperti ini, kamu akan sakit. Masih ingat apa yang terakhir Dokter katakan?"

Laki-laki yang diajak bicara oleh Dirga itu mencoba mengingat-ingat apa yang Dokter katakan sebelum dirinya pergi ke Jepang.

"Sesak, lemas, demam, sakit kepala, bahkan parahnya kamu bisa pingsan. Kamu mau merasa itu setiap hari?"

Chandra menggeleng. Jelas, itu semua akan mempersulit ruang geraknya.
"Tapi semuanya pasti karena Chandra, kan? Feeling Chandra bilang gitu, Yah. Mama pasti begini karena Chandra..."

"Coba jelaskan apa yang buat kamu berpikir seperti itu? Nak? Bisa tidak kamu jangan menyalahkan dirimu terus. Gak semua masalah yang datang karena kamu. Kalau kamu biarkan hatimu menyalahkan diri selalu, itu namanya kamu gak menghargai diri, kamu gak percaya pada dirimu."

Dirga menghela nafas setelahnya.
"Kita periksa dulu, setelah itu Ayah akan jelaskan kenapa Mama bisa seperti itu. Jadi sekarang tolong tenangkan dirimu, okay?"

Bukannya tenang, Chandra justru mengambil benda pipihnya dan berharap ada kabar setidaknya dari Jemiel atau Jeffan tentang apapun itu. Tapi nihil, dan itu semakin membuat Chandra tak karuan.

"Jemiel ada dirumah Opa, jadi kamu gak perlu khawatir keadaannya." Kata Dirga yang mengerti rasa resah sosok disampingnya.

Hampir sama, di Rumah Sakit lain pun Jeffan tengah menahan diri untuk tak memukul dirinya. Bermodalkan keberanian, pria tiga anak itu mulai mendekat ke bed istrinya yang masih meringis kecil. Ringisan yang mampu membuat telinga Jeffan berdenging, mampu membuat emosi dalam raganya memuncak dan tidak lupa air mata yang rasanya ingin lolos begitu saja.

Ada kalimat yang mampu menggambarkan situasi sekarang Kamu mencari solusi yang salah diatas alasan yang rumit.

Singkatnya, situasi sudah sangat rumit dan terdesak tapi Jeffan justru memikirkan solusi yang ia rasa sukses tapi nyatanya itu beresiko.

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang