7. how we met

709 78 1
                                    


Wonyoung kembali sekolah pada hari senin. Hari itu, tak ada yang berbeda. Seperti biasa, susu coklat yang ia bawa kali ini juga dicuri. Ia pikir hanya susu hazelnut juga, namun sepertinya apapun yang ia bawa akan diambil pada akhirnya. Mau mengadu pun Wonyoung tak berani. Ia tak tahan, ingin segera naik kelas dan bertemu teman sekelas baru. Ia benci masa kelas 5 ini.

Sedang berjalan melewati kantin, matanya mengarah kepada seorang gadis tinggi, yang tengah mengobrol berdua bersama teman-temannya. Rautnya terlihat bahagia, sembari menunjukkan kedua lesung pipinya. Wonyoung terus melihatnya, seketika mengingat kejadian dua hari lalu. Itu dia, gadis yang memberinya susu. Ahn Yujin. Wonyoung ingat sekali. Hatinya merasakan debaran aneh, begitu melihat Yujin yang ternyata berjalan melewatinya.

Mata mereka bertemu, dengan tatapan Yujin yang juga sepertinya mengingat dirinya. Yujin memberhentikan langkahnya, menyuruh temannya pergi duluan. Lalu gadis itu berjalan selangkah lebih dekat ke arah Wonyoung.

"Kamu yang kemaren di minimarket?" Tanyanya, dengan raut bingung. Wonyoung mengangguk cepat. "Iya, Wonyoung, dari kelas 5A. Kamu sekolah disini juga?" Yujin yang mendengar nada bicara gadis itu sedikit terkejut. Jadi gadis yang kemarin menangis kepadanya itu adik kelasnya?

"Iya, aku kelas 6A." Jawab Yujin. Ternyata dia kakak kelasnya, pikir Wonyoung waktu itu.

"Oke, kak." Senyum Wonyoung melebar saat itu. Rasanya senang sekali ia bisa bertemu kakak kelas sebaik Yujin. Tak butuh waktu lama bagi Wonyoung, yang awalnya jutek dan galak kepada Yujin di minimarket itu sampai akhirnya menjadi seperti stalker-nya Yujin.

Saat pulang sekolah, mau pun waktu istirahat Wonyoung selalu menunggu di depan kelas 6, tentunya membuat Yujin dan teman-temannya bingung. Kenapa tiba-tiba adik kelas cantik selalu menunggunya di depan kelas? Pikiran-pikiran seperti itu.

Yujin awalnya sangat risih, ia menolak mati-matian untuk pergi bersama Wonyoung, yang selalu menunggunya hampir setiap hari. Memangnya Wonyoung tak punya teman? Pikir Yujin waktu itu. Tapi waktu itu, Wonyoung akhirnya punya waktu untuk bercerita kepada Yujin. Semuanya, tentang kelakuan teman-teman sekelasnya, dan alasan mengapa ia terus mengikuti Yujin.

Yujin tentu merasa kasihan, dan akhirnya tahu mengapa Wonyoung bersikap seperti itu padanya. Itu lah awal mula pertemanan mereka. Sejak itu, akhirnya Yujin yang kini menunggu Wonyoung di depan kelasnya, bahkan masuk ke dalam kelas begitu bel istirahat berbunyi, hanya untuk memastikan bekal Wonyoung tak dicuri paksa oleh teman-temannya lagi.

Adik-adik kelasnya tentu takut, apalagi melihat Yujin dan teman-temannya tiba-tiba datang bergerombol ke kelas mereka. Sejak kehadiran Yujin, bekal Wonyoung kini tak lagi dicuri. Dan Wonyoung merasa sangat bersyukur saat itu. Lambat laun, Yujin dan Wonyoung pun bersahabat. Mereka pulang bersama, saling main ke rumah masing-masing. Itu terjalin sampai Yujin lulus sd, dan masuk smp. Sampai Wonyoung yang juga masuk smp pilihan Yujin. Orang tua mereka pun sudah saling kenal. Khususnya Yujin, yang selalu Wonyoung ceritakan kepada mamanya. Sahabat paling berharganya.

Kebayang betapa berharganya Yujin bagi Wonyoung? Sebaliknya juga bagi Yujin.

Wonyoung bercerita lama kepada Liz, yang sedari tadi setia mendengarkan cerita mereka bertemu. Beberapa kali Liz juga bertanya tentang hal-hal tak penting seperti siapa pacar pertama Yujin, dan lain-lain. Tentunya tak Wonyoung jawab, itu rahasia.

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang