Derita

2.7K 538 226
                                    

"Jika tahu semenyakitkan ini, aku tidak akan meminta dia pergi."

Khansa Mikia Aika

Seminggu lebih Khansa tidak bersapaan dengan Bima. Seminggu juga kehampaan dan kekosongan semakin terasa mencekik dirinya. Hari-harinya yang dulu sering kali dipenuhi keusilan dan kehadiran Bima kini lenyap seketika. Seolah tidak lagi hidupnya yang bewarna.

Khansa tersenyum masam, menatap fotonya dengan Bima di layar ponsel.

"Kabar lo gimana? Baik ya tanpa gue?"

Khansa terkekeh sendiri. Pastinya baik karena dia yang meminta. Bima juga akan dijodohkan, kabarnya dengan wanita baik yang menggunakan hijab. Jika seperti itu rasanya tidak ragukan lagi Bima benar-benar bertemu orang yang tepat. Beda dengannya yang penyakitan dan jauh dari kata baik.

Khansa mengeluarkan galerinya, menatap jam di tangannya. Ia menyudahi membaca buku. Sudah beberapa hari terakhir sedang ada UTS dan yang Khansa syukuri ia kali ini bisa maksimal belajar hingga mudah dalam ujian. Selain ingin memberikan nilai terbaik untuk orang tuanya dia juga tidak ingin mengecewakan orang tuanya dengan IPK yang rendah. Untung saja Raisya juga membantunya saat tidak mengerti dengan mata kuliah..

"Tali, tali apa yang selalu dibawa?" Suara riuh yang terdengar di depannya membuat langkah Khansa memelan.Melihat di sana ada Arif, Bima dan Kevin yang tertawa membuatnya tersenyum kecil.

"Ada tali yang bisa dibawa?" tanya Kevin.

"Kalau nggak ada ngapain gue kasih pertanyaan babang!" seru Arif.

"Ikatan pertalian cinta."

"Gini kalau kepalanya isi cintaan mulu! Jawabannya pasti ada cinta."

"Yang penting benar," cebik Kevin.

"Salah lah!"

Kevin mengetuk dagunya sendiri. Setelahnya menatap Bima. "Tau apa, Bos?"

"Tali sepatu," jawab Bima begitu saja, membuat mulut Arif terbuka lebar.

"NAPA BENAR SIH?"

Bima tersenyum bangga, menepuk bahu Kevin yang sudah berusaha memikirkan tapi tak kunjung dapat.

"Lah lah, kenapa gue enggak benar?" protesnya tidak terima.

"Karena otak lo pendek."

"Anjir!"

Arif tertawa, begitu pula Bima. Sedang Khansa yang melihat tawa Bima tersenyum kembali. Bima yang tertawa membuatnya lega dan bahagia. Lebih lagi karena dia tidak melihat senyum dan tawa itu akhir-akhir ini.

"Lah Khansa. Sini Khan."

Khansa tersentak akan Kevin yang melihatnya. Ia berdiri canggung saat Bima juga ikut menolehkan kepadanya..

"Gue duluan," pamit Bima pergi begitu saja, meninggalkan Khansa yang menatap nanar punggung cowok itu yang semakin jauh.

"Sebenarnya ada masalah apa sih? Sampai sekarang lo pada nggak baikan?" tanya Kevin yang sudah di berdiri sampingn Khansa.

"Lo marah karena perjodohan itu? Atau karena Bima yang nggak peka? "tanya Arif.

Khansa menggeleng, tidak membuka suara untuk menjawab. Saat ini tatapannya masih terus tertuju pada Bima.

"Bima suka lo, Khan, perasaan dia udah bilang deh," sahut Kevin.

Arif menatap Kevin sambil mengerutkan dahi. Sepertinya dia tertinggal akan suatu informasi berharga.

Khansa memutuskan padangannya dari menatap Bima, menundukkan kepala sambil meremas ujung bajunya.

"Cepat baikan kenapa, apa perlu gue bantu?"

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang