13. feelings i never felt

622 72 0
                                    


"Perasaan lo gimana?"

"Gimana apanya?"

"Sama gue." Wonyoung membalikkan badannya dengan cepat, begitu mendengar pertanyaan random Yujin. Ini sudah jam 10 malam, Yujin sudah pulang, dan kini tengah berbaring di kasur Wonyoung, menemani adik kelasnya itu belajar.

"H-hah?" Wonyoung sedikit panik mendengarnya lagi. Yujin tiba-tiba saja tertawa kecil. "Kesel nggak? Gara-gara gue lo jadi gak berani belajar karena nonton film horror?"

OH, KIRAIN.

"Udah biasa sih, mulut lo kan emang racun."

"Dih, jahat banget!" Racau Yujin, sedikit bertingkah aneh. Terlihat seperti...mabuk? Sepenglihatan Wonyoung. Wonyoung memang tak tahu menahu soal alkohol dan segala macamnya, karena ia tak pernah mencoba itu. Tapi ia ingat jelas momen ketika Yujin pingsan di rumahnya, sewaktu awal kelas 11---karena minum-minum bersama teman-temannya. Bahkan Yena sampai terpaksa mengantarkan Yujin ke rumahnya, karena takut Yujin diamuk oleh bundanya.

Tingkah sedikit mirip dengan Yujin saat ini. Bertanya-tanya hal random sedari tadi.

"Udah tidur aja sini, lo nggak ngantuk Nyong?" Tanya Yujin lagi, menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Wonyoung lalu berjalan ke arah Yujin, lalu menangkup kedua pipi Yujin, membuat gadis itu terkejut.

"Lo mabok, ya?" Yujin yang mendengarnya menggeleng pelan. "Cuma agak tipsy aja, gue nggak minum banyak."

"Ya sama aja minum, kak!" Protes Wonyoung, akhirnya melepas tangannya dari Yujin.

"Iya, gue kurangin deh." Balas Yujin. Wonyoung mendengus kecil. "Bohong, ah." Gadis itu lalu kembali berdiri, hendak berjalan menuju mejanya lagi. Yujin dengan cepat menahan tangan gadis itu, membuat Wonyoung sedikit terkejut.

"Wonyoung, tidur yuk? Temenin gue tidur." Wonyoung rasanya sudah gila saja mendengarnya. Apa ini? Kenapa Yujin jadi clingy begini?

"H-hah? Apaan sih lo kak? Biasanya jam segini juga masih mabar bareng temen lo." Wonyoung tetap berjalan ke arah mejanya, biar gak keliatan salting. Yujin menghela napas kecil.

"Huh...nggak tau juga. Rasanya capek banget. Gara-gara gue minum kali ya? Ya udah, lo belajar dulu aja. Gue tidur bentar ya." Yujin melihat Wonyoung mengangguk, lalu perlahan menutup matanya. Ini sudah pasti karena vodka milik Yena tadi.
















Yujin tiba-tiba saja membuka matanya. Dilihatnya langit-langit kamar Wonyoung yang sudah gelap. Jam berapa ini? Kenapa ia tiba-tiba terbangun seperti ini? Terlebih lagi, matanya terasa segar. Yujin melihat sekilas ke arah jam di dinding kamar Wonyoung dalam kegelapan. Sepertinya sekitar jam 3 kurang?

Oh iya, tadi ia tertidur tadi saat menunggu Wonyoung belajar. Yujin lalu membalikkan badannya menghadap kiri, melihat Wonyoung yang sedang tertidur di dalam selimut, tapi bergerak sedikit tak nyaman. Yujin bisa melihat alis gadis itu yang mengerut beberapa kali, dan terus menarik selimut untuk menutup kepalanya.

Yujin sedikit bingung. Wonyoung terlihat seperti, ketakutan? Sepertinya begitu, dilihat dari posisinya yang tak berani bergerak banyak. Yujin menggeser badannya, lebih dekat ke arah Wonyoung. Yujin menepuk pelan pundah Wonyoung, seketika mengejutkan Wonyoung. Matanya melotot, terlihat terkejut.

"Sorry, lo ketakutan...Won?" Tanya Yujin lembut, begitu mereka bertatapan dalam gelap. Tatapan Wonyoung kini terlihat lebih tenang. Posisi mereka yang dekat membuat Yujin dapat melihat dengan jelas wajah Wonyoung yang dekat dengan wajahnya. Yujin tak bisa berbohong, bahkan dalam gelap pun sungguh cantik.

"I-iya kak. Nggak tau, tiba-tiba kepikiran tadi..." Yujin bisa mengerti, begitu mendengar suara pelan Wonyoung. Bedanya, Yujin dalam dua hari mungkin sudah bisa melupakan adegan-adegan film horror. Sedangkan Wonyoung, sepertinya tipe yang tiba-tiba saja akan teringat lagi, dan membuatnya takut.

"Duh, kayanya film yang kemaren serem banget ya? Biasanya lo gak sampe segininya." Ucap Yujin.

"Biasanya gini juga sih, tapi bedanya gue malemnya tidur sama mama. Cuma mama kan lagi pergi." Jawab Wonyoung, Yujin mengangguk mengerti. Sungguh, ia sekarang sama sekali tak mengantuk. Rasanya aneh.

Melihat wajah Wonyoung yang sepertinya masih mengantuk, Yujin mendekatkan badannya, lalu melingkarkan lengannya pada bahu Wonyoung, menarik gadis itu pada pelukannya.

"Ya udah, peluk gue aja ya. Tidur lagi..." Yujin tak tahu apa yang baru saja merasukinya sampai ia inisiatif untuk melakukan skinship kepada Wonyoung lagi, untuk kedua kalinya. Rasanya sungguh aneh, ia tak biasa begini. Apa karena alkohol yang ia minum? Yujin bahkan tak mengantuk sama sekali, begitu Wonyoung sudah ada dalam pelukannya.

Ia lalu merasakan kepala Wonyoung bergerak, dan kini gadis itu mendongak untuk menatapnya. Yujin melihat tatapan mata itu, entah mengapa rasanya tatapan Wonyoung terlihat indah sekali malam itu.

"Makasih, kak." Ucap Wonyoung lembut, sebelum membetulkan posisinya lagi, lalu tertidur. Yujin menahan napasnya, tak bisa memejamkan matanya. Itu dia, jantungnya berdebar. Ia tidak tahu berdebar karena apa. Biasanya tak begini, ia tak pernah berdebar begini karena Wonyoung.

Ini perasaan yang tak pernah ia rasakan, sama sekali kepada gadis itu.

•.  •.  •

"Kenapa sih Nyong? Ngeliatin kak Yujin segitunya?" Liz bertanya heran kepada sahabatnya, yang ketauan basah terus memandangi Yujin yang sedang kumpul bersama teman-temannya di kantin. Ini sudah hari senin lagi, sejak kejadian kemarin. Iya, sejak kejadian Yujin yang memeluknya itu.

Yujin mungkin tak tahu, tapi tindakan lembutnya itu membuat Wonyoung semakin berdebar setiap kali mengingatnya. Wajar saja, biasanya bersikap jahil dan sok tak perhatian, tapi kemarin sikapnya sungguh berbanding terbalik. Wonyoung menyukai sisi baru itu. Yujin yang clingy, dan sungguh lembut. Bahkan melihatnya di sekolah saja berdebar, padahal tadi pagi mereka berangkat bersama.

"Pasti ada sesuatu deh. Kenapa? Kak Yujin tau lo suka dia?" Wonyoung sontak langsung menutup mulut Liz dengan ibu jarinya, menatap tajam gadis itu.

"Kesel deh mulut lo gak difilter dulu kalo ngomong." Protes Wonyoung.

"Ya elah, siapa yang bakal denger sih? Kita kan cuma duduk berdua." Balas Liz, melihat sekeliling mereka. Wonyoung hanya tersenyum kecil, lalu lanjut  mencuri-curi pandang ke arah Yujin.

"Cerita Nyong, cepet. Lo keliatan kasmaran banget."

"Bacot deh."

"Come on! Lo tau kan gue orang yang paling bisa jaga rahasia?" Wonyoung mendesah kecil. Iya sih, Liz memang bisa dipercaya kalo soal curhat mencurhat.

"Fine, tapi kalo lo sampe nyebar---gue bakar rumah lo." Ancam Wonyoung, membuat Liz tertawa seketika.

"Anjrit, serem amat. Ya udah cepet cerita!"

Liz mulai mendengarkan cerita Wonyoung, dari mulai mereka menonton film, mati lampu, sampai malam pertama dan kedua dimana Yujin memeluknya. Liz yang setia mendengarkan tentu terkejut, sekaligus kagum. Wonyoung geraknya cepet ya? Yujin nginep aja udah banyak momen sweet-nya. Liz jadi iri. Tapi inget, Wonyoung kan udah lama naksir Yujin, yang gak ada perkembangan sampai sekarang.

"Wow...just, wow. Beruntung banget dipeluk crush semaleman, Nyong." Respon Liz, menepuk tangan kecil. Wonyoung hanya tersenyum malu.

"Asli gue deg-degan sampe gak bisa tidur."

"Pasti lah! Tapi gue agak nggak nyangka kak Yujin meluk lo semaleman gitu. Like, how? Dia kan jahil abis sama lo."

Wonyoung hanya tersenyum mendengarnya. Ternyata, menonton film horror bersama Yujin bukan pilihan yang buruk.















"Wonyoung." Si pemilik suara, yang tadi menegurnya memanggil. Wonyoung melihat Yujin berlari kecil ke arahnya. Duh, deg-degan.

"Iya, kenapa kak?"

"Lo pulang duluan aja ya, gue bareng sama Minju."

"O-oh? Oke." Dari kejauhan, Wonyoung bisa melihat Minju yang berjalan ke arah mereka. Wonyoung tersenyum kecil. Minju lagi, Minju lagi. Baru saja seharian ini mood-nya bagus.

"Ya udah, aku duluan ya kak."

"Oke, Won."

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang