July March mengajakku berkeliling setelah pertemuan tadi. Ia menjelaskan padaku bahwa anggota markas di sini sudah bertahan selama tiga tahun. July membicarakan itu selagi kami menuju—yang July bilang—kamarku.
"Ini sebenarnya kamar Ash, tapi dia bilang mungkin kau perlu ditemani, jadi dia ingin kau tidur di sini sementara dia pindah ke kamar tamu." Ia menunjuk pintu seberang. "Itu kamarku."
July membuka pintu. Aroma vanilla dan kayu manis menyeruak ke luar. Aku memasuki kamar. Ada kasur berukuran double di tengah ruangan. Di sisi kiri kasur, ada meja yang dipenuhi hasil karya origami. Di sisi kanan kasur adalah lemari kaca setinggi plafon berisi pakaian dan buku-buku, juga lebih banyak hasil karya origami. Sisanya digantung di plafon. Dengan banyaknya prakarya kertas lipat, kamar ini lebih mirip kamar anak-anak daripada kamar pria dewasa.
Selasar kamar dibatasi oleh kolam kecil yang beriak santai. Cahaya dari jendela di ujung koridor dibiaskan oleh air kolam, menghasilkan refleksi riak air di plafon.
Selama aku mengunjungi ruang santai, dapur, teras, taman dan kamar Ash, interior markas ini dipenuhi warna putih gading yang dipadukan dengan permainan tekstur material alami, seperti beton, kayu, dan marmer. Aku melontarkan pujian itu. "Menurutku, markas kalian sama saja dengan villa."
July tergelak mendengarnya. "Pasukan Ultrakit rata-rata berusia muda dan sebagian besar markas kami dirancang mengikuti zaman. Kami bahkan berlangganan Netflix."
Ia berhenti. "Omong-omong, kau mau wifi?"
Kami kini sudah berada di depan pintu ruang rapat. July mengintip dari kaca kecil pintu sebelum ia menggenggam kedua tanganku dan berkata, "Kau tidak perlu gugup, oke? Oh, sepertinya aku yang gugup. Kami sangat senang kau mau datang."
Saat kami memasuki ruangan, Arbei dan Ash sedang memasang proyektor. Sebas menurunkan layar LCD. Sebuah meja panjang berbentuk oval diletakkan di tengah ruangan. Sajda dan Abel berkutat dengan laptop di salah satu kursi. Sementara itu, July memintaku duduk di kursi terujung yang menghadap layar. Saat Sajda selaku operator mengangkat ibu jarinya pada Abel, satu persatu anggota timnya ikut duduk.
Abel maju ke depan layar proyektor. "Selamat siang, semua. Pertama-tama, mari kita sambut tamu kita hari ini, Wilhelmina Cosgrove."
Kata Abel di depan layar bertuliskan 'Kerjasama Markas Ultrakit Santorini dengan Wilhelmina Cosgrove: Pyrgos, 14 September 2021'. Semua orang bertepuk tangan singkat. Aku bingung harus merespons apa, jadi aku ikut bertepuk tangan dengan canggung.
"Saya, Ken Abel, akan menjelaskan terlebih dahulu tentang sejarah Ultrakit."
Abel menjelaskan bahwa ada sejumlah manusia yang dilahirkan dengan aura berlebih. Energi mereka menghasilkan kekuatan magis. Dahulu, mereka dianggap sama dengan penyihir. Keselamatan mereka terancam. Mereka pun memutuskan untuk bersembunyi di pulau-pulau terpencil. Orang-orang ini kemudian menyebut diri mereka Ras Estellion.
Untuk menyembunyikan keberadaan mereka, pulau-pulau mereka dimantrai agar tidak terlihat oleh dunia luar. Ras Estellion menyebut dunia mereka Negeri Dalam dan dunia biasa yang kutempati Negeri Luar. Orang-orang sepertiku mereka sebut Orang Luar.
Dari foto-foto di layar, peradaban mereka tak jauh beda dari peradaban duniaku. Dan untuk menjaga kedamaian eksistensi mereka di bumi ini, mereka membentuk sebuah pasukan: Ultrakit. Persis seperti yang dikatakan Ash.
"Saat ini, ada krisis yang kami tangani. Di dunia kami, ada yang namanya Dasar Terkutuk. Kalau kau mempelajari oseanografis, kamu mungkin tahu tentang aliran sungai di dasar laut yang disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrem. Di sana, kami menyegel berbagai parasit alam. Segelnya berlapis-lapis dan tiap lapisan segel mengunci monster yang berbeda jenis. Semakin bawah segelnya, semakin berbahaya monsternya. Seorang buronan telah membobol segel teratas Dasar Terkutuk. Monster-monsternya kini sedang berkeliaran. Mereka hidup dari orang-orang dengan jiwa yang rapuh, contohnya orang-orang yang mengalami depresi, broken—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Semidevil
RomanceWilhelmina singkat saja dipanggil Will, sesingkat dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Baginya, jiwanya telah lama mati. Ia telah kehilangan motivasi, semangat, dan minat terhadap hal-hal yang ia sukai sebelumnya. Malam itu, Will sudah siap unt...