"Ini baru jam 4, god. Dan lo mau nonton kartun?" Wonyoung melirik kecil ke arah Yujin yang tengah duduk di karpet depan TV. Yujin yang sedang menonton hanya terkekeh pelan."I really can't sleep, sumpah. Bosen tau."
"Then talk to me, oh my gosh! Gue bahkan rela nemenin lo pagi-pagi buta gini." Keluh Wonyoung, menghampiri Yujin di belakangnya.
"Ya udah, ngomong aja. Gue kan dengerin...Wonyoung."
Wonyoung duduk dengan tenang di sofa, memerhatikan Yujin yang tengah menonton kartun dengan volume kecil, takut Liz dan Rei yang sedang tertidur mendengarnya.
"Tadi lo ngapain deh, nyenterin meja gue?" Yujin yang sedang menonton jadi super gugup mendengarnya. Nada Wonyoung bahkan terdengar serius ketika bertanya, seakan merasa curiga.
"Itu, tadi gue gak sengaja nyoret meja lo pake pulpen, sorry ya...." Alasan yang bagus, Ahn Yujin.
"Kak,"
"Hm?" Yujin tak mengalihkan pandangannya dari televisi, mencoba menetralkan perasaannya.
"Did you read my blue notebook?" Kata-kata itu terdengar menyeramkan untuk Yujin. Ketika Wonyoung bertanya serius seperti itu, Yujin mungkin sudah bisa menebak gadis itu tau. Tetap saja, jantungnya kembali berdegup kencang, keringat mulai terasa di wajahnya.
Yujin mem-pause kartun di televisi itu sebentar, lalu dengan perlahan menoleh ke belakang, menatap kedua mata Wonyoung dengan seluruh hatinya.
"Notebook? Notebook yang mana? Gue gak baca, tuh." Yujin menjawab pelan, melihat Wonyoung dengan tatapan yang sama. Berbeda dengan Wonyoung, yang melihatnya dengan tatapan sayu.
"Gak usah pura-pura, kak. Gue liat notebook-nya udah gak ada di tumpukan paling bawah lagi." Yujin menunduk, begitu mendengarnya. Ia sudah ketahuan, ia merasa bersalah telah lancang membuka privasi gadis itu.
"Maaf, Wonyoung..." Ucap Yujin pelan, lalu mendengar Wonyoung menghela napas dalam-dalam. Gadis itu terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.
"So...? Did you know siapa orangnya? Lo udah baca sampe halaman terakhir?" Pertanyaan Wonyoung terdengar ragu, mungkin berharap Yujin tak sempat membaca sampai halaman terakhir. Tapi Yujin berniat jujur, ia ingin mengetahui semuanya, semua lewat mulut Wonyoung, bukan sekedar kode dari notebook.
"Inisialnya...itu gue, bukan?" Tanya Yujin lembut, kemudian perlahan menatap Wonyoung lekat. Ia tahu bagaimana gugupnya Wonyoung sekarang, sama seperti dirinya.
"Oh, i guess you've read it...iya, lo bener. Inisial itu, emang nama lo kak." Wonyoung menjawab dengan sedikit ragu, berpikir apakah ini waktu yang tepat untuk ia mengungkapkan segalanya.
"Pertama, maaf Wonyoung, gue ngelanggar privasi lo, karena rasa penasaran gue. Gue kira itu cuma sebatas buku biasa." Wonyoung bisa merasakan jantungnya berdebar mendengarnya. Ya, tapi cepat atau lambat, ia memang berencana untuk bilang kepada Yujin. Dan sekarang, waktunya sangat tidak pas.
"Iya, it's okay. Cepet atau lambat, gue sebenernya udah pengen ngomong dari lama, kak." Wonyoung tersenyum kecil, senyum yang menyedihkan. Yujin melihat gadis itu menunduk setelahnya. Yujin baru pertama kali melihat Wonyoung dalam situasi seperti ini, Wonyoung yang gugup, kebingungan, dan bahkan tak berani menatap matanya.
"Wony, liat mata gue." Kata Yujin lembut, tak melepaskan matanya dari Wonyoung. Gadis yang lebih muda itu perlahan menatap Yujin, masih dengan ragu.
"Gue boleh tau...dari kapan?" Tanya Yujin. Wonyoung mengangguk perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
you belong with me ; annyeongz
RomanceBagi Wonyoung, Ahn Yujin adalah segalanya. Kakak kelas, sekaligus sahabatnya itu mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Dari mereka SD, sampai sekarang SMA, Yujin tak pernah lepas dari bayangnya. Begitu pula dengan Yujin. Baginya, Wonyoung adalah a...