Gemericik hujan mulai menemani sore menuju malam. Awan gelap mulai menguasai dan sudah bisa diprediksi jika hujan ini akan berlangsung lama. Jemiel yang awalnya tengah tidur dikamar Greya tiba-tiba tersentak kala merasa tangannya disentuh. Dingin, itu yang ia rasakan pertama.
Manik hazel laki-laki tampan itu terbuka dan mendapati kekasih hatinya duduk didekatnya dengan pakaian yang berbeda dari sebelumnya.
"Mau mandi dulu gak? Kamu udah tidur dari siang loh, paling gak mandi setelah itu makan. Ya?" Kata Greya yang merapikan sedikit surai legam kekasihnya.
Sebenarnya gadis itu juga tak tahu sosok laki-laki dihadapannya kenapa karena siang tadi Jemiel datang dalam keadaan mata merah ditambah wajahnya yang benar-benar datar lebih tepatnya jutek.
"Sayang? Hey? Jangan tidur lagi."
Jemiel menggeleng mendengar ucapan kekasihnya, laki-laki itu kemudian mendekat untuk memeluk tubuh Greya. Menghirup dan mencoba menenangkan pikirannya hanya dengan menghirup aroma sabun yang Jemiel suka dari tubuh kekasihnya.
"Kamu kenapa? Mau cerita?"
Jemiel justru menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Greya.
"I'm just tired.""Kalau lelah kamu bisa istirahat. Tapi jangan seperti ini, aku jadi bingung lihatnya."
"Sorry..."
Greya menggeleng saat mendengar kekasihnya meminta maaf.
"Don't say that again. Kalaupun ada yang harus minta maaf, itu aku Jem bukan kamu." Jawab Greya masih dengan aktivitas mengusap surai legam kekasihnya. Gadis itu tak keberatan Jemiel memeluknya seperti ini padahal ia sebenarnya sudah lapar tapi baginya Jemiel yang harus ia dahulukan."Kamu sayang aku, Grey?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Jemiel membuat Greya menghentikan gerak tangannya.
"I really love you, Greya. Aku gak akan pernah mau sampai sejauh ini kalau bukan karena cinta."
"Maksud kamu?"
Jemiel melepas pelukannya. Tangan besar laki-laki itu mulai mengusap pipi Greya.
"I think you must still remember, bagaimana perjalanan kita untuk bisa sampai ditahap ini. Bagaimana kita melawan ego masing-masing...""Kenapa bahas itu? Apa gak ada topik lain yang bisa dibahas?" Tanya Greya memotong kalimat Jemiel.
"Aku gak mau bahas itu lagi, Jem. Aku sudah cukup sakit jika mengingat bagaimana aku menghianati Chandra..."
"Berarti kamu menyesal?" Tanya Jemiel.
"Kamu menyesal, kan?"
Greya mengernyit bingung dan tak mengerti kenapa kekasihnya serandom ini.
"Udahlah, aku mau makan."Melihat Greya yang justru bangun dari duduk dan berjalan ke arah meja rias guna menyisir rambut, Jemiel tertawa miris. Apa tak seberarti itu dirinya bagi Greya? Jadi benar kan Greya masih menginginkan Chandra?
Tanpa aba-aba, Jemiel menyibak selimut yang ia gunakan sejak tadi kemudian berdiri. Tangannya segera merampas kunci mobilnya yang ia letakkan pada meja dan berjalan keluar tanpa pamit.
"Jem? Hey?" Panggil Greya tapi tak digubris sama sekali oleh laki-laki tampan itu.
"Jem, tunggu..." Jemiel akhirnya berbalik dan tepat kini wajah Greya ada dihadapannya.
"Kamu kenapa? Aku ada salah bicara? Aku minta maaf kalau gitu..."
"Kalau kamu memang gak punya perasaan lagi untuk apa masih bertahan denganku, Grey?"
"Dari awal kita menjalin hubungan aku selalu tanya apa aku benar ada dihatimu, apa aku memang benar memiliki tempat? Tapi mendengar ucapanmu barusan, rasanya aku memang gak berarti lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAPFALLEN (CHANDRA)
FanfictionBAGIAN KEDUA FEELING BLUE (CHANDRA) Perihal waktu, mau berjalan secepat atau selambat apapun rasa kehilangan itu masih ada, dan tetap akan ada. "Jangan minta aku mencari rumah. Sejatinya rumah yang aku miliki hanya diriku sendiri. Saat raga ini ingi...