28. Ku Buktikan, Jika Tulus Itu Ada

1K 179 26
                                    

Sesuatu yang paling erat bukan tak mungkin bisa melukaimu, ternyata perumpaan itu benar. Jeffan contohnya. Dan Dirga setidaknya bisa sedikit bernafas lega karena hatinya tak begitu sakit seperti yang dirasakan sahabatnya yang kehilangan sosok wanita yang mengalihkan dunianya. Mengapa demikian?

Dirga menyukai Kirana, menyayangi, dan juga mencintai. Tapi ia sadar, yang dibutuhkan Kirana bukanlah dirinya. Begitupun dirinya, yang ia butuhkan bukanlah Kirana. Dan berakhir diusianya yang ke empat puluh, ia hidup bersama Aura dan juga putra kecilnya.

Agra menggeliat kecil kala selesai dengan acara minumnya. Aura lantas segera merapikan pakaiannya sebentar sebelum akhirnya memeluk suaminya yang duduk dipinggir ranjang. Tangan wanita itu memeluk tubuh kekar suaminya dengan erat, jangan lupa wajahnya yang sudah tenggelam pada dada sang suami, mencoba menghirup aroma parfume bercampur sabun yang ia pilihkan untuk Dirga.

"Aku suka wangimu." Kata Aura.

"Wangiku udah mirip Agra. Bau minyak bercampur bedak." Balas Dirga yang ikut membalas pelukan istrinya.

"Tangannya jangan kayak gitu. Kamu mau buat aku gak jadi ke kantor?"

Aura mendongak kemudian mengecup pipi Dirga sekilas.
"Pengennya sih gitu tapi sayangnya aku punya suami yang gila kerja."

"Aku kerja kan untuk kalian."

Aura kalah, jika sudah membahas hal seperti ini pasti ia berujung kalah.
"Dirga? Can I ask you about something?"

"Tanya aja." Jawab Dirga sembari menggendong tubuh istrinya untuk ia bawa menuju sofa. Sedikit beresiko jika mereka mengobrol diranjang, terlebih Agra baru saja tidur.

Setelah merasa nyaman duduk dipangkuan Dirga, Aura kembali menatap wajah tampan suaminya. Jemari lentiknya mengusap pipi Dirga pelan membuat si pria memejamkan mata menikmati setiap usapan lembut si istri.

"Kamu... cinta aku kan?"

Dirga tertawa kemudian membuka matanya. Manik hazel mereka beradu, dan Dirga bisa baca lewat sorot mata Aura, istrinya sepertinya tengah berada dalam mood yang bercampur aduk. Pria itu lantas mengeratkan tautan tangannya pada pinggang ramping Aura. Mencoba memberi kenyamanan.

"Kamu ngetes aku?"

"Bukan, aku cuma takut kamu terpaksa nikahin aku karena ada Agra." Ya, Aura tahu persis siapa wanita yang sangat Dirga cintai. Terlebih adanya Agra diantara mereka karena sebuah kecelakaan.

"Kalau aku nikahin kamu karena ada Agra kenapa?"

Aura menggigit bibir bawahnya keras. Sakit itu yang ia rasakan saat mendengar kalimat suaminya.
"K-kamu boleh minta... pisah."

"Kamu bersedia kalau aku ceraikan kamu?" Tanya Dirga lagi membuat Aura tak bisa menahan diri untuk tak menangis. Ia sangat mencintai Dirga, mana bisa ia menyetujui itu. Tapi jika Dirga memang tak mencintainya, lalu untuk apa ini dipertahankan, kan?

"Aku tahu kamu masih simpan perasaan untuk Kirana..."

"Kenanganku sama dia gak seindah itu, Ra." Potong Dirga cepat.

"Aku mencintai Kirana, tapi kenangan yang kita buat gak pernah menghasilkan bahagia."

"Karena aku tahu Kirana hanya mau Jeffan. Dan sebelum aku bisa menyampaikan perasaanku, aku sudah dihadapkan dengan fakta dia yang sakit dan pergi meninggalkan dunia begitu saja."

Aura bisa lihat mata suaminya yang mulai berkaca-kaca. Yang sangat ia tahu, Dirga tak bisa menahan air mata jika sudah berhubungan dengan keluarganya termasuk keluarga Jeffan. Saat ini Dirga tak menangis, tapi Aura tak bodoh untuk mengetahui jika Dirga tengah menahan air mata. Jadi memang seberarti itu Kirana, kan?

CHAPFALLEN (CHANDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang