"Hei." Sapa gadis dengan hoodie abu-abu dan celana hitam, lengkap dengan topinya. Wonyoung tersenyum simpul begitu keluar dari pintu rumahnya, melihat Yujin yang sudah berdiri, dengan tongkat kruknya tentunya."Ngapain lo pake topi segala? Udah kayak idol Korea aja." Ledek Wonyoung, berjalan menghampiri Yujin. Gadis yang lebih tua itu membetulkan sedikit topinya, agar bisa melihat wajah Wonyoung di malam hari ini.
"Biar gak keliatan muka cakep gue pas tidur di bus." Yujin bercanda seperti biasa, mengundang kekehan geli dari gadis disampingnya.
"Idih, aneh..."
Yujin berjalan bersama Wonyoung di pinggir trotoar. Lokasi tamannya tak jauh, makanya Yujin bela-belain ngajak Wonyoung kesana. Padahal, jujur aja kakinya mulai nyut-nyutan lagi, sakit. Tapi gak apa-apa, demi calon pacar.
"Diem-diem aja." Tegur Yujin, menoleh sekilas ke arah Wonyoung. "Nyong, kalo pacaran sama gue nanti, gak usah jaim-jaiman ya? Gue suka lo apa adanya kok." Perkataan Yujin barusan sukses membuat jantung Wonyoung berdebar sangat kencang. Astaga, memang Ahn Yujin benar-benar. Ia bisa merasakan pipinya memerah hanya karena perkataan Yujin yang bahkan menggelikan barusan.
"Idih! Jaim? Ngapain? Gue kenal lo kan bukan cuma setahun dua tahun!" Wonyoung menepuk kecil pundak Yujin, membuat Yujin terkekeh kecil.
"Cuma ngomong aja sih...lagian kayaknya pacaran sama lo seru, bisa sahabatan sekaligus pacaran gitu." Yujin senyam-senyum membayangkannya.
"Pacaran? Lo aja belom nembak-nembak..." Gumam Wonyoung pelan, melihat ke arah jalanan. Yujin sebenarnya bisa mendengar, namun hanya tersenyum kecil. Sungguh, Wonyoung benar-benar membuatnya gila.
"Kaki lo...udah baikan? Kok sekarang cuma pake satu tongkat aja?" Wonyoung membuka pembicaraan lagi, sembari melihat ke arah Yujin yang berjalan di sampingnya.
"Masih sakit banget, tapi bisa napak dikit-dikit. Gue pake satu tongkat aja, soalnya ribet." Jawab Yujin.
"Ribet? Ribet apanya? Lebih ribet kalo pake satu tongkat bukannya?" Tanya Wonyoung, merasa heran akan jawaban Yujin.
Yujin tersenyum, lalu tiba-tiba saja menggandeng tangan kiri Wonyoung yang menganggur, memasukkannya dalam kantong hoodie Yujin.
"Ribet, jadi susah gandeng tangan lo."
Ahn Yujin udah gila.
Wonyoung bener-bener salting dengernya, tak berani menatap mata Yujin sama sekali.
"Apaan sih..." Keluhnya, padahal jantungnya udah disko-an.
"Yah, salting kan lo?" Ledek Yujin, tersenyum lebar. Ia lalu melihat ke arah depan, mereka kini sudah sampai dan berjalan menyusuri taman.
"Duduk situ, yuk." Ajak Yujin, lalu duduk di bangku taman, bersama Wonyoung setelahnya. Ada beberapa alasan mengapa Yujin mengajak Wonyoung kesini, malam ini. Walaupun saat ini taman benar-benar sepi, sama sekali tak ada yang mengunjungi.
Wonyoung melepas gandengannya dari hoodie Yujin, sedikit membuat si pemilik hoodie kecewa.
"Kenapa dilepas?" Tanya Yujin spontan, menatap Wonyoung. Gadis yang lebih muda itu tersenyum menatapnya serius. "Biar fokus, katanya mau ngomong?"
"Jadi gue bikin lo gak fokus?" Yujin melepas topinya, sedikit membetulkan rambutnya. Semilir angin membuat beberapa helai rambut menutupi wajahnya. Lalu setelahnya tersenyum manis, menatap kedua mata Wonyoung.
"Serius ah, kak!" Protes Wonyoung, terlihat sedikit kesal, tetapi juga tersipu.
"Iya, iya..." Yujin menghela napas kecil, merasa sedikit dingin. Ia lalu tiba-tiba memakaikan topi hitamnya itu kepada Wonyoung, yang sedang berada di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
you belong with me ; annyeongz
RomanceBagi Wonyoung, Ahn Yujin adalah segalanya. Kakak kelas, sekaligus sahabatnya itu mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Dari mereka SD, sampai sekarang SMA, Yujin tak pernah lepas dari bayangnya. Begitu pula dengan Yujin. Baginya, Wonyoung adalah a...