Penolakan Khansa

2.9K 535 207
                                    

Selamat sore semuanya....⛅

Tim yang kangen cerita ini mana?😍

Emoticon part ini update?

Makasih banyak ya masih setia baca MBY🤍

Di part ini kita mulai puncak konflik😬
Janji nggak nyesek ya?

Kalau ada typo bantu langsung tandaiin aja yak

Budayakan vote dan komentar dulu sebelum lanjut.

Happy Reading 🤍

.
.
.
.
.
.
.
.

Apa yang dikatakannya nyatanya kebohongan belaka, sehari setelah dia seharusnya kemoterapi, Khansa mulai merasakan lagi sakit yang sebelumnya dia rasakan, tubuhnya terasa lemas, wajahnya semakin pucat, tapi, keras kepalanya Khansa dia tetap saja memaksakan diri. Cewek itu bahkan sudah rapi dengan pakainnya- bersiap-siap untuk ke kampus pagi ini.

Kamarin saat dia menolak kemoterapi, Vero, dan saudara laki-lakinya berusaha membujuknya untuk ikut, namun, seberapa banyak dia diyakinkan Khansa tetap menolak dengan alasan yang sama yang dikatakannya kepada Alya. Baru malam keluarganya akhirnya tidak bisa memaksa lagi karena dia yang menangis terus dipaksa. Khansa menghela napas pelan. Dia mudah berbohong karena ini, tapi, setidaknya dia bersyukur tidak merepotkan keluarganya lagi.

Sebelum benar-benar turun untuk sarapan pagi, Khansa tak lupa mematut dirinya dicermin, ia meringis pelan melihat wajah dan bibirnya yang tampak pucat di sana. Dengan segara Khansa menggunakan blush on di pipi dan tak lupa lip merah muda di bibirnya, dia tidak boleh terlihat kurang sehat dihadapan keluarganya

"Pagi, Dek."

Khansa tersenyum akan sapaan Rayen. Kakak laki-lakinya itu kini merangkulnya untuk sama -sama ke meja makan, namun, Khansa merasa canggung sendiri. Biasanya dia akan membalas sapaan ceria dan membujuk Rayen membawa makanan sepulang kerja seperti biasa, tapi kini tidak, selain dia merasa kurang sehat, dia juga tak ingin bersikap seolah seperti tidak sadar diri akan posisinya. Kata menyakitkan ternyata begitu besar mempengaruh pikiran seseorang.

"Nanti Kakak antar ya?"

"Nggak usah, Kak, aku pakai motor aja, lagian kak Rayen juga kerja."

"Jangan formal gitu, Khan! Iyain aja seperti biasa, kamu nggak pernah gini!" protes Rayen pada adiknya.

Khansa mengatupkan bibirnya, kini ia duduk di meja makan. Tapi, lagi-lagi dia tidak lagi heboh seperti biasa, lebih sering diam dan bersikap seperti tamu di rumah orang lain.

"Roti bakar untuk Putri Mama,"

Khansa mengulas senyum, Revan yang kini memberikan roti bakar membuatnya menoleh. Harusnya dia menjerit senang seperti biasanya, dulu dia dan Revan sering bertengkar hanya karena merebutkan roti bakar, bahkan dulu dia sering membujuk Revan untuk suka rela memberikannya roti bakar lagi, tapi kini Khansa menggeleng dan menaruh lagi roti bakar ke piring Revan.

"Aku ini aja, Kak Revan makan aja,"

"Ini tumben gue baik, makan yang banyak, biar kuliahnya semangat,"

"Nggak usah, Kak, aku ini aja."

"Dek, nggak usah bersikap formal."

Vero yang juga menyadari sikap Khansa tidak seperti sebelumnya kini angkat suara.

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang