"Gue kurang suka endingnya, cliché abis sih!" Wonyoung yang baru saja keluar dari bioskop, mendengar Yujin berbicara di belakangnya."Cliché gimana? Itu kan namanya realistis, kak."
"Realistis kalo liat keadaan mereka sekarang, tapi kan bisa diperbaikin dari dulu, harusnya bisa dipertahanin, gitu loh." Yujin membalas lagi, mensejajarkan langkahnya dengan Wonyoung.
"Tergantung situasi, kadang kalo emang kita udah capek, mau dipertahanin gimana pun juga pasti nggak bakal bisa." Yujin mengangguk kecil, kali ini menyetujui perkataan gadis itu.
"Bener sih. Lo bijak banget Won, padahal pacaran juga baru sekali." Ledek Yujin, yang dibalas pukulan kecil dari adik kelasnya itu.
"Karena gue belum capek." Balas Wonyoung singkat, agak pelan.
"Capek apaan?"
"Pertahanin."
"Hah? Pertahanin apa sih?"
"Tau ah, kak!" Wonyoung mendengus sebal, mendahului langkahnya. Yujin mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung. Apa sih maksudnya? Gara-gara film kok jadi kesal kepadanya.
Wonyoung harus bersyukur cukup banyak, karena Yujin orangnya tak terlalu larut dala memikirkan sesuatu. Buktinya, bahkan setelah pengakuan mendebarkannya semalam tentang menyukai Wonyoung, esoknya terlihat biasa saja. Terlihat seperti Yujin yang biasanya. Andai ia tahu, bagaimana perasaan yang Wonyoung rasakan setelah malam itu. Sakit, sekaligus nyesek.
"Nih." Yujin menghampiri Wonyoung yang sudah menunggunya diluar. Mereka berhenti sebentar, di toko es krim yang biasa mereka beli. Yujin rasa coklat, dan Wonyoung rasa mint choco.
"Thanks," Gadis yang lebih muda itu mengambil es krimnya. Mereka makan dengan tenang di bangku tak jauh dari toko. Outdoor, dengan hembusan angin malam yang cukup dingin. Yujin terpaksa, karena Wonyoung tiba-tiba pengen banget es krim katanya.
"Kak Minju tau, lo jalan sama gue hari ini?" Tanya Wonyoung, membuka pembicaraan. Yujin melirik gadis itu sekilas, lalu menggeleng cepat.
"Gak tau, dia gak ada ngabarin gue seharian ini. Lagian, kalo jalan sama lo mah dia juga biasa aja kali." Jawab Yujin.
"Oh,"
"Dia sama gue sih tipe yang biasa aja kalo misalnya seharian belum ngabarin, apalagi statusnya masih gebetan, kan."
"Berarti kalo udah jadi pacar?" Tanya Wonyoung.
"Dulu sih, kita pasti saling spam call, spam chat. Namanya juga pacaran, pasti kangen aja bawaannya." Yujin terkekeh kecil.
"Status lo gak jelas deh, kak."
"Gak usah diingetin juga kali, Won. Gue udah berapa kali nembak dia bilangnya mau pelan-pelan mulu."
"Iya, pelan-pelan, tapi sebulan." Sindir Wonyoung, yang Yujin tahu bercanda. Tapi terkadang membuatnya berpikir lagi. Apa mereka terlalu pelan? Teman-temannya pun selalu mengejeknya, karena Yena dan Yuri yang pacaran padahal belum sebulan pdkt-an. Sebenarnya apa yang membuat Minju belum mau mengubah status mereka? Apakah takut Yujin melakukan kesalahan lagi? Takut salah paham, lalu putus lagi?
"Diem deh, Wonyoung." Yujin memasang wajah cemberutnya. Ia menoleh ke arah Wonyoung, melihat gadis itu susah payah menjilat es krimnya, sementara angin membuat beberapa helaian rambutnya menutupi wajahnya.
Yujin mendekat, lalu menyingkap rambutnya ke belakang telinga gadis itu, menatap kedua mata Wonyoung. Yang ditatap auto salting gara-gara sikap Yujin. Aduh, deg-degan mulu kalo sama Yujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
you belong with me ; annyeongz
RomanceBagi Wonyoung, Ahn Yujin adalah segalanya. Kakak kelas, sekaligus sahabatnya itu mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Dari mereka SD, sampai sekarang SMA, Yujin tak pernah lepas dari bayangnya. Begitu pula dengan Yujin. Baginya, Wonyoung adalah a...