Sineera menatap tangannya yang kini tengah digenggam Jeffan. Ia baru saja selesai menyuapi suaminya. Ya, menyuapi dalam diam. Bayangkan saja selama beberapa menit pasangan suami istri itu hanya diam. Satunya sibuk menyuapi satunya lagi sibuk mengunyah makanan yang masuk ke dalam mulutnya.
Sineera kemudian menatap mata Jeffan, hanya menatap seolah berbicara lewat sorotan matanya.
"Mama telfon aku..." Ucap Jeffan singkat sebelum akhirnya menelan ludah kasar.
Wanita itu menaikkan satu alisnya.
"Kenapa? Kamu takut?" Tanya Sineera.Ditanya seperti itu membuat Jeffan bingung. Ia justru menatap hal lain di dalam kamarnya yang besar. Tapi tangannya masih menggenggam tangan milik istrinya.
"Jadi benar kamu takut?" Tanya Sineera lagi dengan menyunggingkan sedikit senyumnya.
"Apa yang kamu takutkan? Takut aku akan mengadu, dan membeberkan bagaimana sikap putra kesayangannya saat ini?"
"Ah... aku sampai lupa. Bahkan saat Mama mu tahu kamu memiliki putra dari wanita lain, kamu bahkan gak dimarah."
"Sineera, bukan itu yang ingin aku bicarakan."
"You know... banyak orang yang rela menyakiti dirinya hanya untuk tenang, dan berdamai dengan keadaan maupun amarahnya. Begitupun aku, Jenan, dan Chandra. Jeff."
"Kadang, disaat aku merasa terpuruk akan situasi ini, aku ingin berbicara denganmu. Mencari tahu asal masalah ini apa, solusi mengatasinya seperti apa, dan bagaimana cara kita menjaga anak-anak. Tapi kenapa rasanya justru sulit?"
"Baru saja aku merasa bisa bernafas lega saat kamu menumpahkan segala perhatianmu yang belum pernah kamu berikan untuk Chandra. Tapi apa lagi yang aku dapatkan sekarang? Kamu berbohong, lagi."
Jeffan membenarkan posisi duduknya lebih dulu sebelum akhirnya berdiri tepat dihadapan Sineera.
"Aku tengah berjuang...""Explain to me. Perjuangan apa yang sedang kamu lakukan? Berjuang untuk keluarga kita atau berjuang untuk tetap mencintai Kirana?"
"Jangan selalu menyalahkan dia..." Ujar Jeffan dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
"Ini semua bukan karena dia. Kamu tahu sendiri kan..." Lanjut Jeffan.
"Lantas salah siapa?!" Tanya Sineera dengan sedikit membentak.
"Chandra? Kamu menyalahkan Chandra perihal Jenan. Dan sebelumnya kamu menyalahkan putra kita untuk kepergian selingkuhanmu. Wah... aku selalu ingin tertawa kalau ingat ini."
Jeffan menggeram kesal setelah mendengar penuturan Sineeea. Sedikit menatap tajam, dan mengangkat tangan kanannya ke atas, Jeffan sudah siap-siap untuk menumpahkan emosinya.
"Kamu dulu pernah gunakan tangan itu untuk menampar pipi kedua putraku. Sekarang kamu akan gunakan itu juga untuk menamparku?" Sineera maju selangkah untuk lebih dekat pada Jeffan.
"Aku gak pernah sesabar ini, Jeff. I think you know me."
"Kamu tahu apa alasan aku masih tetap disini? Jawabannya Chandra. Kamu tahu apa yang membuat Chandra bersikeras memintaku untuk tetap tinggal? Dia hanya mau kita bahagia, bahkan dia bilang dia gak mau Jemiel merasa kehilangan lagi."
"Tapi melihat sikapmu, aku jadi ragu."
Satu tarikan, Sineera sudah jatuh dalam pelukan Jeffan.
"LEPAS?!"
"M-maaf Sin... aku khilaf."
"Aku sudah pernah bilang. Seribu kali kamu mengucapkan maaf, nyatanya kamu akan tetap sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHAPFALLEN (CHANDRA)
Fiksi PenggemarBAGIAN KEDUA FEELING BLUE (CHANDRA) Perihal waktu, mau berjalan secepat atau selambat apapun rasa kehilangan itu masih ada, dan tetap akan ada. "Jangan minta aku mencari rumah. Sejatinya rumah yang aku miliki hanya diriku sendiri. Saat raga ini ingi...