32. Bahu Untuk Bersandar

943 145 20
                                    

"Kayaknya emang sulit banget punya cowok famous, pinter, dari keluarga terpandang, ditambah ganteng. Aku merasa harus ekstra sabar." Greya menggerutu kesal kala melihat benda pipih milik kekasihnya. Gadis itu kemudian memilih untuk merebahkan tubuhnya pada ranjang miliknya, mengabaikan Jemiel yang duduk dengan tatapan fokus pada catatan kuliahnya.

"Kamu kenapa, babe?"

"Gak usah nanya, balas aja direct message dari adek tingkatmu."

Jemiel meraih ponselnya dan ya dia memang kadang sering menerima pesan dari orang yang ia tak kenal. Ia bahkan pernah menerima pesan dari banyak perempuan yang bertanya perihal Chandra.

Laki-laki itu lantas mengedikkan bahunya kemudian melepas kacamata bacanya.
"Pulang aja deh, toh aku dicuekin." Kata Jemiel yang hendak menyambar kunci mobilnya namun atensiny teralih pada Greya yang tiba-tiba duduk dengan wajah ditekuk.

"Kamu gak peka banget sih."

"Ya terus aku harus apa?" Tanya Jemiel lembut. Langkahnya ia bawa mendekat pada kekasihnya.

"Kamu lihat, kan? Memang ada pesan dari mereka yang aku balas?" Tanya Greya lagi.

"Ada, pesannya Kak Tania."

"Ya Kak Tania itu ketua Bem, lagian dia ada perlu perihal kampus bukannya hal pribadi." Selesai menjawab Jemiel tersenyum kecil kemudian merebahkan tubuhnya pada ranjang milik kekasihnya. Tangannya merogoh kembali ponsel miliknya yang berada disaku celana.

"Mau kamu yang balas?" Tanya Jemiel.

Greya beringsut untuk ikut merebahkan tubuh disamping kekasihnya.
"Kalau aku yang balas nanti aku dibilang gak menghargai privasi."

"Kamu kan pacarku." Kata Jemiel sembari memeluk tubuh kekasih cantiknya yang beberapa hari ini sangat ia rindu.

"Gak mau, cukup gak usah digubris aja. Bisa kan?" Tanya Greya sembari mendongak menatap mata cantik Jemiel.

"Iya bisa."

Greya tersenyum gembira kemudian memeluk erat tubuh Jemiel, menghirup aroma lembut dari parfume milik kekasihnya. Untuk beberapa detik ia memejamkan mata, merasakan bagaimana telapak tangan Jemiel yang hangat mengusap kepala hingga lengannya.

"Aku baru sadar kalau kita beberapa hari ini gak ada waktu untuk berdua."

"Gimana mau ada waktu kalau kamu menghindar? Ninggalin aku ke jepang berhari-hari." Jawab Greya.

Jemiel terkekeh kemudian mengecup pucuk kepala kekasihnya.
"Aku sayang kamu, Greya."

"Love you too, baby." Jawab Greya. Tapi detik setelahnya ia melepas pelukan Jemiel kemudian membenarkan posisi kepalanya pada lengan si laki-laki.

"Aku mau tanya sesuatu, but don't mad to me okay?"

Jemiel mengangguk mengiyakan ucapan Greya.

"Eumm... Chandra sakit, ya?"

Untuk beberapa detik jemiel mencoba menelaah pertanyaan kekasihnya. Tidak, ia tidak cemburu tapi yang justru ia pikirkan adalah kenapa Greya bisa menebak seperti itu.

"Kapan hari aku ketemu Rendra dan Mahendra dikedai dekat kampus. Mereka bicara perihal Chandra yang sakit. Aku gak tahu sakit apa, tapi dulu sewaktu dia masih pacaran denganku dia kadang pernah mengeluh sakit kepala. Ah... aku juga pernah lihat dia mimisan."

"Dia gak sakit, tapi waktu ini dia sempat drop aja. Mungkin yang dibahas Rendra dan Mahendra itu."

Greya seolah berpikir. Masa iya?

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang