Memilih menjauh

2.7K 496 179
                                    

P

P

P

P

P

Maaf ngespam, mau cek yang masih
hidup malam-malam, eh tidur maksudnya🙈

Maaf update kelamaan ya gess, ada kegiatan dari pagi, jadi belum sempat update

Moga masih aktif ya

Budayakan vote dan komentar dulu sebelum lanjut. Kalau nggak vote dan komentar?
SUNGGUH TERLALU

Kalau ada typo bantu revisi langsung dengan komentar ya ges ya

Udah itu aja happy Reading 🌝

Btw part ini mengandung cabe, semoga betah🙂

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tuhan, boleh aku menolak takdir?
Ini terasa menyiksa."

Khansa Mikia Aika

Setelah kepergian Bima, Khansa menunduk dalam, ia mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Hal itu dilakukannya berulang kali untuk mencegah air mata yang ingin memaksa keluar

Motor yang sudah hilang diperbelokkan membuat Khansa kini berbalik masuk ke rumah, dengan pandangan kosong dia membawa tubuhnya yang terasa lemas masuk ke dalam.

"Loh Bima tadi mana, Khan?"

"Udah pulang, Ma, cuma sebentar," jawab Khansa tersenyum tipis. "Aku langsung ke kamar ya, Ma."

Setelah mendapat anggukan Khansa berlalu ke kamarnya.
Dia tidak bisa bohong sulit menahan sesak yang terasa memenuhi hatinya. Khansa mengunci kamarnya berdiri di balik pintu sambil mendesah panjang.

Berdiri di sana cukup lama, Khansa menunduk dalam sambil mencengkram kuat tangannya. Tidak disangka buliran air mata kini sudah berlinang di pelupuk matanya.
Ingin untuk menghentikan tangis, namun, nyatanya dia tidak bisa. Khansa mengigit bibirnya sering cairan hangat yang berhasil jatuh tanpa bisa ia tahan lagi.

Segera Khansa masuk ke kamar mandi dan menguncinya. Ia buru-buru menghidupi kran seiring tangisnya yang seketika pecah. Khansa menangis, menangis akan jeritan hatinya yang begitu terluka dan sakit. Luka yang ia ciptakan sendiri, luka yang semakin menggerogoti dirinya semakin dalam.

"Khan, Kalau itu yang lo inginkan gue nggak akan maksa lagi. Kalau kehadiran gue cuma bikin lo semakin sakit, gue akan pergi."

Isakan kian terdengar mengingat ucapan Bima. Sakit, Khansa tidak bisa menggambarkan bagaimana hancurnya dan remuk hatinya. Kata yang ia benci tapi dia yang menghadirkan sendiri.

"Besok pagi gue harus ngasih jawaban ke Papa, kalau lo nggak suka gue, nggak mau ngasih gue kesempatan, gue nggak punya alasan nolak perjodohan itu. Lo rela Khan?"

"Gue bahkan nggak bakal nangis lo mau nikah sama siapapun. Justru gue bahagia bisa lepas dari lo. Ini yang gue inginkan."

Khansa memukul dadanya yang terasa semakin sesak, seolah beribu ton besi dengan kejamnya menghimpit dadanya tanpa permisi. Bohong dia mengatakan rela, Khansa tidak pernah rela melihat Bima bersama yang lain.

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang