4. deepest

775 89 1
                                    


Yujin yang sedang duduk di ruang tamu sendiri menggerak-gerakan kakinya dengan gelisah. Ini sudah 30 menit sejak acara keluarganya dimulai, lalu kemana Wonyoung? Ia sungguh kesepian dari tadi. Beberapa orang tua memang mengajaknya mengobrol, namun tetap saja, Yujin merasa tak nyaman.

"Kak." Panggil seseorang pelan, saat Yujin sedang melihat ponselnya. Ia mendongak, mendapati Wonyoung yang sepertinya baru saja sampai. Ia bernapas lega. "Aduh Won, gue tungguin juga."

Wonyoung tersenyum kecil. "Iya maaf, tadi nganter mama pergi dulu soalnya." Yujin mendelik heran. Tak biasanya Wonyoung lembut begini. "Rumah lo rame banget ya kak, gue nggak apa-apa disini?"

Yujin masih melirik Wonyoung yang duduk disampingnya tersebut. Sementara yang ditatap hanya kebingungan. Tiba-tiba saja Yujin mendekat, menempelkan tangannya pada kening Wonyoung. "Tuh kan, badan lo panas." Ucapnya, masih menatap Wonyoung.

"Kalo sakit mah, nggak usah dateng dek." Yujin terlihat khawatir. Pantas saja Wonyoung terdengar tak bertenaga tadi. Wonyoung hanya tersenyum lemas. "Kan udah janji, hehe."

Yujin menepuk-nepuk pelan kepala Wonyoung. "Duh, baiknya Wony-ku." Wonyoung yang mendengarnya kembali tersenyum. "Ya udah, ke kamar gue aja yuk." Ajak Yujin. Ia menarik tangan Wonyoung, bangkit dari duduknya.

"Yujin! Eh...ada Wonyoung?" Yujin melihat bundanya yang sedang berjalan ke arah mereka, terlihat sedikit terkejut. "Hai bunda, hehe." Sapa Wonyoung, menyalimi bunda Yujin. Bunda Yujin. tersenyum membalasnya.

"Iya bun, dia mau bantuin aku ngerjain pr. Susah, kimia soalnya." Jelas Yujin. Bundanya hanya mendengus kecil. "Ya ampun Jin, masa kakak kelas minta bantuin adek kelas sih. Malu!" Omelnya, membuat Wonyoung terkekeh kecil, sementara Yujin cuma cengar-cengir aja.

"Ya udah, aku ke atas dulu bun." Pamit Yujin dan Wonyoung. Bundanya hanya mengangguk. "Ya udah, nanti kamu ke bawah bawain makanan buat Wonyoung ya Jin!"

"Iya, bun."












"Won, sini tiduran." Yujin menepuk-nepuk kasurnya. Wonyoung yang baru saja masuk lalu menyusul Yujin. Ia berbaring sebentar di kasur Yujin. Enak, rasanya kasur Yujin lebih empuk dari kasurnya di rumah.

"Ah, enak banget..." Desah Wonyoung pelan, sembari memejamkan matanya. Yujin duduk di sebelah gadis itu, menatapnya lekat. "Aneh ya, padahal yang ujan-ujanan gue, eh malah lo yang sakit." Sahutnya.

"Sebenernya malem pas kemaren lo pergi, waktu mau tidur gue udah ngerasa kurang enak badan kak."

"Lain kali bilang, Wony...nggak usah dipaksa dateng ke sini." Yujin tersenyum kecil, menepuk kecil jidat Wonyoung. Kalau dilihat, memang sikap yang ditunjukkan Ahn Yujin kepada Wonyoung, terlihat berbanding terbalik dengan sikapnya ke Chaewon, Yena, dan Hyewon bukan? Bukan ada maksud apa-apa, tapi Yujin memang sudah terbiasa menganggap Wonyoung sebagai anak kecil, seperti adiknya sendiri. Mungkin seterusnya juga begitu. Yujin seperti merasa sangat salah jika berkata kasar kepada Wonyoung, walaupun mereka paling akrab.

Mungkin sebatas kata 'anjir' saja, yang pernah mereka berdua ucapkan.

"Udah makan belom tadi?" Tanya Yujin kepada Wonyoung, yang dari tadi diam menatap langit-langit kamar. Wonyoung menggeleng pelan. "Belum sih, tadi pengen makan dibawah cuman malu."

"Ya ilah, ya udah tunggu ya. Gue ke bawah ambil makan dulu." Yujin bergegas keluar kamar, meninggalkan Wonyoung sendiri. Harus ia akui, memang benar kata Liz. Yujin sweet begini, masa nggak baper? Ya, walaupun cuma sekedar sahabat yang dianggep adek sendiri.

Wonyoung kesusahan menyimpan semuanya sendiri. Tentang perasaannya kepada Yujin, yang ia simpan rapat-rapat. Wonyoung tak tahu sejak kapan ia menyimpan perasaan suka ini, perasaan yang hanya berawal dari rasa kagum terhadap Yujin yang dulu sangat baik hati kepadanya. Tapi yang pasti, hati Wonyoung sakit, apalagi selama 7 bulan Yujin dan Minju berpacaran.

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang