Seorang wanita menutup pintu kamarnya dengan keras, ia berteriak dan menghancurkan barang di sekelilingnya.
"Kacau,kacau! Siala*!" gumam wanita itu siapa lagi kalau bukan Starla. Ia menggigit jarinya namun kini ia tersadar ada satu hal yang harus ia periksa kini.
Starla pun membongkar lemarinya dan mencari sebuah kotak, ia mengambil kotak tersebut dan memeriksa isinya, rupanya masih lengkap.
"Jadi tadi kalung siapa? Kenapa Alfina tahu surat itu?" gumam Starla dengan raut wajahnya yang khawatir.
Ada satu hal yang tidak diketahui Starla, barang yang berada dalam kotak itu palsu. Sedangkan yang asli tentu saja kini sudah berada di tangan Alfina dan Adel. Masih ingat misi Adel yang menyelinap ke kamar Starla? Tentu saja Adel menukar kalung dan kotak musik itu dengan yang tiruan sedangkan surat yang dipegang Alfina memang bukan asli tulisan Kevin tapi Adel menuliskan kembali dengan persis isi surat tersebut untuk Alfina.
Starla menggelengkan kepalanya, ia pikir masalah itu untuk urusan nanti karena pusat pikirannya saat ini adalah kegagalan rencananya terhadap Zio.
Starla serakah? Tentu. Ia menginginkan Kevan dan Zio. Kevan memang sudah berada di pihaknya namun sulit sekali untuk mengikat Zio. Mengapa Zio? Pertama, Starla memang jatuh hati pada Zio sejak ia masuk SMA, Kedua, ia pikir agar bisa mengalahkan Adel, ia harus memiliki Zio yang setara dengan Gio.
Starla berencana menggunakan bayi di kandungannya untuk menjebak Zio, jika tadinya rencana yang ia susun berjalan dengan lancar maka ia akan menjadikan bayi di kandungannya sebagai batu loncatan untuk menjadi Nyonya Calestino, namun berkat bakat bodohnya yang mendarah daging tentu saja hal itu tidak terjadi.
Starla kini berusaha menenangkan dirinya, sepertinya kali ini ia benar-benar harus menyingkirkan Adel.
"Iya benar, harus mati kali ini!" batin Starla yang tersenyum.
*********
"Eh sobat! Btw kemaren kok gua kaga liat elu sih?" tanya Adel sambil merangkul bahu Inyong.
"Dih! Lu aje yang kaga liat gua! Maklum gua cuman butiran beras!" ucap Inyong yang juga membalas merangkul Adel.
Kini Adel dan Inyong sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan mumpung hari ini weekend dan setelah drama kemarin katanya.
"Jadi kemaren gimana? Habis ini apa lagi?" tanya Inyong sambil menatap Adel.
"Beres kemaren mah! Sekarang tinggal main-main sama si uler sanca" ucap Adel tersenyum penuh arti.
Inyong menghentikan langkah kakinya "Inget del lu berhadapan sama pembunuh, lo kudu hati-hati pokoknya! Gua engga mau tahu!" ucap Inyong yang kini memegang kedua tangan Adel dan menatapnya dengan serius.
Adel tersenyum "Makasih ya myplen!" ucapnya sambil mengacak rambut Inyong.
"Udahlah yuk hari ini kita healing! Lusa kembali bengek!" ucap Adel dengan semangat sedangkan Inyong hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Hari ini Adel memutuskan untuk bersenang-senang dengan sahabatnya, mulai dari karaoke, makan, bermain di happy world, dan tentunya kembali makan lagi.
"Perut karet ah lu!" ucap Inyong sambil menyimpan dompetnya di kantong celananya.
"Inget hey manusia! Kalau kaga makan bisa isdet!" ucap Adel watados.
"Ya tapi makannya kira-kira dong mbak! Kalau kayak gini gua bisa boncos!" ucap Inyong sambil menggelengkan kepalanya karena membayangkan dirinya jatuh miskin karena ulah sahabatnya ini.
"Engga bakal! Nanti gua ganti rugi, tapi nanti ya!" ucap Adel cengegesan.
Inyong tentu saja hanya bisa menghelakan nafasnya karena sedari Adel masih menjadi Elina dulu ia terus menerus memberikan janji manis akan ganti rugi namun tentu saja hal itu tidak terjadi, Inyong lebih percaya bahwa alien itu ada dibanding ucapan manis ganti rugi ala Adel. Meskipun sering kali Adel memorotinya tapi tetap saja Inyong membayar meskipun awalnya mendumel tetap saja ia akan membayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Punya Cerita!
FantasíaNamanya Elina Djanuar Seorang perempuan berumur 23 tahun yang masih menganggur, Elina yang belum menikmati kehidupannya karena memiliki keluarga yang selalu mengekangnya, Elina yang moodyan dan sensitif, Elina yang gampang senang akan suatu hal, El...