24. i almost do

615 73 0
                                    


"Makasih pak." Wonyoung tersenyum kecil, begitu taksi yang ia pesan tadi sudah menepi di rumahnya. Ia turun, lalu menutup pintu mobil. Wonyoung mendongak sekilas, begitu sudah berhasil berteduh di bawah kanopi rumahnya. Masih hujan, walaupun tak terlalu deras. Wonyoung berjalan perlahan, menaiki tangga menuju pintu rumahnya. Sangat basah, Wonyoung takut ia akan kepleset saking licinnya.

Wonyoung baru saja hendak membuka pintu rumahnya, sebelum suara motor terdengar berhenti di depan rumahnya. Gadis itu menoleh penasaran, sangat terkejut begitu melihat siapa yang turun dari motor, dengan jas hujannya.

Itu Yujin, yang kini juga tengah menatapnya. Pandangan mereka saling bertemu selama beberapa detik, sebelum Yujin tersenyum simpul.

"Wonyoung, tunggu." Panggilnya.

"L-lo, ngapain...kesini?" Tanya Wonyoung, masih merasa agak canggung, walaupun kini jantungnya berdebar cepat. Yujin tersenyum kecil, lalu mengangkat kantong yang ia bawa tadi.

"Nganter oleh-oleh, disuruh bunda." Jawabnya, masih menatap Wonyoung.

"O-oh, ya udah." Wonyoung tersenyum kikuk, membuat Yujin yang melihatnya ikut tersenyum. Itu sinyal agar Yujin mengikuti gadis itu masuk ke dalam. Yujin tentu merasa senang, lalu segera berlari kecil menyusul Wonyoung. Berbeda dengan Wonyoung yang hati-hati, itu memang salah Yujin sendiri, yang malah berlari menaiki tangga, yang jelas-jelas licin karena hujan.

Senyumnya seketika luntur ketika ia merasa badannya terjatuh ke belakang, dengan posisi miring dan kaki yang tak lurus. Kepalanya jatuh mengenai lantai terlebih dahulu.

Bruk!

"AH!" Wonyoung yang baru saja hendak masuk setelah membuka pintu terkejut begitu mendengar teriakan Yujin. Ia menoleh ke belakang, lalu sontak memekik, begitu melihat Yujin yang kini sudah terbaring di lantai garasi rumahnya, dengan kesakitan. Kantong box yang dibawanya untungnya tak bercecer, hanya saja tergeletak di lantai, masih dengan posisi utuh.

"Astaga, kak!" Wonyoung sontak langsung menghampiri Yujin, tentunya menuruni tangga dengan hati-hati. Yujin terlihat memegang kepala dan kakinya, lalu mengerang kencang.

"AW! ADUH!"

"Kak, kok bisa jatoh? Lo sih, gak hati-hati!"

"Duh, Won! Kaki gue, sakit banget!" Yujin terlihat masih memegangi kaki kanannya. Wonyoung yang panik lalu langsung mengelus kaki Yujin, berusaha menenangkan gadis yang lebih tua itu.

"Loh? Yujin kenapa?" Wonyoung menoleh, begitu mendapati mamanya yang bertanya dengan nada panik.

"Ini, kak Yujin jatoh ma!"

"Astaga, ya udah, kita ke rumah sakit ya!"


























Wonyoung menunggu gelisah diluar. Ini sudah setengah jam, namun Yujin belum juga keluar. Mamanya pun tadi sudah izin pulang duluan, karena ada urusan kerjaan. Wonyoung menunggu sendiri, daritadi jantungnya tak bisa berhenti berdebar cepat. Apa yang membuat lama? Apa luka Yujin parah?

Sepertinya pikiran gadis itu terjawab, ketika pintu tempat Yujin masuk tadi terbuka, menampilkan suster yang keluar duluan, disusul Yujin di belakangnya. Wonyoung menoleh, melihat Yujin yang tengah berjalan kepadanya, dengan menggunakan tongkat kruk di kedua ketiaknya. Wonyoung bisa melihat kaki kanannya yang di gips, serta sedikit plester di pelipis kanan gadis itu.

Oh tidak, sepertinya memang cukup parah. Wonyoung berdiri, khawatir begitu melihat Yujin yang kini sudah berada di depannya, tersenyum simpul.

"Astaga..." Wonyoung refleks berucap. Sementara Yujin hanya tersenyum, merasa tak enak pada gadis di depannya itu.

you belong with me ; annyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang