Merasa Aneh

3.3K 619 352
                                    

Selamat malam semuanya

Alhamdulillah udah selesai, jadi bisa up

Seperti biasa jika ada typo silakan dikoreksi ya teman². Maklum kadang ada kelewat dalam memeriksa typo 🙈

Baca ini hari Minggu apa Senin?

Yang nggak mau vote dan komentar ini ada masalah apa sih? Sini bilang 🧐

Wkwk

Happy Reading 🤍

.
.
.
.
.
.
.

Pulang jam enam sore diantar Bima, Khansa baru melanjutkan membuat Power point di jam sembilan malam. Alasannya hanya karena mengulur waktu hingga tepat di jam sembilan baru mendapatkan hidayah.

Berfokus pada layar laptop, Khansa menoleh begitu menyadari ponselnya yang bergetar di atas kasur. Senyum itu mengembang tatkala melihat nama Alya terpampang di sana. Langsung saja Khansa melepaskan laptop dari pangkuannya dan menseloncorkan kakinya di atas kasur sambil mengangkat telpon.

"Malam, Ma ... belum tidur ya?" sapanya ceria. Kekehan di sana terdengar sejuk di telinga Khansa. Meskipun nyatanya bukan ibu kandung, Khansa begitu bahagia memiliki Alya. Walaupun kadang ia selalu diingatkan akan anak buangan dan bukan dari darah daging Alya, tapi tidak salah bukan ia mencoba bahagia meski dalam rasa sakit yang nyata?

"Belum tidur?"

"Belum."

"Kenapa? Jangan bilang lagi nonton."

"Nggak dong, Ma," balasnya. "Aku lagi bikin tugas."

"Oh gitu, Mama kirain nonton. Masih banyak, Nak?"

"Nggak Ma, kalau aku serius buatnya," jawab Khansa terkikik, sedetik kemudian meringis merasakan kepalanya yang terasa pusing.

"Diseriusin dong buatnya, biar cepat kelar."

Khansa mengangguk tanpa bersuara. Fokusnya menelpon kini teralih akan pusing kepala yang nendera.

"Selesaiin cepat ya, habis itu kamu tidur. Jangan kecapekan, paham?"

"Iya Mah."

"Udah makan?"

"Udah tadi sore." Khansa tersenyum, mencoba mengabaikan pusing kepalanya. Apa karena dia yang belum makan ya jadi pusing seperti ini. Khansa mengangguk. Sepertinya benar. Dia tadi sudah makan dengan Bima dan yang lainnya, tapi cuma dua suap karena sedang tidak berselera.

"Kalau lapar makan ya, Khan, jangan kosong perutnya. Jangan buat Mama khawatir, kamu kos aja udah bikin Mama takut kalau kamu kenapa-kenapa."

Khansa mengangguk seiring  cairan hangat yang ia rasakan jatuh ke pipi.
Bukan karena pusing kepala, tapi karena mendengar perhatian Alya.
Semenjak ia tahu fakta sebenarnya, semuanya terasa menyesakkan di dada. Harusnya Khansa merasa senang, tapi tidak, dia merasa terluka karena semakin diingatkan akan kenyataan yang ada.

Sampai saat ini Khansa bahkan sering bertanya. Dia anak siapa? Di mana orang tua kandungnya? Kenapa dia dibuang? Apa orang tuanya benci melahirkannya ke dunia? Atau jangan-jangan dia ...

"Ma aku tutup dulu ya. Mau buat tugas biar nggak kemalaman. Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban, Khansa langsung menutup telfon.

Memilih tinggal di kos bukanlah tanpa alasan. Untuk ke kampus, Khansa sebenarnya bisa saja menggunakan motor, dari rumah hanya menghabiskan waktu 20 menit, tapi dia merasa segan tinggal bersama keluarga yang sejatinya tidak ada hubungan darah dengannya. Bukan dia enggan, tapi merasa bukan siapa-siapa. Dia anak pungut, dia anak yang dibuang orang tua kandungnya. Bukankah terlalu sakit ketika terlihat bahagia di rumah padahal dia tahu apa yang disembunyikan sebenarnya. Lebih sakit lagi ketika menyadari bukan siapa-siapa di dalam rumah sendiri.

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang