18. Minta Maaf Itu Berharga

1.3K 177 99
                                    

Flashback on

"Papa Papa Papa?!" Teriak salah satu jagoan kecil Jeffan yang sudah berdiri tepat dihadapannya dengan bathrobe memilit ditubuhnya. Jangan lupakan dua mainan bebek yang masih dipegang pada kedua tangannya.

"Papa? Abang boleh renang lagi gak?" Tanyanya.

"Gak boleh." Sahut Sineera yang datang sembari menggendong putra kecilnya yang masih berusia tiga tahun yang juga menggunakan bathrobe.

"Abang sama adek udah renang hampir satu jam, kalau kelamaan nanti sakit."

"Tapi Abang kan kuat?" Mendengar ucapan Jenan membuat Jeffan gemas. Pria itu justru menggendong putra sulungnya dan memberikan kecupan-kecupan pada pipi hingga leher membuat jagoannya memekik keras.

"PAPA?! AAAAAAA ABANG NDAK MAU DICIUM... MAMA TOLONG?!"

Sineera hanya menggeleng sembari memungut dua mainan bebek yang jatuh dari tangan Jenan. Namun ketukan pada bahunya membuat wanita cantik itu memfokuskan manik hazelnya pada putra dalam gendongannya.

"Papa endak cium adek?" Tanya Chandra. Sineera lantas melirik Jeffan yang justru mengajak putra sulungnya menuju kamar Jenan. Ya, Jenan yang berusia lima tahun sudah tidur sendiri.

"Kok Papa endak cium adek, Ma?" Tanya Chandra lagi dengan arah pandang pada kamar Jenan.

"Adek kan sudah sama Mama. Dicium Mama gak apa, kan?"

Tak ada jawaban. Chandra yang masih berusia tiga tahun itu hanya sibuk memainkan jarinya. Bibirnya sedikit menyun, dan kepalanya menunduk. Benar-benar menunjukkan bahwa dirinya bersedih.

"Jagoan Mama kenapa hmm?"

"Adek mau Papa..." Katanya membuat Sineera menggigit bibir bawahnya. Tangannya kemudian mengusap pipi tembam Chandra dan mengecupnya singkat guna mengalihkan perhatiannya tapi sepertinya tak akan mampu.

"Ayo cari Papa. Nanti Adek mandiny sama Abang dikamar mandi Abang deh."

"Sama Papa juga?" Tanyanya antusias.

Sineera benar-benar berpikir jika Chandra sangat menyayangi Jeffan. Karena apapun yang disebut pasti diiringi kata Papa. Berbeda dengan Jenan yang justru lebih suka menyebut Mama. Diberi pertanyaan seperti itu membuat Sineera tak menjawab dan justru berjalan menuju kamar Jenan.
Saat masuk, yang ia lihat pertama adalah Jenan yang digiring oleh Jeffan menuju kamar mandi dengan bathrobe yang sudah terlepas.

"Jeff?" Panggil Sineera.

"Jep..." Chandra justru ikut memanggil Jeffan kala mendengar Mamanya memanggil Papanya dengan sebutan nama.

"Eh? Adek gak boleh manggil gitu, ya? Panggilnya Papa." Kata Sineera diiringi kekehan diakhir kalimatnya.

"Oh, ya? Kamu mau mandikan Jenan, kan? Sekalian Chandra, ya?" Pinta Sineera pada Jeffan.

"Kamu mau kemana? Kan yang masak sudah Bibi?" Jawab Jeffan.

"Putramu bukan satu, Jeff. Dia juga mau mandi sama kalian."

"Tapi nanti Chandra main air lama, aku gak mau..." Kalimat Jeffan tak selesai kala melihat air muka istrinya yang berubah.

"Papa? Adek boleh mandi sama Abang?"
Ditanya begitu membuat Jeffan memalingkan wajah dari Chandra. Sebenarnya suara jagoannya terlalu lucu untuk ia abaikan, belum lagi pelafalan Chandra yang sudah benar-benar baik membuatnya gemas bukan main. Tapi entah mengapa netranya justru ia alihkan ke arah lain.

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang