26. maybe i

686 71 3
                                    


Di pagi hari yang tak terlalu cerah itu, Yujin dengan tenang sedang mengerjakan tugasnya, tentu saja bukan hasil kerjanya sendiri. Mustahil, apalagi pelajaran matematika. Ia izin menyalin punya Jihoon, si ketua kelas rajin.

Jihoon mah nurut-nurut aja, dia kan emang ketua kelas paling baik, kata Yujin.

"Nomor 2 apaan nih? Gak keliatan gue." Tanya Yujin, kepada Jihoon yang sedang mengobrol tak jauh darinya. Chaewon yang sedang menyalin di sebelahnya ikut mengintip.

"Tiga bego, masa gak bisa baca lo."

"Apaan sih?" Tanya Jihoon, yang kini menghampiri mereka. Yujin lalu menunjuk ke arah angka yang tak terlalu jelas.

"Oh, ini dua. Lupa gue tip-x semalem." Jawab lelaki itu, menyengir. Yujin langsung menabok punggung Chaewon.

"Dua, tolol. Sok-sok ngehina gue lagi!"

"Ya maaf elah, namanya juga kagak jelas tulisannya." Chaewon terkekeh kecil. Sementara Yujin hanya tersenyum simpul.

"Entar istirahat gue nitip siomay ya?" Pinta Yujin, kepada Chaewon yang masih sibuk mengerjakan tugasnya.

"Dih, emang gue babu apa? Jalan sendiri lah sono!" Gerutu Chaewon, membuat Jihoon yang mendengarnya sontak tertawa.

"Kakinya kan patah, bego."

"Oh iya," Chaewon menggaruk kepalanya.

"Ciri-ciri orang kaya tapi goblok." Misuh Yujin, yang langsung mendapat tabokan di pundaknya. Jihoon yang sedang melihat-lihat sekeliling lalu mendapati dari kejauhan Wonyoung, yang sedang berjalan ke arah kelasnya bersama Rei dan Liz.

Jihoon sontak tersenyum, apalagi melihat gadis Jepang yang sekarang sedang menjadi pujaan hatinya. Rei, adik kelasnya yang tampak cantik dengan pono hitamnya itu.

"Eh, Jin. Wonyoung dateng noh." Panggil Jihoon, berdiri di depan pintu kelasnya.

"Hah?" Yujin tersenyum kecil, lalu mengambil tongkat kruknya. Ia hendak menghampiri Wonyoung yang entah mengapa tiba-tiba datang ke kelasnya.

"Repot gak lo? Mau gue ambilin, Jin?" Tanya Chaewon, yang tiba-tiba jadi perhatian ke Yujin. Duh, jadi malu.

"Gak usah, Chae. Kerjain aja dulu sono." Yujin lalu berjalan perlahan, dibantu dengan tongkatnya. Ia melihat Jihoon yang sedang mengobrol dengan mereka.

"Kenapa, Nyong?" Yujin bertanya, begitu melihat Wonyoung yang sudah tersenyum di depannya. Wonyoung lalu mengeluarkan sebuah kotak makan dari paper bag yang ia tenteng.

"Nih, kak. Dari mama. Katanya disuruh nganterin buat lo, jadi gak susah ke kantin." Yujin menerimanya dengan senang hati. Ia tersenyum manis ke arah Wonyoung, merasa senang akan perhatian gadis itu.

"Makasih banyak, Wony. Nanti sampein ke mama, ya?" Mereka bertatapan, merasakan debaran yang sama. Yujin menotis bando berwarna pink muda yang sedang dipakai gadis itu. Hatinya berbunga-bunga melihatnya Wonyoung sangat manis memakainya, terlihat sangat cocok. Padahal, selama ini Yujin selalu meledek selera Wonyoung yang serba pink itu.

"Hehe, iya kak." Wonyoung tersenyum menjawabnya.

"Duh, kak. Gak apa-apa itu? Sakit gak?" Tanya Liz, menunjuk ke arah kaki Yujin.

"Iya, hati-hati dong." Sahut Rei, dengan ekspresi agak memelas.

"Sakit lah, tapi gak apa-apa, gue strong, kok." Yujin bercanda, terkekeh kecil.

"Boong, dari mukanya keliatan nahan sakit." Tambah Rei, tersenyum kecil.

"Duh, dek. Jangan perhatian gitu ke Yujin dong, kakak nyesek tau liatnya. Senyum Rei langsung luntur begitu mendengar Jihoon yang tiba-tiba nimbrung.

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang