2. Dejavu

278 43 17
                                    

Cerah. Siang ini sangatlah cerah namun bukan berarti ini kesempatan untuk dua anak yang tengah sibuk di kamar ini bisa pergi bermain diluar.

"Ini foto Abang, bukan?"

Channa memperhatikan benda persegi ditangannya dengan lamat-lamat. Bayi cantik itu kembali mengambil foto lain seolah ingin mencari perbedaan dari kedua gambar ditangannya.

"Iya itu Bang Jenan. Abang sama Kak Rina?" Kini justru Agra yang bertanya.

Channa menggeleng lalu mengangguk.
"Kak Agra? Kakak pernah lihat Abang?"

Agra yang tengah fokus menggambar pada Ipad milik Jemiel seketika menghentikan aktivitasnya. Ia melirik gambar pada kedua tangan Channa. Katakanlah Agra masih kecil, oh jelas mengingat anak itu baru genap berusia 5 tahun. Namun memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sepertinya Agra memang akan mewarisi kecerdasan dari seorang Dirgantara.

"Kakak tidak pernah lihat Bang Jenan tapi kata Bunda, Bang Jenan itu seperti Bang Chandra." Agra melanturkan kalimat itu sembari menatap langit-langit kamarnya. Seolah mencoba mengingat-ingat kembali apa yang pernah Aura katakan padanya.

"Kenapa Abang tidak disini? Anna kan mau sama Bang Jenan juga."

Agra yang mendengar kalimat itu seketika menatap adik kecil dihadapannya.

"Bang Jenan tidak mau melihat Anna, ya?"

Agra menggeleng kuat. Putra Dirga itu menarik Channa untuk mendekat. Menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu untuk ia peluk.

"Anna ingin lihat Bang Jenan, Kak."

Tangis bayi kecil itu kini pecah. Channa bukannya menangis keras, bayi kecil itu hanya terisak kecil. Namun isakannya berhasil membuat Agra mengeratkan pelukannya. Tangan kecil Agra menepuk pelan punggung Channa seolah mencoba untuk menenangkan meskipun ia tak tahu itu akan berhasil atau tidak.

"Kan ada Kakak? Ada Bang Chandra, ada Bang Jem juga."

Channa menggeleng.
"Abang Jen pernah datang ke mimpi Anna."

Agra dan juga Channa adalah sosok kecil yang sepertinya belum mengerti situasi. Tapi apakah kita pernah berpikir bahwa apapun yang dikatakan oleh anak kecil adalah suatu hal yang jujur?

"Anna ingin sekali lihat Bang Jen."

"Tentu dong, Anna boleh lihat Abang. Anna punya banyak foto Bang Jenan. Apalagi di Ipad Bang Jem."

"Nanti Kakak bilangin ke Bang Jem ya supaya Bang Jem kasih pinjam."

Channa melepas pelukan Agra. Tangan kecil itu mulai mengusap kasar bulir kristal yang berhasil membuat Agra sedikit kelimpungan.

"Anna ga boleh nangis lagi, okay?"

"Disini ada banyak orang. Kata Bunda, Abang Jenan sudah bahagia. Lalu kata Ayah juga, Abang Jenan ada disini." Agra menempatkan tangan pada bagian tubuhnya.

"Abang selalu ada di hati kita. Jadi kalau Anna menangis, Abang pasti sedih."

Channa mengerjap lucu. Ia memperhatikan dengan seksama bagaimana Agra yang berusaha menenangkannya. Tak sering ia selalu menjadi alasan Agra di beri petuah oleh Dirga karena tak bisa menenangkan Channa saat menangis.

"Ada Kakak juga. Kakak akan ada untuk Anna selama lamanya."

"Benar?" Tanya Channa polos. Tak menampik Agra adalah salah satu teman dan juga Kakak yang sangat dekat dengannya. Tak elak apapun yang Agra katakan akan selalu di dengar oleh bayi cantik itu.

"Benar dong. Meskipun Kakak dan Anna bukan saudaranya tapi kata Papa Jeff kita ini adalah saudara yang harus melindungi. Harus menjaga dan menyayangi."

"Jadi Anna ga boleh menangis lagi, okay?" Ucap Agra sembari memberikan Ipadnya pada Channa.

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang