Pulang dari rapat aku langsung pergi ke sebuah bar di pinggiran kota,temanku sudah datang lebih dulu karena dia yang mengajakku ke tempat ini.
Di lihat dari raut wajah yang suram itu,tergambar jelas ada beban di dalam benaknya.
"Sorry gue baru datang"
"It's oke..pesen lu"
"Hmm"
**
Temanku berkeluh kesah tentang apa yang sedang dia alami,masalah keluarga,masalah hubungan cintanya sampai masalah keuangan.
Dia mengatakan itu semua dengan simbahan air mata,semua orang boleh menangis karena beban yang terlalu berat termasuk dia.
Aku mendengar setiap kata-kata yang dia ucapkan,memberinya tisue juga tepukan di bahunya sebagai tanda 'aku di sini,kau tidak sendirian..sungguh'.
Dia terus bercerita sambil meneguk minuman keras,empat botol sudah dia habiskan dan tenaganya terkuras.
Kepalanya tersandar ke belakang,tubuhnya merosot ke bawah dan tatapannya kosong.
"Chan"
"Hm?"
"Lu pernah galau nggak?"
Aku menatapnya,orang mabuk ini ada-ada saja pertanyaannya.
"Nggak kan?hahaha..ya lah..mana mungkin Bang Chan galau?apa juga yang lu galauin"
Aku hanya tersenyum,dia meneruskan celotehannya.
"Tampan,kaya..hahaha..CEO..haha.."
Aku berdiri,meraih tangannya dan mengajaknya berdiri.
"Ayo pulang"
**
Tanpa sadar pertanyaan 'lu pernah galau nggak?' mengusik benakku,mana mungkin ada orang yang tidak pernah merasakan itu.
Setiap orang di ciptakan dengan masalahnya masing-masing,untuk orang luar wajar mentertawai aku jika aku mengatakan aku pernah galau.
Nyatanya aku memang pernah,bukan cuma pernah tapi sering.
Di kala orang lain sedang mengambil kuliah S2 atau bersenang-senang dengan teman-temannya,aku duduk di kursi ruang kerja dan menjabat sebagai CEO.
Keren kedengarannya,tapi tidak untukku yang bahkan tau bekerja itu apa saja tidak.
Aku tau kelak aku akan menjabat posisi ini tapi tidak di usia dua puluh tiga tahun,apalagi di tengah masa bimbangku karena Mama meninggal.
Mama meninggal satu bulan setelah aku resmi menjadi Sarjana,setelah Mama meninggal Papa terpukul dan sakit-sakitan.
Di seratus hari kepergian Mama,Papa memutuskan untuk mundur sebagai CEO yang kemudian di gantikan olehku anak satu-satunya.
Tidak ada pilihan selain menganggukan kepala,Papa sosok murah hati yang juga di segani sementara aku anak Tuan Bang yang di gunjingkan tidak mampu apa-apa.
"Hah.."
Andai aku bisa memilih,aku tidak mau di posisi ini.bekerja penuh tekanan dari pagi sampai pagi lagi,berpergian untuk perjalanan bisnis ke sana kemari.
Jadi topik pembicaraan semua orang,dari yang tersembunyi sampai terang-terangan.
Aku benci!aku benci diriku!jangankan kalian yang mengatai aku,aku sendiri sering menghujat si Bang Chan ini di dalam kamarku.
Aku lelah,aku sering ingin berhenti tapi bagaimana Papa jika aku juga 'tidur'?
**
Kembali ke apartemen,aku memeriksa pekerjaan di laptop sambil makan mie seduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangchan & Me 🔞
Kısa Hikayecerita pendek tentang kamu dan Bangchan note. tidak semuanya 🔞 15 juni #53 me 17 #19 nc