22. Berawal dan Berakhir Padaku

1.2K 178 53
                                    

Diminta untuk mendeskripsikan seperti apa sosok Jeffan adalah hal yang sulit bagi Chandra. Yang pemuda itu tahu, seorang Jeffan Andarata adalah Papa yang baik, tegas, dan tangguh. Terlalu panjang jika dijelaskan secara detail tapi singkatnya ya tiga point itu.

"Padahal dia jahat, dia gak menghargai kamu sama sekali. Untuk apa kamu mengatakan dia baik?"

Nyatanya konsep baik bagi Chandra bukan hanya membantu, tapi bagaimana seseorang memperlakukan seseorang. Kalau Jeffan jahat, tidak mungkin kan dia masih mau menerima Chandra dirumah itu. Meskipun kalimat "Aku papanya sudah sewajarnya aku membiayai apapun yang dia butuhkan".

Tapi nyatanya Chandra tahu jika Jeffan menahan Chandra dirumah besar itu bukan karena alasan itu saja. Itulah yang menjadikan Chandra mengatakan bahwa Jeffan adalah sosok yang benar-benar baik.

Lantas kenapa Chandra diam? Kalau sudah tahu alasan lain coba utarakan atau tanyakan pada Jeffan saja langsung.

Nyatanya itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Di jawab jika bertanya saja sudah membuatnya bahagia. Karena bagi Chandra, diam lebih selamat. Ia tak perlu mengukir banyak dosa karena membuat Papanya marah dan berujung bertengkar.

"Papa itu sandaran terbaik. Urutan pertama adalah Tuhan. Aku gak bisa meletakkan satu nama setelah Tuhan tapi aku coba meyakini bahwa setelah Tuhan adalah diriku dan setelah diriku baru yang lain. Tapi Papa, Mama, dan Abang punya tempat terbaik, disusul Jemiel yang juga punya space dalam raga ini."

"Papa itu gak jahat, jadi percaya padaku. Kalian harus tahu satu hal bahwa seseorang yang marah pada orang lain sebenarnya dia keras dan juga melukai dirinya."

Mau tahu maksud Chandra? Jeffan sangat terlihat bahwa dia menyalahkan Chandra akan kepergian Kirana dan Jenan, dia tidak bisa memaafkan salah yang dia rasa semua itu diciptakan oleh Chandra. Dua orang itu adalah kebahagian Jeffan juga, yang mana adanya Kirana dan Jenan adalah suatu kesempurnaan.

Tapi yang terjadi, Jeffan justru dijatuhkan oleh ekspektasi dan membuatnya marah dan kecewa pada Chandra. Dan pada waktu bersamaan, Jeffan justru merasa salah. Salah akan apa? Salah akan perbuatannya yang membuat banyak orang kecewa padanya. Menelantarkan putranya, dan beranggapan bahwa semua orang marah dan kecewa pada dirinya. Lantas bagaimana? Dia akan terus menyalahkan dirinya. Itu yang membuat Chandra berpikir bahwa Jeffan secara tidak langsung ikut melukai dirinya sendiri.

"Maka dari itu Tuhan mengajarkan kita untuk saling memaafkan, bukan semata untuk orang lain tapi untuk diri sendiri. Sama sepertiku, aku memaafkan Papa bukan untuk Papa tapi untuk diriku karena aku sudah sakit kalau aku menambah luka lagi dengan berpura-pura memaafkan Papa itu sama saja aku menyakiti diri lagi untuk kesekian kali."

Siang ini Chandra benar-benar berniat untuk pulang. Windrata sudah mengijinkan tapi yang tidak mau adalah Ibu Jeffan, Oma dari Chandra. Ini sudah pukul sebelas siang dan Jeffan beserta Jemiel sudah pulang sejak pukul sepuluh lewat tiga puluh menit yang lalu.

"Chan..."

"Chandra udah sehat, Oma. Ayo, ini Chandra udah pakai kaos masa mau pakai seragam Rumah Sakit lagi."

"Ya tidak apa..."

"Gak mau ah. Warna bajunya itu-itu aja, bukan warna kesukaan Chandra." Jawab laki-laki itu santai dan berjalan menuju tasnya guna mengambil sandal.

Sementara Opa dan Oma Chandra hanya diam mendengar betapa absurdnya jawabannya Chandra. Bahkan Ayah Jeffan menerka memang bisa di Ruma Sakit memilih warna baju?

"Ya sudah, kalau kamu dimarah Mamamu, Opa gak tanggung jawab ya?"
Chandra mengangguk kemudian mengambil tasnya.

"Ayo, kasihan drivernya."

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang