Yujin tak tahu harus bersyukur berapa kali, karena Wonyoung hadir di hidupnya. Wonyoung yang hadir, karena pertemuan tak sengaja mereka di minimarket kala itu. Meskipun ia terkadang gengsi, tetapi Yujin benar-benar menyayangi gadis itu, dulu maupun sekarang.Wonyoung, yang tiba-tiba saja mengakui cintanya, Yujin bisa merasakan itu tulus, dari hatinya yang paling dalam. Cinta, satu kata yang belum berani Yujin katakan kepada siapapun. Baginya, cinta itu level tertinggi yang ia rasakan kepada seseorang. Harus tulus, dari lubuk hati. Dan Yujin sedang belajar mencintai Wonyoung, sepenuh hatinya.
Terkadang, ia berpikir. Apa yang terjadi bila ia tak membaca buku berwarna biru milik gadis itu? Apa Wonyoung tak akan pernah menyatakan perasannya? Apa hubungan mereka akan tetap menjadi sahabat, sampai nanti?
Kalau begitu, ia tak akan pernah menemukan yang seperti Wonyoung lagi. Pasangannya sekarang yang mencintainya, menemaninya, dan selalu ada untuknya. Mungkin hanya Wonyoung di dunia ini.
Yujin tersenyum simpul memikirkannya. Dilihatnya Wonyoung yang sedang tertidur di sampingnya. Mama Wonyoung dan papanya pergi lagi di akhir pekan, dan kini Yujin sedang main ke rumah pacarnya itu. Satu info penting, mereka sudah berpacaran 4 bulan dan bunda Yujin masih belum mengetahui hubungan mereka. Entahlah, Yujin malah ingin bundanya itu yang memergoki mereka saja.
Ia menatap Wonyoung yang tertidur pulas. Cantik, sungguh cantik. Wonyoung itu seperti paket lengkap. Cantik, baik, ramah, pintar, rajin, dekat dengan orang tuanya, dan menyanyanginya sepenuh hati. Kalau begini, berarti Yujin yang beruntung dong? Sangat-sangat beruntung Wonyoung hadir dalam hidupnya.
Yujin mengecup lembut kening Wonyoung yang sedang tertidur, mengusap pelan rambutnya.
"Aku pulang ya?" Pamitnya lembut, bisa dilihat Wonyoung yang sedikit membuka matanya, masih merasa mengantuk. Gadis itu mengangguk pelan, membuat Yujin gemas sendiri melihatnya.
"Dah, sayang."
"Dadah..." Wonyoung bergumam pelan, lalu akhirnya kembali pada alam mimpinya.
•. •. •
Yujin sampai di rumah pada saat jam makan malam. Ia melihat ayah dan bundanya yang sudah duduk rapih di meja berdua, sedang menyantap makanannya. Nickhun mendongak kecil, melihat Yujin yang duduk di seberangnya.
"Abis dari mana, dek?" Tanya ayahnya itu, membuka obrolan.
"Rumah Wonyoung, yah." Jawab Yujin singkat. Bundanya melirik sekilas. "Kok cepet pulangnya? Temenin dong Jin. Mama papanya kan lagi nginep di luar." Ucapnya.
"Wonyoungnya tidur, gak seru." Balas Yujin, dengan senyuman kecil. Nickhun bisa melihat sesuatu dari senyuman itu. Lelaki itu meneguk sedikit minumannya, lalu menatap Yujin serius.
"Gimana sih kamu..." Protes bundanya pelan.
"Yujin." Panggil Nickhun setelahnya, membuat Yujin seketika mendongak, merasa aneh dengan keseriusan ayahnya yang memanggil dengan nama.
"Apa, yah?"
"Kamu pacaran ya?"
Anjrit!
Pertanyaan tiba-tiba itu membuat bunda dan Yujinnya sendiri sangat terkejut. Mereka berdua menatap Nickhun, terutama Yujin yang tertangkap basah.
"H-hah?"
"Oh iya? Bener, Yujin?" Bundanya lalu bertanya santai, seakan sudah tau. Yujin mau tak mau mengangguk pelan. Toh, buat apa berbohong? Bundanya juga sudah sering kali memergokinya telepon malam-malam.
"Sama siapa, Jin?" Tanya bundanya lagi. Yujin tak berani menjawab setelahnya. Ada sedikit jeda sebelum tiba-tiba Nickhun kembali bersuara.
"Ya siapa lagi? Sama Wonyoung lah pasti."
KAMU SEDANG MEMBACA
you belong with me ; annyeongz
RomanceBagi Wonyoung, Ahn Yujin adalah segalanya. Kakak kelas, sekaligus sahabatnya itu mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Dari mereka SD, sampai sekarang SMA, Yujin tak pernah lepas dari bayangnya. Begitu pula dengan Yujin. Baginya, Wonyoung adalah a...