Kejujuran yang Pahit

2.9K 551 321
                                    

Selamat malam semuanya....⛅

Emoticon part ini update?

Jangan lupa nangis di part ini biar aku happy

Hahaha

Kalau ada typo bantu langsung tandaiin aja ya gess ya

Budayakan vote dan komentar dulu sebelum lanjut. Kalau nggak kita nggak vren

Yang baca wajib banget follow Instagram :

@storyhusni_
@kevanoadreas
@khansamikia

Happy Reading 🤍

.
.
.
.
.
.
.

"Kadang ada hal yang harus dipaksakan meskipun itu harus menciptakan luka."

MBY
Karya Sarifatulhusni

Kamar yang dihias dengan nuansa gelap, dengan dinding dan cat kamar yang dipadukan warna abu-abu tua hitam kini di dalamnya tengah berada seorang Bima. Cowok itu tampak duduk di lantai dengan kepala tertunduk, sebelah kakinya tertekuk untuk menumpu tangannya di sana, sebelah kakinya lagi dibiarkan lurus di lantai. Saat ini kondisi Bima sangat miris, seperti orang kehilangan hidup.

Setelah tadi bertemu Khansa Bima kembali menjadi sosok pendiam dan dingin. Bahkan lebih dari sebelumnya. Adik tirinya yang bersalah pun dia marahi karena merasa jengkel. Menangis pun dia tidak peduli. Dia memilih masuk kamar dengan kondisinya hati yang sedang tidak baik.

Di kamar cowok itu benar-benar banyak diam dan termenung, pikirannya terus berputar akan ucapan Khansa yang membuatnya merasa tidak berdaya. Ditolak oleh orang yang disayangi, Bima tidak bisa membayangkan betapa menyiksa hatinya sekarang ini

Bima tiba-tiba terkekeh pelan. Tidak dia sangka hatinya merasa panas dan sakit kala ditolak dengan seperti ini

Apa benar Khansa tidak menyukainya lagi? Rasanya tidak percaya, tapi Khansa bahkan tidak mau Jujur kepadanya. Apa mungkin karena Khansa yang masih benar-benar marah kepadanya? Mungkin dia kurang menjelaskan dengan baikndan harusnya membawa Khansa ke suatu tempat sambil kembali minta maaf. Bisa juga emosi Khansa tadi tidak stabil hingga seperti ini.

Bima mengangguk. Ia yakin tidak semudah itu Khansa menghilangkan perasaan untuknya. Dia harus kembali bertanya pada Khansa dan berharap jawaban berbeda yang ia dengar dan itu memuaskan hatinya. Sungguh Bima tidak bisa membayangkan jika Khansa benar membenci dan tidak menyukainya lagi.

Tepat sore itu Bima mengirim chat kepada Khansa. Dia mengirim pesan akan ke rumah cewek itu lagi.

****

Termenung dan terdiam, Khansa betah dengan hal seperti itu. Dia sedari tadi duduk di lantai balkon kamar, menatap langit dengan pandangan kosong.

Sedari tadi dia terus mencoba mengurai air matanya yang ingin memaksa keluar. Mencoba menahan sesak hatinya lewat bibir yang ia gigit sampai berdarah.

Sepulang kuliah tadi, tidak lebih tepatnya setelah bertemu Bima tadi dia lebih banyak murung. Lebih memilih sendiri menahan kepedihan hati yang sengaja ia ciptakan sendiri.

Tangan yang memeluk lutut dan kepala yang mendongak, begitulah posisi Khansa saat ini. Hembusan napas berat yang entah keberapa kali sengaja ia lakukan untuk menahan tangisnya yang memaksa keluar. Namun, sekeras apapun ia mencoba menahan tangis, nyatanya sulit dilakukan. Setitik demi setitik air mata akhirnya jatuh dari pelupuk mata Khansa.

Mantan, Balikan Yuk! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang