16. Pada Akhirnya Semua Akan Tahu

1.1K 160 40
                                    

Learn to rest, not to quit. Chandra sudah berusaha untuk bisa beristirahat, melepas segala yang ia topang pada bahunya. Tapi nyatanya ia dibuat berpikir, dirinya itu sebenarnya harus berjuang atau menyerah? Bukankah menyerah itu bukan jalan yang baik? Tapi mengapa setiap usahanya untuk terlihat baik dan kuat justru menusuk baik raga dan psikisnya.

Berjuang untuk mempertahankan keluarga, untuk bisa mengambil hati Jeffan, dan juga untuk bisa menjaga Rina. Jika orang lain mendengar keinginan itu, sudah pasti feedback mereka "Ya sudah lakukan untuk apa dikeluhkan, itu maumu kan?"

Benar, itu maunya jadi sudah kewajibannya merealisasikannya sendiri. Tapi yang membuatnya menyerah bukan hanya feedback yang ia dapat. Tapi juga sakit yang menyerang tubuhnya, seakan-akan dirinya tak diberikan space untuk melakukan hal lebih. Lalu jika begitu sama saja dirinya akan kalah, kan?

Jeffan menarik tuas remnya kala telah tiba dirumah. Disampingnya masih ada Chandra yang tertidur. Ya, setelah dari pantai dan makan jagung bakar di dalam mobil, mereka langsung pulang. Dan dalam perjalanan tak ada obrolan diantara mereka menjadikan putra kedua Jeffan itu tertidur.

Hendak melepas seatbelt Chandra, Jeffan justru kaget saat melihat mobil kedua orang tuanya tengah terparkir rapi disamping mobil Chandra.

"Papa sama Mama kesini?"

Sebelum akhirnya Jeffan turun, pria tiga anak itu lebih dulu mengusap surai legam Chandra.

"Diam disini dulu, ya?" Ucap Jeffan yang tak dibalas apapun oleh Chandra karena laki-laki itu tengah tertidur pulas. Tanpa pikir panjang Jeffan keluar dari mobil dan berlari kecil untuk dapat masuk.

"J-jeff..." Panggil Sineera saat melihat suaminya berada ambang pintu.

Jeffan segera berjalan mendekat pada Sineera. Pria itu jelas panik, bagaimana tidak jika kini ia mendapati Sineera berdiri dengan wajah ketakutan ditambah Jemiel yang tengah duduk bersimpuh.

"Bangun, Jemiel." Pinta Jeffan.

Jemiel menggeleng, masih bersimpuh dengan wajah menunduk. Jeffan kemudian mengalihkan tatapannya pada kedua orang tuanya yang berdiri dengan sorot mata tajam.

"Papa sama Mama kok tumben kesini?" Tanya Jeffan basa basi.

"Begini cara kamu menyembunyikan kembali hal seserius ini, Jeffan?" Tanya Ayah Jeffan.

"Jeffan, kamu tidak sedang bercanda kan? Bagaimana bisa kamu diam saja? Kalau bukan karena tidak sengaja mendengar obrolan Sineera dan Jemiel, kami tidak akan tahu. Kamu berniat membohongi Papa dan Mamamu sendiri?" Tanya Ibu dari Jeffan.

Jeffan menelan ludah pasrah. Jika orang tuanya tahu itu berarti ia harus siap jika keluarga Sineera cepat atau lambat juga mengetahuinya.

"Katakan? Kalian tahu Chandra mengalami komplikasi sejak kapan? Bagaimana bisa kalian diam saja? Apa kami berdua ini tidak penting?"

"Opa bukan begitu..."

"Kamu diam Jemiel. Opa sedang bicara pada Papa dan Mamamu."

Jemiel menggeleng kemudian meraih tangan Ayah dari Jeffan. Merematnya pelan seolah meminta pengertian dari sosok yang ia sangat hormati ini.

"Mama sudah tidak bisa berpikir, Jeffan. Kamu kira komplikasi itu sepele? Kalau kamu tidak benar-benar merawat Chandra, kamu bisa kehilangan dia."

"Jeffan tahu, Ma..."

"Kalau tahu kenapa kamu diam? Jawab pertanyaan Mama ini. Kenapa kamu tidak memberi tahu kami? Kenapa kamu juga mengabaikan anakmu dan membiarkan istrimu yang mengurus sendiri? Kamu ini seorang Papa, nak. Bagaimana kamu bisa sekeji itu pada darah dagingmu?"

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang