39. far from the valley

554 63 0
                                    


"So, how is it going with your lovely pacar?" Liz bertanya, ketika mereka hangout pada sore hari itu. Tak terlalu jauh. Malahan, cafe-nya cukup dekat dengan rumah Yujin. Hanya berkumpul kecil, Wonyoung, Liz dan Rei.

"Baik, sangat-sangat baik." Jawab Wonyoung simpel, jadi memikirkan Yujin.

"Gue liat-liat kemaren ada yang aquarium date, ya?" Tanya Rei. Itu memang kemarin, saat Yujin tiba-tiba saja mengajak Wonyoung jalan bareng, dengan tujuan yang tak disebut. Penuh kejutan.

"Yoai, bagus deh aquariumnya."

"Jujur aja ya Nyong, wish gue dari dulu sebenernya aquarium date, sih. Lo kayaknya di kehidupan sebelumnya nyelametin kerajaan kali ya, diajak diem-diem ke aquarium sama kak Yujin." Ucap Rei, dengan dramanya lagi.

"Anjir, lo kayaknya gak ada berhenti-berhentinya ya genit sama pacarnya Wonyoung." Sindir Liz, yang hanya dibalas kekehan oleh Rei.

"Ya, abis...gimana ya? Dia tipe gue banget  sih jujur." Rei kembali bercanda, melirik sekilas Wonyoung.

"DIH?" Wonyoung yang tak terima memasang ekspresi super jutek. Rei tertawa melihatnya. "Bercanda, ibu negara."

"Kalo lo sih, tipe gue banget, Rei." Tiba-tiba saja Liz menyeletuk, membuat Rei menoleh cepat. Wonyoung tersenyum kecil.

"Lo naksir gue ya, Liz?" Alih-alih menjawab, Liz malah tersenyum, dengan mencurigakan.

"Kalo iya, please mundur. Karena tipe gue yang kayak kak Yujin doang."

"Anjing lo!"

"Bercanda demi, Nyong."

Wonyoung bisa melihat Liz yang diam-diam menatap Rei, dengan senyuman kecilnya. Namun, Wonyoung bisa merasakan sesuatu yang berbeda dari itu. Bukan dari senyuman, namun tatapannya kepada Rei. Entah apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya. Yang pasti, Wonyoung tahu sesuatu tentang Liz dan perasaannya, meskipun temannya itu tak pernah memberi tahu.

"Diem deh, pokoknya itu pacar gue, titik." Tegas Wonyoung.

"Iya, iya. Pacar lo."

•.  •.  •

"Jadi, how is it going, with your...girlfriend?" Tanya Minju, dengan senyum manisnya. Suatu kebetulan, mereka bertemu di depan sekolah. Yujin yang baru selesai ekskul, dan Minju yang baru selesai dengan urusan OSIS-nya, yang akhir-akhir ini sibuk, karena mempersiapkan pensi.

Semilir angin sore menerbangkan beberapa helai rambut Yujin, yang tengah ikat ke belakang. Gadis jangkung itu tersenyum kecil. "We're good. Makasih, udah nanya, kak. Masih mau ngomong sama gue."

"You look like you had a terrible relationship with your exes, ya?" Minju terkekeh kecil, sukses membuat Yujin tertawa pelan. Gadis itu menoleh, menatap sang mantan dengan senyum lagi.

"Jujur iya, sih. Gue bersyukur lo masih mau ngajak gue ngomong, loh."

"Walaupun agak canggung,"

"Walaupun agak canggung." Yujin menyetujuinya, lalu mereka tertawa kecil setelahnya. Mungkin Yujin tak tahu, tapi dengan sikapnya yang seperti ini, Minju masih saja berdebar, seperti dulu. After all, Yujin adalah cinta pertamanya. Ini baru 4 bulan, dan Minju tak tahu kapan pastinya perasaan menyakitkan ini akan hilang.

Ia masih sangat menyukai adik kelasnya itu. Meskipun, mungkin kehadirannya kini sudah tergantikan seseorang, seseorang yang sudah lama bersama dengannya, jauh lebih lama dari Minju.

"Yujin,"

"Iya?"

"Lo keliatan bahagia." Ucap Minju, tersenyum tipis. Yujin lantas tersenyum, menampilkan lesung pipi khasnya.

"I do?"

"Boleh peluk, gak?"

"H-hah?"

"For the last time, Jin. Karena gue gak tau kapan perasaan gue ke lo bisa berhenti." Yujin sedikit membeku, ketika Minju perlahan memeluknya, menyandarkan kepala kepada bahunya. Jujur, Yujin tak pernah tahu Minju masih memiliki perasaan kepadanya, bahkan setelah berbulan-bulan. Padahal, Yujin sudah jahat kepadanya.

Mungkin untuk terakhir kalinya, Yujin mengelus punggung gadis itu dengan tangan kanannya, seakan mengucapkan perpisahan. Sementara matanya mengarah ke gerbang, terkejut bukan main melihat ada seorang gadis yang tengah berdiam, melihatnya di situ. Wonyoung, juga Liz di sebelahnya. Ia bisa melihat senyum Wonyoung yang perlahan meluntur, lalu segera berbalik.

"Wonyoung!" Yujin refleks melepas pelukannya, memanggil gadis yang berbalik itu. Minju sontak ikut melepas pelukannya, ikut berbalik ke arah Wonyoung yang tengah berjalan menjauh.

Matanya menatap Yujin nanar. "Jin, sorry  banget..."

"Gak apa-apa, kak. Sorry gue nyusul Wonyoung dulu. Bye!" Minju bisa melihat  Yujin yang segera berlari secepat kilat.








"Wonyoung! Wonnie, tunggu!" Yujin mengejar Wonyoung yang kini sedikit berlari di depannya. Panggilannya justru membuat Wonyoung berhenti berlari. Yujin sedikit membungkuk, mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

"Tunggu, sayang..." Yujin berucap, dengan terengah. Ia mendongak, melihat wajah Wonyoung, yang kini menatap nanar dirinya.

"Tadi itu, aku gak sengaja ketemu sama Minju, di depan gerbang. Dia abis kelar osis, katanya." Wonyoung tak membalas, dan lebih memilih mendengarkan. Walau jujur, hatinya sedikit sesak melihat Yujin dan Minju berpelukan tadi.

"Tiba-tiba dia ngaku, katanya masih punya perasaan ke aku, terus izin meluk."

"Terus, mau kamu terima?" Wonyoung entah mengapa refleks menyarkasi pacarnya itu. Yujin sontak menggeleng.

"Tiba-tiba meluknya, mau say goodbye. Demi apapun, aku sayangnya sama kamu, Wonyoung."

"Lain kali, jangan peluk dia." Pinta Wonyoung, terdengar pelan. Yujin mengangguk pelan, lalu berjalan mendekati Wonyoung.

"Iya, Wonnie. Maaf." Tuturnya lembut. Hanya seperti itu, dan Wonyoung kembali luluh. Yujin mendekat, mencium kening gadis di depannya itu.

"Mau jalan gak?"

"Kemana?"

"Ice cream date, kali?"

"Yujin, aku flu."

"Oh iya...kemana ya?"

Mereka terlihat sedikit berpikir. Lalu Wonyoung tiba-tiba tersenyum kecil. "Nonton mau gak?"

"Iya...boleh aja?" Yujin tersenyum. Diraihnya tangan pacarnya itu, lalu digenggam erat. Wonyoung tersipu sedikit karenanya. Dilihat-lihat, entah mengapa Yujin terlihat lebih senang dari biasanya.

Mereka selesai nonton sekitar pukul 7 malam. Mereka sampai di parkiran, lalu sebelum menyalakan motor, Yujin menoleh kecil ke arah pacarnya. "Apa?" Tanya Wonyoung yang peka.

"Mau mampir ke rumah dulu gak?" Tanya Yujin, sembari memberikan helm.

"Gak kemaleman?"

"Ya elah, kayak sama siapa aja sih. Biasanya juga nginep tinggal nginep."

"Ya...iya sih..."

"Lagian, aku kan sekalian mau ngenalin kamu."

Wonyoung memasang ekspresi bingung ketika mendengarnya. Lalu segera tersadar setelahnya. "Bunda sama ayah udah tau?" Dan mendapat anggukan dari Yujin setelahnya.

"Ayah gak sengaja ngeliat chat kita, aduh..."

"Marah gak?"

"Siapa?"

"Bunda, sama ayah?"

"Ya nggak lah sayangku...malahan, aku yang dimarahin, diceramahin."

Wonyoung tertawa kecil, lalu segera menaiki motor ketika Yujin menyalakan mesin motornya. Yujin tersenyum dari spion.

"Malahan bersyukur banget, anaknya dapet yang spek kayak bidadari gini."

"Idih, geli!"

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang