33. Terluka Tiba-tiba

1.3K 176 33
                                    


Hari semakin gelap, setiba Jeffan dan Sineera dirumah ia mendapati Jemiel dan Chandra tengah menonton dikamar Jenan. Sebenarnya mereka berdua tidak menonton, karena yang Jeffan lihat adalah Chandra yang berbaring diranjang dan Jemiel yang tengah makan keripik. Sementara televisi hidup dengan volume lumayan keras.

"Ma?" Panggil Chandra kemudian bangun dari tidurnya.

"Kamu capek? Istirahat aja, ya? Sebentar lagi makan malamnya jadi setelah itu kita makan." Kata Sineera lembut tapi tak tahu kenapa Chandra justru mendekat dan memeluknya erat.

"Jagoan Mama kenapa?"

"Biasa Ma... galau." Kata jemiel dengan mulut penuh keripik kentang.

"Lo bisa diem gak sih? Ma suruh Jemiel keluar, Chandra pusing lihat dia."

Tapi bukan Jemiel namanya jika menerima begitu saja dibegitukan, setelah laki-laki itu meneguk tehnya, ia mulai beranjak dan duduk disamping Chandra. Dan tanpa takut ia justru mengusap jemarinya pada baju saudaranya.

"Hehee..." Kekeh Jemiel tanpa dosa.

"JEMAN?! MA LIHAT, MA?! JOROK BANGET HEH..." Chandra terus membersihkan pakaiannya yang diusap Jemiel sementara pelakunya hanya terkekeh.

"Santai dong, Abang. Itung-itung melatih kesabaran sebelum Adek lahir."

"Adek gak mungkin kayak lo. Nakal?!"

Kini Sineera dan Jeffan yang tertawa kala mendengar Chandra mengatakan saudaranya nakal.

"Papa ketawa?" Tanya Chandra.

"Menurut lo Papa nangis?" Kini Jemiel yang bertanya sembari bergelayut manja pada Sineera membuat Chandra jengkel.

"Jauh-jauh dari Mama."

Jemiel justru tetap memeluk Sineera mengabaikan ucapan Chandra. Memang sengaja, laki-laki itu ingin mengerjai Chandra.

"Papa besok ada berangkat ke luar kota soalnya kantor disana ada problem, gak apa kan?"

Jemiel yang awalnya tengah bermain dorong-dorongan dengan Chandra menghentikan aktivitasnya sejenak guna mendengar penuturan Jeffan.

"Besok kalian sudah kuliah, kan? Biasanya awal kuliah kan belum ada aktivitas belajar, setelah selesai kelas bisa langsung pulang gak supaya Mama ada teman ngobrol."

"Punya Papa gila kerja begini nih. " Dumel Jemiel tak takut.

"Katanya mau jaga istri, tapi malah main pergi. Dadakan lagi bilangnya..."

"Gak apa, kasihan juga kantor disana kan butuh Papa. Kenapa? Jemiel gak mau nemenin Mama, ya?" Tanya Sineera membuat Jemiel menggeleng keras.

"Ya udah Pa besok berangkat aja, Mama gak apa kok." Kata Sineera.

"Tolong jagain Mama, ya? Papa sebentar aja, selesai semuanya Papa langsung balik."

"Hari itu juga?" Tanya Chandra.

"Iya. Subuh Papa berangkat, mungkin sore Papa sudah tiba disini."

Chandra mengangguk berbeda dengan Jemiel yang diam. Bahkan setelah disenggol Chandra pun laki-laki itu masih tetap diam. Sudah jelas Chandra tahu jika Jemiel jengkel.

"Maaf ya Papa merepotkan kalian."

Waktu berlalu dengan cepat hingga kini jam telah menunjukkan pukul tujuh pagi, dimana kedua putra tampan Jeffan sudah siap untuk berangkat dan mengikuti hari pertama kuliah. Harusnya wajah ceria menyelimuti mereka tapi kini Jemiel justru ingin dirumah saja. Tak tahu kenapa badannya terasa berat, seolah enggan untuk keluar.

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang