11. that time

645 72 3
                                    


"Wonyoung." Adalah respon pertama Liz, yang terlihat tertegun setelah Wonyoung bercerita panjang padanya untuk pertama kali.

"Hm?"

"Kayaknya lo bukan sekedar sayang ataupun suka deh." Wonyoung entah mengapa berdebar mendengarnya. Liz menatapnya dalam-dalam.

"Lo...itu cinta sama kak Yujin. Mungkin lo bahkan gak sadar tentang hal itu. Awal-awal, malah lo keliatannya kayak sebel banget sama dia. Emang sih, dia usil dan segala macem. Tapi, cara lo natap dia...itu beda, Nyong. You look at her lovingly, dan gue awalnya salah mengartikan hal itu. Gue kira lo emang sebel banget sama dia."

Wonyoung terlihat berpikir sebentar. Jantungnya berdebar tak karuan. Ia...mencintai Yujin? Apa iya? Tapi setidaknya, Wonyoung baru mengetahui rasa leganya ketika bercerita kepada seseorang. Terlebih lagi, Liz itu sahabatnya.

"Makasih udah mau cerita panjang lebar sama gue, Nyong. Gue bersumpah bakal jaga rahasia lo sampe gue mati." Liz tersenyum lebar. Sementara Wonyoung tertawa kecil mendengarnya.

"Anjir, nggak usah bawa mati-mati segala kali." Balasnya.

"Pokoknya, semangat ya! Lo pasti bisa Nyong, lagian---kesempatan buat lo udah terbuka loh. Kak Yujin kan udah putus." Liz memegang kedua bahu Wonyoung, menggoyangkannya kecil.

"Tapi kan---"

"Sebelum dia pacaran lagi, pokoknya gue dukung lo! Gila, gue aja kagum banget denger gimana ceritanya lo bisa suka sama dia. Pokoknya gue sekarang nge-ship Annyeongz!"

"Annyeongz?" Tanya Wonyoung, sedikit bingung.

"Ahn Yujin, Jang Wonyoung. Jadinya Annyeongz. Semangat Nyong, ayo kejar teman kecilmu itu!" Wonyoung hanya mendengus kecil mendengarnya. Ia sudah menduga sikap Liz yang seperti ini. Lega sih, tapi gimana ya.

"Berisik Liz, nanti kalo kak Yujin denger gim---"

"Kalo gue denger apaan?" Rasanya jantung Wonyoung dan Liz hampir melorot ke lantai begitu mendengar suara orang yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba saja muncul dari belakang.

Yujin tersenyum lebar, lalu duduk di depan mereka berdua. "Lo pada mau ngabisin tteokbokkinya ya? Enak aja!" Ucap Yujin, langsung mengambil satu cup yang berisi tteokbokki tadi.

Huh, untung Yujin agak tidak peka.

"Iya...tadinya sih gitu. Tapi lo keburu dateng terus denger deh." Liz untungnya segera menjawabnya, membuat detak jantung Wonyoung kembali normal. Yujin melirik Wonyoung sekilas.

"Kenapa lo? Kayak abis ngeliat hantu aja Won. Maaf ya, bikin kaget hehe." Yujin mengibaskan tangannya sekilas ke depan wajah Wonyoung. Gadis itu hanya tersenyum kikuk ke arah Yujin, lalu menyerahkan sumpit kepada Yujin.

"Nih, sumpitnya. Lagian lo cepet banget sih datengnya, padahal udah mau gue abisin tadi."

"Yeh, bocah. Tadi katanya gue disuruh pulang cepet-cepet. Udah cepet, malah katanya kecepetan." Liz dan Wonyoung hanya terkekeh kecil mendengarnya. Untungnya, suasana kembali normal. Wonyoung kembali bersikap seperti Yujin adalah teman yang sungguh menyebalkan.

•. •. •

"Kenapa bun?" Wonyoung dan Yujin yang sedang bersantai ria di kamar Wonyoung mendapat telepon dari bunda Yujin, malam itu.

"Iya, ini udah di rumah Wony kok." Jawab Yujin, melirik sekilas ke arah Wonyoung yang sedang duduk di meja belajarnya itu, tengah menatapnya juga.

"Nggak tau, lagi mau belajar kali." Jawab Yujin sekilas, melihat ada beberapa tumpuk buku di atas meja Wonyoung.

"Iya, lusa belajar deh." Wonyoung tersenyum kecil mendengarnya. Pasti Yujin disuruh belajar sama bundanya. Yujin mendengus kecil. "Iya, iya. Nanti minta ajarin, bun." Jawab Yujin lagi.

"Iya...bye, bun." Adalah kalimat terakhir Yujin, sebelum akhirnya bundanya memutus panggilan.

"Sini belajar bareng gue, kak." Wonyoung tersenyum jahil, mengisyaratkan tangannya untuk meminta Yujin ke arahnya.

"Maaf Won, tapi ogah. Gue baru mau push rank bareng Chaewon." Yujin menunjukkan layar ponselnya, yang menunjukkan lobi permainan. Wonyoung menggeleng kecil.

"Jangan kak, please deh. Kalo mau diluar aja, berisik." Ujar Wonyoung cepat. Ia tahu sekali bagaimana nanti jika Yujin kalah permainan, pasti bermacam kata kebun binatang bisa keluar dari mulutnya. Ia harus mencegah itu sebelum terjadi.

"Ya udah nggak jadi deh, diluar panas. Gue kan mau ngadem." Yujin akhirnya mengalah, demi ac di kamar Wonyoung.

"Tumben ngalah lo."

"Apa sih yang enggak buat lo, Nyong." Balas Yujin asal, padahal itu bikin Wonyoung salting mampus. Gadis itu tak menjawab perkataan Yujin tadi, dan lebih memilih melihat-lihat bukunya, persiapan untuk ulangan besok.

"Wony." Panggil Yujin lagi.

"Apa sih, kak?" Tanya Wonyoung yang baru saja hendak membaca bukunya.

"Bosen, nonton yuk." Ajak Yujin, menatap Wonyoung lekat-lekat. Wonyoung mendengus kecil, membalikkan posisi duduknya.

"Nonton apa?"

"Nonton horror, ini ada, nama judulnya Sabrina. Kata Hyewon recommended banget." Yujin menunjukkan sebuah poster film, yang menunjukkan sebuah boneka dengan wajah yang menyeramkan.

"Yakin...mau nonton itu?" Tanya Wonyoung, sok meledek. Padahal, aslinya---ia juga terlihat agak ragu apakah berani atau tidak menontonnya.

"Yakin lah! Malem-malem gini mah enaknya nonton horror, dek." Yujin mengisyaratkan Wonyoung untuk mendekat ke arahnya. Ya sudah lah, yang penting nontonnya berdua, tidak sendiri. Wonyoung lalu akhirnya menghampiri Yujin yang sedang tiduran di kasurnya.

"Awas ya ampe lo yang takut." Ancam Wonyoung, akhirnya berbaring di sebelah Yujin. Yujin membetulkan posisinya, menaruh bantal di atas kepala mereka, agar tak terlalu berbaring. Ia lalu memosisikan ponselnya di tengah-tengah, agar Wonyoung juga bisa menontonnya.

"Huh...gue mulai ya." Yujin memencet play pada layar, lalu mereka mulai menonton filmnya.

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang