Kerapuhan Khansa

3.3K 551 243
                                    

Jum'at Berkah

Al-Kahfi Time ✔️
Perbanyak solawat ✔️
Banyak dzikir ✔️

Bismillah bawangnya di sini nggak banyak dulu, insyaallah part selanjutnya ada bawang dan puncak konfliknya 😬

Kalau ada typo bantu langsung tandaiin yah teman-teman

Jangan lupa vote dan komentar dulu sebelum lanjut.

Happy Reading 🤍

.
.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah jadwal kemoterapi tapi Khansa tidak memiliki niat sama sekali untuk pergi ke rumah sakit. Dia tidak peduli akan hidupnya lagi meskipun tahu konsekuensi yang terjadi ke depannya. Percuma juga hidup, terasa tidak ada artinya sekarang!

"Khan, Mama mohon buka pintunya ya, biar Mama jelasin semuanya," bujuk Alya sedari tadi di balik pintu. Khansa menatap pintu dengan tatapan kosong.

"Khan, ini Papa, buka ya pintunya." Suara Vero terdengar menyela. Membuat Khansa mengembuskan napas sesak, dia menundukkan kepalanya tak ingin membuka pintu. Menyendiri seperti ini menjadi keinginannya saat ini.

Dibalik sana keluarganya tampak sangat khawatir. Sebelumnya mereka memang sepakat membiarkan Khansa tenang setelah mengetahui fakta yang seharusnya tidak didengar, memilih memberikan ruang untuk Khansa karena paham bagaimana shocknya Khansa mendengar ini, tapi, melihat Khansa yang pulang kuliah langsung masuk kamar dan enggan menemui mereka membuat Alya, Vero, Rayen serta Revan sangat khawatir, terlebih Khansa yang juga melewatkan makan bersama dan hari ini harus kemoterapi.

"Pa, Khansa baik-baik aja 'kan? Mama takut Khansa kenapa-kenapa." Khawatir Alya menatap Vero. Dari kemaren Alya terlihat tidak tenang memikirkan keadaan Khansa. Pasti Khansa merasa terpukul mendengar pembicaraanya dengan VIna kemarin. pasalnya mereka tak pernah mengungkitnya sama sekali di rumah dan kini Khansa harus tahu ketika tengah sakit,

"Dek, buka pintunya. Lo nggak bosan apa di kamar terus?" sahut Revan. Tidak ada jawaban membuat Revan menghela napas.

"Khansa pasti marah." Kepala Alya tertekuk lesu, matanya berkaca membayangkan Khansa yang sama sekali tidka mau bertemu dan menyahutnya seperti biasa.

"Nggak, Mah, Khansa nggak gitu."

"Khansa nggak mau keluar dari tadi, Rayen."

Rayen menatap iba Alya yang berujar demikian, dia bahkan juga tidak tahu kini adiknya di dalam yang terus mengurusng diri.

"Khan, buka ya pintunya." Dia mencoba ikut membujuk tapi hasilnya sama saja. Vero yang semakin khawatir keadaan Khansa di dalam kini meminta Revan mengambil kunci cadangan rumah mereka.

"Ambil kunci cadangan di bawah." Revan mengangguk dan dengan segera membawa kunci dengan cepat. Begitu pintu berhasil terbuka, mereka bisa melihat Khansa yang kini duduk di pojok sambil memeluk lutut dan membenamkan wajahnya.

"Khan."

Alya memanggil Khansa dengan suara bergetar, putrinya mendongak hinggam membuatnya merasa terpukul melihat kondisi Khansa. Mata yang sembab karena menangis, wajah yang pucat dan kondisi tubuh yang jelas telihat tidak baik-baik saja.

"Aku rapotin Mama Papa lagi ya?" Khansa terkekeh kecil hingga beberapa saat kemudian berubah tersenyum pahit. Air mukanya jelas terlihat murung.

"Kenapa khawatirin aku?"

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang