23. feelings

637 74 0
                                    


Yujin berbaring di kasurnya dengan tak tenang. Ini sudah keberapa kalinya ia mencoba menghubungi Wonyoung, beberapa hari setelahnya. Iya, setelah berakhirnya hubungannya dengan Minju. Beberapa hari itu juga Wonyoung terasa semakin jauh darinya. Sekarang, Yujin mengirim pesan pun tak dibalas.

Yujin merasa sedih. Ketakutan itu pun mulai muncul kala ia mengingatnya. Bagaimana jika Wonyoung menyerah, lalu menghilang darinya? Ia tak mau, ia tak mau Wonyoung pergi darinya.

"Duh, angkat dong, Won..." Yujin mengeluh frustasi, merasa tak bisa menahannya lebih lama. Kemana Wonyoung? Sebegitu sibuknya kah sampai tak bisa menjawab teleponnya?

Sebuah ide berlian lalu muncul. Haruskah ia menelepon Liz saja? Karena biasanya mereka kan pergi bersama. Dengan buru-buru, ia menelepon Liz. Tak butuh waktu lama, gadis itu pun mengangkatnya.

"Halo kak Yujin, kenapa?"

"Eh...Liz, lagi bareng Wonyoung gak?" Tanya Yujin, sedikit gugup. Nadanya terdengar berharap. Sore itu, hujan turun cukup deras, membuat Yujin berpikir lagi apakah Wonyoung sedang pergi sekarang.

"O-oh...nggak kak. Ini aku lagi pergi sama Rei." Jawab Liz, terdengar sedikit pelan. Yujin mengeluh kecil begitu mendengar jawaban gadis itu.

"Oh gitu, tapi tadi pulang bareng Wonyoung?" Tanya Yujin lagi.

"Ya...iya sih." Jawab Liz.

"Ya udah kalo gitu, thanks ya." Yujin menyudahi teleponnya, dibalas dengan 'oke' singkat dari Liz.

Ia melenguh kecil, mengusap pelan wajahnya. Kira-kira Wonyoung ada di rumah tidak ya?












"Dia bilang apa?" Wonyoung bertanya pelan, takut-takut teleponnya masih tersambung. Benar, sesuai dugaan Yujin di awal, Wonyoung memang sedang berada di rumah Liz. Juga bersama dengan Rei, yang tentu saja kini tahu kisah lengkap dari hubungan Yujin dan Wonyoung.

Ya, hitung-hitung sudah dua minggu Wonyoung sama sekali tak bercengkrama ke rumah Yujin, maupun sebaliknya. Sebenarnya Yujin sempat ke rumah beberapa kali, tapi Wonyoung selalu beralasan sedang pergi setiap Yujin bertanya.

Mamanya kadang sampai bertanya,

"Kak, Yujin kemana sih? Kok gak main kesini lagi?" Mungkin sudah 3 kali bertanya seperti itu kepada Wonyoung. Gadis itu terpaksa harus berbohong, lalu bilang kalau Yujin sedang banyak tugas kelompok, jadi tidak bisa sering main keluar.

Wonyoung berandai apakah bundanya Yujin juga menanyakan hal yang sama terkait dirinya kepada Yujin?

Jujur saja Wonyoung merasa malu, merasa canggung bila mengingat kejadian kemarin. Walaupun Yujin terlihat biasa saja, Wonyoung tak bisa. Bukan sama sekali karena ia marah perihal Yujin yang belum memberikan jawaban untuknya. Ya karena Wonyoung tak berharap banyak, lagipula Yujin juga tak mungkin membalas perasaannya. Yujin punya Minju untuknya.

"Dia bilang ya udah, thanks." Jawab Liz, mematikan ponselnya. Rei meliriknya sekilas. "Cuma gitu? Gak ada nanya-nanya lagi?"

"Gak ada, gue bilang kan lagi pergi sama lo." Liz menjawab, lalu kembali melirik Wonyoung. Temannya itu terlihat sedikit gelisah, walaupun berusaha menutupinya, berusaha biasa saja.

"Nyong...sampe kapan lo mau jauhin kak Yujin?" Tanyanya pelan. Wonyoung meliriknya sekilas, mendengus pelan.

"Gue gak tau, Liz. Hubungan kita udah terlanjur canggung."

"Nyong, bukannya lo yang bikin ini jadi canggung? Kak Yujin bersikap biasa aja, like what she promised you." Rei menengahi, menatap lekat Wonyoung.

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang